Ghazwul Fikri, Apakah Bisa Lewat Nyanyian Nisa Sabyan?



Oleh Ummu Syafa

Seperti tahun-tahun  sebelumnya, kehadiran  bulan Ramadhan ikut mewarnai dunia hiburan termasuk pertelevisian Indonesia. Yang menyuguhkan acara  yang kental dengan nuansa Islam. Dengan menghadirkan penyanyi yang melantunkan lagu-lagu religi. Sebut saja  Nissa sabyan yang sangat akrab ditelinga pencinta musik, dia  terkenal dengan lirik lagunya yang kearab-araban. Namun  sayang, nyanyinya yang berjudul   Ya Tabtab” di Acara Ramadan malah ditertawai Warganet.

Sebenarnya sah-sah saja  Sabyan Gambus menyanyikan lagu yang bukan bertema religi. Namun menyanyikan lagu tersebut di acara bertajuk Syiar Ramadan, dianggap kurang tepat. Apalagi di channel YouTube resmi Global TV, @officialgtvid, menuliskan deskripi bahwa lagu tersebut, "untaian lirik religi dengan makna menyentuh dan menggetarkan hati."

Pasalnya, lagu "Ya Tabtab" bukan lagu religi. Lagu yang aslinya dinyanyikan oleh Nancy Ajram, seorang penyanyi Lebanon beragama Kristen Ortodox, bertema tentang seorang perempuan yang ngambek kepada kekasihnya. (suara. com, 8/5/2020)

Alih-alih mau mengajak orang untuk semakin dekat dengan Islam malah, takutnya malah membuat orang makin terpuruk ke dalam sesuatu yang diharamkan. Apakah ini akan terus dibiarkan?

Inilah sebenarnya yang menjadi ujian bagi umat Islam.
Umat Islam saat ini dihadapkan pada Ghazwul Fikri (perang pemikiran). Secara terminologis Ghazwul Fikri bermakna penyerangan dengan berbagai cara terhadap umat Islam guna mengeluarkan umat dari  agamanya  atau  menimal  menjauhkan  umat  Islam  dari nilai-nilai ajaran ilahiah. Sebagai mana  Allah SWT berfirman dalam Surah At-Taubah [9] ayat 32, artinya;

"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai".

Maka, nyanyian merupakan salah media yang sangat efektif  untuk penghancuran  umat Islam. Sarana yang digunakan untuk menyebarkan virus-virus Materialisme, Westernisasi dan Liberalisme, Pornoisme lewat lantunan syair lagu. Dengan itu semua bisa mengakibatkan pendangkalan  aqidah umat Islam. Lihat  saja kebanyakan tema-tema lagu banyak berisikan percintaan , pengorbanan, sakit hati, mabuk cinta, putus cinta, dan lain  sebagainya.  

Selain itu, karena  syair lagu yang di pakai adalah bahasa Arab. Bagi yang tidak paham dengan bahasa Arab, maka akan menafsirkan bahwa lirik lagu atau apa sajalah yang menggunakan bahasa arab adalah  Islami. Padahal hal ini jelas salah! Jadi,  haruskah umat belajar bahasa Arab? 

Jika kita berkaca dari awal mula runtuhnya daulah Islam adalah karena bahasa Arab sudah dijauhkan dari kehidupan masyarakat Turki saat itu. Akibatnya berdampak besar dengan matinya keran Ijtihad para ulama. Sehingga ketika dihadapkan pada problematika baru, ulama-ulama pada saat itu tidak dapat menggali hukum karena keterbatasan sumber rujukan.

Padahal tadinya  bahasa Arab sudah digunakan oleh daulah Islam hampir di dua pertiga belahan dunia selama 13 Abad , Lalu setelah daulah runtuh  pada tahun 1924 penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa resmi mulai dihapuskan.
 
Jadi, bahasa Arab adalah bahasanya Al Quran dan juga sebagai bahasa resmi daulah Islam. Maka wajib hukumnya belajar bahasa Arab  bagi  umat Islam. Agar  umat Islam bisa memahami nash syara' dan memetik hukum dari sumbernya.  Sehingga setiap apa pun yang dilakukan wajib terlebih dahulu menggali hukumnya. Apakah boleh atau tidak dilakukan? 

Begitu juga dengan nyanyian mustilah terlebih dahulu setiap muslim mengetahui hukumnya. Apalagi menggunakan bahasa Arab.  Karena ketidakpahaman akan liriknya,  malah mendatangkan kemaksiatan. Acuhnya umat Islam terhadap bahasa Arab, pasti akan membawa petaka dikemudian hari. Wallahu'alam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak