Wabah Covid-19 berhasil melumpuhkan aktivitas sosial dan ekonomi hampir di seluruh negara. Termasuk aktivitas pendidikan. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi solusi sementara selagi pandemi melanda.
Untuk memutuskan rantai penyebaran virus ini pun sudah dilakukan berbagai cara. Mulai dari rencana libur 14 hari dengan melakukan isolasi mandiri sampai pada kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Namun, baru-baru ini Plt. Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Muhammad Hamid mengatakan, "Kita merencanakan membuka sekolah mulai awal tahun pelajaran baru, sekitar pertengahan Juli." (cnnindonesia.com, 09/05/2020)
Tentu saja hal ini menimbulkan pro dan kontra. Bagaimana tidak, ini menunjukan bagian dari upaya pemulihan kondisi sosial ekonomi. Sekolah kembali dibuka menjadi harapan bagi para guru honorer. Hal ini dikarenakan mereka kesulitan dalam ekonomi. Lagi-lagi hal ini dikarenakan belum meratanya bantuan dari Pemerintah.
Di sisi lain, Deputi IV KSP Bidang Komunikasi Politik dan Informasi, Juri Ardianto mengingatkan, "Pemerintah melalui Presiden selalu berulang mengatakan bahwa penanganan covid tidak boleh melupakan penanganan sektor lain yaitu ekonomi," tambahnya, "tapi kita juga harus menghitung betul dampak dari kemungkinan kegiatan ekonomi akan menjadi sumber masalah menjadi lebih besar dalam hal penularan wabah ini." (Youtube Mata Najwa, 16/5/2020)
Meski Hamid menambahkan jika jika sekolah yang dibuka ialah daerah-daerah yang dinyatakan aman oleh Satgas Covid-19 dan Kementrian Kesehatan. (cnnindonesia.com, 09/05/2020)
Faktanya, rapid test massal saja belum merata sebab kurangnya alat yang diperlukan. Walaupun data statistik Wikipedia pada tanggal 14 Mei 2020 menunjukan penurunan angka kematian akibat korona, namun belum tentu dengan kasus yang tidak nampak.
Kekhawatiran dikuatkan dengan kecurigaan relawan Lapor Covid-19 yang menduga jumlah orang yang meninggal usai terkena penyakit tersebut 3,5 kali lebih banyak dibandingkan data resmi. (katadata.co.id, 17/5/2020)
“ODP dan PDP yang meninggal tidak dicatat oleh Pemerintah,” ucap salah satu penggagas relawan Lapor Covid-19 Irma Hidayana. (katadata.co.id, 17/5/2020)
Jika rencana pembukaan kembali sekolah tetap dilakukan, benar saja bahwa penguasa saat ini benar-benar tidak memikirkan dampak panjang yang akan dihadapi oleh rakyat. Ini memperjelas watak rezim Ruwaibidhah yang mengadopsi sistem kapitalisme. Setiap kebijakan selalu mengedepankan kepentingan keuntungan bisnis, sementara jiwa rakyat menjadi korban kebijakan sadis.
Sejatinya pendemik ini menunjukan sisi kelemahan aturan yang dibuat oleh manusia. Jelas saja hanya aturan Allah yang mampu menyelesaikan segala masalah, bahkan dalam menghadapi pandemik yang berhasil memporakporandakan dunia.
Tentu saja, aturan Allah hanya akan mampu diterapkan secara kaffah dalam kepemimpinan Islam, Khilafah. Strategi Islam pun tentu akan digunakan untuk menuntaskan pandemi, diantaranya:
1. Edukasi prefentif dan promotif
Wajib bagi kaum muslim untuk ber-ammar ma’ruf nahiy munkar. Yakni menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemunkaran. Pembinaan pola baku sikap dan perilaku sehat baik fisik, mental maupun sosial, pada dasarnya merupakan bagian dari pembinaan Islam itu sendiri.
“Makanlah oleh kalian rezeki yang halal lagi baik yang telah Allah karuniakan kepada kalian” (TQS. An-Nahl [16]: 114).
Oleh karena itu, negara memiliki peran untuk senantiasa menjaga perilaku sehat warganya. Selain itu, pemerintah juga mengedukasi agar ketika terkena penyakit menular, disarankan menggunakan masker. Dan beberapa etika ketika sakit lainnya.
Hal ini sangat membantu pemulihan wabah penyakit menular dengan cepat. Karena warga daulah telah membangun sistem imun yang luar biasa melalui pola hidup sehat.
2. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Pelayanan kesehatan berkualitas hanya bisa direalisasikan jika didukung dengan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai serta sumber daya manusia yang profesional dan berkompeten.
Negara wajib mengadakan pabrik-pabrik yang memproduksi peralatan medis dan obat-obatan. Hal ini diberikan secara gratis baik kepada yang kaya ataupun yang miskin tanpa diskriminasi baik agama, suku, ras, budaya dan lainnya. Pembiayaan semua itu diambil dari kas baitul mall.
3. Membangun Ide Karantina
Khalifah Umar pernah keluar untuk melakukan perjalanan menuju Syam. Saat sampai di wilayah bernama Sargh, beliau mendapat kabar adanya wabah di wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf kemudian mengabari Umar bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meningggalkan tempat itu.” (HR al-Bukhari).
Setelah mampu menjamin segala sarana dan prasana bagi masyarakat, tentu ide karantina akan mudah dijalankan. Sebab masyarakat sudah percaya jika pemimpin Negerinya peduli pada kesejahteraan hidup mereka.
Tentunya kebijakan Khalifah dalam menyegerakan penanganan wabah, termasuk pada menghentikan penularan dan pemulihan kondisi pun berjalan sesuai prosedur yang ditetapkan oleh Allah.