Oleh : Shofiyya Honey
Sudah 7 bulan dari Covid-19 pertama kali di kabarkan dari China. Beberapa bulan kemudian Indonesia juga terdampak.
Awalnya Covid-19 jadi bahan candaan, mulai dari meme di Twitter dan Instagram sampai editan funny vidio di medsos.
Pemerintahan juga masih santai saat itu, ketika seluruh bandara international di tutup dan bandara Indonesia masih terbuka lebar yang bahkan sampai sekarang para TKA China bisa berkeliaran dengan bebas. Dengan keteguhan hati dan mungkin juga iman? Indonesia siap menghadapi Covid-19
Itulah awalnya.
Indonesia di kenal oleh masyarakat nya sebagai negara tersantuy. Ketika jalanan di Italy nyaris tak ada kendaraan, di Jakarta masih padat merayap. Alhasil makin hari grafik positif covid19 semakin meningkat.
Yang awalnya bercanda mulai serius menangani. Di awal tahun 2020 yakni mulai bulan Februari sampai bulan Mei ini sudah sepuluh ribu orang yang terbukti positif Covid-19. Para medis sebagai pasukan terdepan sudah banyak yang kelelahan, tidak sedikit pula yang sudah gugur dan terbukti terpapar Covid-19 dikarenakan peralatan medis yang terbatas, terutama di rumah sakit- rumah sakit kecil.
The rich yang sedang pansos pun berlomba lomba menyalurkan berbagai donasi, mulai dari kaum youtuber sampai kaum pengusaha tidak ada yang ketinggalan. Mereka memang selalu cerdas memahami situasi untuk menggunakan segala cara demi meraih keuntungan yang besar. Sebagai contoh beberapa waktu lalu ada beberapa influencer yang sempat viral dan berhasil mengumpulkan donasi dalam jumlah besar.
Di masa pemerintahan yang sedang krisis ekonomi, para petinggi negara tidak bisa berbuat banyak. Setelah angka kematian yang di akibatkan Covid-19 meningkat. Pemerintahan mulai meliburkan sekolah- sekolah dan kantor- kantor, pada akhirnya dengan berat hati me-lockdown kota. Bagaimana tidak bimbang jika rakyatnya tidak memiliki penghasilan untuk meditasi di rumah.
Lalu, untuk mencegah penyebaran Covid-19 pemerintah membebaskan 40.000 napi di Indonesia secara bersyarat yakni dengan Asimilasi-Integrasi. Sampai saat ini, sudah banyak napi yang berhasil lolos dari syarat tersebut.
Keputusan untuk membebaskan para napi dengan alasan mencegah pelebaran Covid-19 ataupun dalam rangka menghemat dana adalah logika yang salah. Karena bagaimanapun Covid-19 akan mudah penyebaran nya apabila beraktivitas di luar.
Tapi mereka membebaskan napi agar mereka tetap dirumah. It's fine bagi mereka yang punya persediaan cukup untuk berdiam diri di rumah. Bagaimana dengan yang tidak? Sudah jelas bukan.
Bukan nya menurun, angka kejahatan jalanan malah meningkat. Harus nya angka kejahatan bisa turun, secara semua orang berdiam diri dirumah. Buka mata lebar- lebar, Ayo lihat apa yang terjadi.
Dikutip dari Kompas.com, Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divisi Humas Polri Kombes Asep Adi Saputra menyebut, ada 19.128 kasus kejahatan yang terjadi selama Maret.
Begitulah yang terjadi ketika krisis ekonomi dimana- mana ditambah dengan pemerintahan yang kriris pula. Sehingga tidak ada pelaku tindak kejahatan yang jera setelah melakukan kejahatan.
Kenapa bisa begitu? Karena hukuman nya tidak tegas.
Ini sungguh berbeda di dalam Islam. Islam mempunyai sistem penjagaan tersendiri yg khas bagi orang yg melakukan tidak kejahatan ataupun yg melanggar perintah Allah SWT.
Dengan sistem Pidana Islam yaitu Jawazir (Pencegahan agar tidak terjadi lebih ke tindakan preventif) & Jawabir (Sanksi efek jera sbagai penebus siksa di akhirat lebih ke tindakan eksekutif).
Sebagai contoh tindakan Jawazir adalah dengan adanya dakwah kita bisa saling mengontrol penjagaan antara peran negara, masyarakat dengan para calon/pelaku tindak kejahatan dengan diperkuat penerapan aturan Islam.
Kemudian contoh tindakan yg Jawabir adalah dengan pemberlakuan penerapan aturan pidana Islam, semisal bagi para pencuri, Allah memerintahkan potonglah tangannya, Bagi para pezina cambuklah 100 kali, dan masih banyak lagi. Tentunya sebelumnya ada dakwah terlebih dahulu, yang mempunyai efek luar biasa dalam penjagaan masyarakat.
Dengan sistem Inilah para pelaku kejahatan akan bisa diminimalisir, berbeda dengan sistem sekarang yang belum menggunakan sistem aturan Islam.
Islam mengatur semua hal dan memberikan solusi atas seluruh persoalan. Contohnya saja Islam telah lebih dulu menunjukkan teknik karantina pada masa nya.
Dalam sejarah, wabah penyakit menular pernah terjadi di zaman Rasulullah saw. Wabah itu adalah kusta yang ketika itu belum diketahui obatnya. Untuk mengatasi wabah itu Rasulullah menerapkan sistem isolasi terhadap penderita. Ketika itu Rasulullah saw memerintahkan untuk tidak mendekati para penderita penyakit tersebut.
Metode karantina sudah diterapkan sejak zaman Rasulullah saw untuk mencegah wabah penyakit menular merembet ke wilayah lain. Di negara kita memang ada metode karantina tapi fasilitasnya tidak memadai, dan masih banyak masyarakat yang ngeyel berkeliaran di luar sana.
Alasan nya tidak asing di telinga kita.
Krisis Ekonomi!
Seandainya negara kita mampu mengolah sumber daya alamnya sendiri, maka tidak akan terjadi krisis ekonomi yang membuat Indonesia berada di ujung jurang. Di zaman kekhilafahan, sumber daya alam maupun manusia di kelola baik oleh negara. Karena itu negara Khilafah tidak pernah ragu dalam mengambil keputusan untuk melakukan lockdown maupun karantina.
Keadaan rakyat di negeri kita terlihat sangat sengsara jauh dari kata sejahtera. Kesehatan, pendidikan, keamanan, semuanya mahal!
Itulah mengapa rakyatnya membegal untuk memenuhi kebutuhan. Dimana sistem yang katanya ada untuk rakyat? Sudah sangat jelas sistem demokrasi.
Ini sungguh berbeda ketika Islam yang menjadi dasar dalam mengambil setiap keputusan. Pada dasar nya keputusan yang di ambil sang pemimpin akan di pertanggung jawabkan dunia akhirat, bukan asal cetus suruh pulang kampung padahal dilarang mudik.
Ternyata Pemerintahan kita tidak hanya krisis ekonomi, tapi juga krisis pemerintahan. Ketika seorang pemimpin sadar akan keputusan yang dibuatnya menentukan syurga dan neraka rakyatnya turunlah keberkahan dari Allah SWT.
Dengan begitu seluruh aspek dari politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, hukum, keamanan dan semuanya bisa membawa berkah dan rahmat. Karena sejatinya Islam memang Rahmatan Lil 'Alamin [.]