Oleh Dhana Prystyana
(Penggiat Komunitas Ibu Hebat Tulungagung)
Pandemi Corona COVID-19 telah memaksa lebih dari setengah juta umat manusia mengunci diri di dalam rumah. Sejumlah negara barat kini berada dalam lingkaran kasus tertinggi infeksi COVID-19. Jumlahnya bahkan melebihi China, pusat wabah virus SARS-COV-2 bermula.
Kini, Amerika Serikat, Italia, Spanyol, Perancis dan Britania Raya telah menggantikan posisi China dengan jumlah kasus dan angka kematian wabah COVID-19 tertinggi di dunia.
Mayoritas negara-negara barat telah dianggap tidak mengantisipasi seberapa parah virus corona COVID-19 mampu menyerang mereka. Tak luput Asia pun mempunyai kasus dan angka kematian COVID-19 yang tinggi walaupun bisa lebih efektif dalam penanganannya.
Dampak pandemi COVID-19 mengakibatkan lebih dari 3 juta orang di berbagai belahan dunia terinfeksi. Ini memang kejadian yang amat dahsyat. Krisis kali ini justru dipicu oleh fenomena lapangan yang merambat ke berbagai pelosok dunia.
“Ini adalah sebuah periode krisis dimana guncangan yang terjadi tidak dapat dikendalikan dengan kebijakan ekonomi mengingat tidak tau kapan pandemi akan berakhir”, tutur Gita Gopinath, Kepala Ekonom IMF.
Melansir dari CNBC Internasional, 1 mei 2020, pandemi yang telah menguncang negara-negara barat, Amerika Serikat, dan lain-lain menegaskan bahwa Kapitalisme, Demokrasi, Nation State apalagi Komunisme sangatlah rapuh menghadapi bencana global.
Wabah yang menghancurkan ekonomi dunia ini dipastikan akan mengubah arah konstelasi politik dunia. Negera adidaya tak kan seperkasa sebelumnya. Kemampuannya mengendalikan dunia akan mengalami kemunduran luar biasa. Sejatinya kapitalisme global sudah waktunya lengser. Saatnya, ideologi Islam yang selama ini sengaja dimarginalkan mendapatkan kembali panggungnya. Wallahu a' lam bish showab.
Tags
Opini