Derita Anakmu Kini Wahai Ibu Pertiwi



Oleh: Aisyah Farha

Wabah covid-19 makin meluas di berbagai belahan bumi Indonesia. Angka pasien penderitanya setiap hari semakin bertambah. Inilah yang menyebabkan pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk stay at home kepada masyarakat hingga batas waktu yang belum bisa ditentukan.
Hal ini menjadi ketakutan tersendiri bagi sebagian besar masyarakat, karena diam di rumah berarti tidak ada pemasukan untuk makan sehari-hari. Mereka harus berfikir keras memutar otak agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bantuan langsung tunai pemerintah yang sangat diharapkan hingga saat ini masih belum kunjung tiba, masyarakat hanya gigit jari.
Tetapi yang paling menyayat hati masyarakat adalah kebijakan pemerintah untuk tetap dirumah bagi rakyatnya namun menyambut ratusan TKA Cina yang akan datang ke Sulawesi Utara. Dilansir dari kumparan.com (30/4/2020) sebanyak 500 TKA cina diperbolehkan masuk ke Sulawesi Utara. Pemerintah sama sekali tidak tenggang rasa kepada rakyat. Apakah tidak bisa pekerjaan tersebut diberikan saja kepada rakyat yang sejatinya adalah anak bangsa di negerinya sendiri? 
Selain itu, TKA yang datang berasal dari negara Cina, yang kita tahu bersama bahwa di sanalah awal mula penyebaran wabah penyakit yang sampai saat ini masih meluas ke seluruh dunia. Bagaimana bisa pemerintah tidak empati kepada rakyat yang sedang berusaha menyelamatkan nyawa mereka dari wabah penyakit. Ini namanya menjadikan anak bangsa seperti anak tiri di negeri sendiri. Lantas bagaimana rakyat dapat mempertahankan kepercayaannya kepada pemerintah? 
Semua kebijakan ini memperlihatkan kepada kita bagaimana wajah asli dari kapitalisme. Sistem kapitalisme sama sekali tidak memihak rakyat, bisa dilihat dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah saat ini. Sistem ini tidak siap dalam menghadapi wabah penyakit, bukannya menghentikan penyebaran malah membuka pintu lebar-lebar untuk penularan yang bisa saja semakin tidak terkendali. 
Seharusnya pemerintah belajar kepada Rasulullah dalam menghadapi wabah penyakit. Lebih dari seribu empat ratus tahun yang lalu, Rasulullah mengajarkan untuk menerapkan lockdown pada suatu wilayah yang terjangkit wabah penyakit. Orang yang berada di wilayah wabah dilarang untuk keluar, sedangkan yang berada diluar wabah dilarang masuk ke wilayah tersebut. Sampai saat ini, metode lockdown yang diajarkan Rasulullah masih menjadi metode yang paling efektif untuk mencegah penyebaran wabah.
Tetapi, jauh panggang dari pada api, sampai saat ini pun pemerintah enggan menerapkan lockdown dengan berbagai alasan. Maka jadilah korban penularan wabah mencapai puluhan ribu orang, dan juataan lainnya dibawah ancaman kelaparan. Masihkah kita bisa percaya pada kapitalisme yang hanya akan membuat rakyat sengsara? Marilah kembali kepada sistem kita sendiri, sistemnya umat Islam yang sudah terbukti selama ribuan tahun sukses menghadapi segala macam persoalan manusia. Karena sistem Islam berasal dari Sang Pencipta manusia, Al-Khaliq yang maha mengetahui kebutuhan hambaNya. 
Wallahu a’lam bisshawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak