Oleh: Tien Soekatno
(Muslimah penggerak berpikir cepat dan produktif)
Entah apa yang merasuki pikiran Jerinx drummer, Group band Superman Is Dead yang kontroversial dan sempat menjadi viral di dunia maya. Dia menyebutkan bahwa agama adalah sebuah konspirasi belaka. Pernyataan ini sontak membuat panas telinga umat dan para ulama.
Pernyataan ini aneh dan bahkan tidak masuk akal.
Konspirasi menurut KBBI artinya komplotan atau persekongkolan.
Dalam bahasa Inggris berarti teori-teori yang berusaha menjelaskan bahwa penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa pada umumnya peristiwa politik, sosial, atau sejarah adalah suatu rahasia dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia, orang-orang atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh.
Banyak teori konspirasi, mengklaim bahwa peristiwa-peristiwa besar dan sejarah besar telah didominasi oleh para konspirator belakang layar yang memanipulasi kejadian-kejadian politik. Dengan kata lain menjadikan sesuatu sebagai alternatif demi mencapai tujuan yang telah di rancang.
Pengaruh teori ini pun terbelah dalam dua kubu utama. Kelompok pertama mereka yang hanya percaya bahwa segala hal mungkin terjadi apabila ada dukungan, argumentasi yang kuat, fakta akurat, data ilmiah, pendapat yang bisa diverifikasi kebenarannya, tokoh-tokoh yang nyata sejarah yang memang ada bukan mitos dan sebagainya.
Kelompok kedua adalah mereka yang percaya tanpa syarat alias mereka yang menganggap apa pun yang terjadi sudah dirancang sedemikian rupa, yang acapkali menghubungkan dengan mitos, legenda, supranatural, dan sebagainya.
Teori konspirasi ini sangat bahaya, pantas para ustadz, ulama, angkat bicara, umat pun menjadi berang, pasalnya bagaimana mungkin agama berasal dari teori konspirasi.
Alam semesta dan agama samawi jelas dari Allah Swt, yg diturunkan kepada nabi dan rasul pilihan, terutama Islam sebagai agama terakhir penyempurna risalah tidak hanya untuk mengatur urusan ritual tapi seluruh kehidupan juga. Maka teori ini terpatahkan dan sama sekali tidak berlaku.
Hal ini dapat dibuktikan dengan dalil aqli dan naqli. Dalil aqli adalah bukti yang dipahami oleh akal, bukan yang dibawa oleh akal, yaitu bukti-bukti yang bisa dijangkau akal. Karena bukti ini diakumulasikan oleh realitas penginderaan otak dan informasi awal, bukan seperti arti para pengikut teori konspirasi yang tersebut di atas, argumen yang memerlukan data akurat.
Dalil naqli adalah dalil yang dipahami melalui dasar pemikiran, bukan bukti yang dibawa akal, karena realitasnya hanya bisa dipahami tetapi tidak bisa dijangkau oleh indra manusia. Contohnya bidadari-bidadari yang di sucikan di surga untuk menjadi pasangan orang-orang yang shalih penduduk surga.
Jadi Siapa saja yang mempunyai akal akan mampu membuktikan bahwa dibalik semua benda-benda/fenomena alam yang dapat di Indra pasti ada Penciptanya.
Dengan akal dan fokus mengindra benda-benda tersebut maka akan memberikan suatu pemahaman yang meyakinkan dan pasti akan adanya Allah Swt Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur. Ada banyak ayat-ayat Al-Qur'an menyebutkan, sebagaimana firman Allah yang artinya:
"Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan? Dan langit bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan? Dan bumi bagaimana dihamparkan?(QS.al-Gasyiyah [88] : 17-20)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang yang berakal (QS. Ali-Imran: 190)
Ustadz Derry Sulaiman pun sampai angkat bicara di media Kumparan(12/5/2020)
“Ciri orang beriman. sesungguhnya orang beriman percaya kepada perkara yang tampak dan tidak tampak” orang yang rusak akalnya dia tidak akan mengerti agama.
Menurut Prof. karena Douglas, psikolog sosial dari University of Kent, menghentikan seseorang agar tidak percaya teori konspirasi itu akan sulit dilakukan
Satu-satunya cara untuk mengembalikannya adalah dengan menyadari satu keutamaan manusia dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, bahwa keutamaan manusia tiada lain terletak pada akalnya.
Oleh karena itu sudah selayaknya kita memiliki pengetahuan tentang akal, proses berpikir dan metode berpikir yang akan menjadikan akal manusia memiliki nilai, sekaligus menghasilkan berbagai sebuah produk akal yang mampu membuat kehidupan menjadi manusia yang baik. Karena akal berpengaruh pada pola sikap dan pola pikir.
Hakikat akal adalah untuk berpikir, sebagai makluk yang diberi akal, dengan melalui proses berpikir yang terbagi menjadi dua:
1. Ihsaas/penginderaan terhadap faktanya saja, sehingga menghasilkan muyul (kecenderungan) anil asya, yang melibatkan pikiran bebas dan perilaku tanpa kontrol yang shahih seperti pernyataan agama adalah konspirasi.
2. Berfikir dengan maklumat tsabiqa yaitu menggunakan informasi sebelumnya sehingga menimbulkan kecenderungan yang anil hayat. Terdapat ideologi yang mewarnai tingkah lakunya, terikat pada hukum syara' sebagai dasar hukum perbuatannya, dan hukum mubah, haram sebagai dalil hukum bendanya.
Melalui agama kita menggunakan akal untuk mendapat petunjuk berpikir, yang muyulnya kepada perbuatan yang bersyariat.
Jadi jelas dengan dalil aqli dan naqli kita semua mempunyai modal besar untuk menjadi hamba yang beriman. Mengimaninya dari yang tampak dan gaib dengan batasan yang sudah ditetapkan sebagai tolok ukurnya.
Semangat beralih berpikir dari berpikir dangkal, menjadi berfikir cepat, tepat, mendalam, dan cemerlang. Sehingga bisa tercermin melalui amal perbuatan yang senantiasa terikat kepada syari'at.
Dalil naqli adalah dalil yang dipahami melalui dasar pemikiran, bukan bukti yang dibawa akal, karena realitasnya hanya bisa dipahami tetapi tidak bisa dijangkau oleh indra manusia. Contohnya bidadari-bidadari yang di sucikan di surga untuk menjadi pasangan orang-orang yang shalih penduduk surga.
Jadi Siapa saja yang mempunyai akal akan mampu membuktikan bahwa dibalik semua benda-benda/fenomena alam yang dapat di Indra pasti ada Penciptanya.
Dengan akal dan fokus mengindra benda-benda tersebut maka akan memberikan suatu pemahaman yang meyakinkan dan pasti akan adanya Allah Swt Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur. Ada banyak ayat-ayat Al-Qur'an menyebutkan, sebagaimana firman Allah yang artinya:
"Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan? Dan langit bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan? Dan bumi bagaimana dihamparkan?(QS.al-Gasyiyah [88] : 17-20)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang yang berakal (QS. Ali-Imran: 190)
Ustadz Derry Sulaiman pun sampai angkat bicara di media Kumparan(12/5/2020)
“Ciri orang beriman. sesungguhnya orang beriman percaya kepada perkara yang tampak dan tidak tampak” orang yang rusak akalnya dia tidak akan mengerti agama.
Menurut Prof. karena Douglas, psikolog sosial dari University of Kent, menghentikan seseorang agar tidak percaya teori konspirasi itu akan sulit dilakukan
Satu-satunya cara untuk mengembalikannya adalah dengan menyadari satu keutamaan manusia dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, bahwa keutamaan manusia tiada lain terletak pada akalnya.
Oleh karena itu sudah selayaknya kita memiliki pengetahuan tentang akal, proses berpikir dan metode berpikir yang akan menjadikan akal manusia memiliki nilai, sekaligus menghasilkan berbagai sebuah produk akal yang mampu membuat kehidupan menjadi manusia yang baik. Karena akal berpengaruh pada pola sikap dan pola pikir.
Hakikat akal adalah untuk berpikir, sebagai makluk yang diberi akal, dengan melalui proses berpikir yang terbagi menjadi dua:
1. Ihsaas/penginderaan terhadap faktanya saja, sehingga menghasilkan muyul (kecenderungan) anil asya, yang melibatkan pikiran bebas dan perilaku tanpa kontrol yang shahih seperti pernyataan agama adalah konspirasi.
2. Berfikir dengan maklumat tsabiqa yaitu menggunakan informasi sebelumnya sehingga menimbulkan kecenderungan yang anil hayat. Terdapat ideologi yang mewarnai tingkah lakunya, terikat pada hukum syara' sebagai dasar hukum perbuatannya, dan hukum mubah, haram sebagai dalil hukum bendanya.
Melalui agama kita menggunakan akal untuk mendapat petunjuk berpikir, yang muyulnya kepada perbuatan yang bersyariat.
Jadi jelas dengan dalil aqli dan naqli kita semua mempunyai modal besar untuk menjadi hamba yang beriman. Mengimaninya dari yang tampak dan gaib dengan batasan yang sudah ditetapkan sebagai tolok ukurnya.
Semangat beralih berpikir dari berpikir dangkal, menjadi berfikir cepat, tepat, mendalam, dan cemerlang. Sehingga bisa tercermin melalui amal perbuatan yang senantiasa terikat kepada syari'at.
Wallahu a'lam
Tags
Tsaqofah