Oleh Sri Nova Sagita
Ketika melihat sebuah postingan foto penutupan gerai McD di Sarinah kemaren malam, netizen pada heboh. Mereka berkomentar, “apakah mereka yang datang gak mikirin tenaga medis? Emang disana bagi-bagi duit atau makan gratis? Goblognya kebangetan. Kayak gak permah makan ayam.”
Netizen lain juga berkomentar, “biarkan saja mereka punya nyawa ganda. Biarkan mereka yang cluster McD kena gak usah terima. Mereka lebih mengutamakan “masa lalu” dengan McD. Biarkan mereka berdamai dengan corona dan impian masa lalunya.Mungkin ini karena ada instruksi suruh #berdamaidengan corona dan kemudian bernostalgia di wisma atlet.”
Wajar gak ya netizennya seheboh itu? Dilansir dari kompas.com sejumlah warga Ibu Kota meramaikan area luar McDonald's Sarinah untuk menyaksikan penutupan gerai ayam goreng cepat saji ini secara permanen, pada Minggu (10/5/2020) pukul 22.00 WIB.
Hal tersebut terlihat dalam akun Instagram @Mcdonaldsid yang menyiarkan langsung detik-detik penutupan gerai McDonald's yang berlokasi di pusat perbelanjaan Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat.
"Saat ini kita sudah sampai pada masa akhir McDonald's Sarinah Thamrin. Tempat kebanggaan kita semua, tempat memori terkumpul menjadi satu. Namun sayang kami harus pergi. Tak ada yang menyangka akan secepat ini," ujar salah seorang perwakilan manajemen McDonald's Sarinah, pada saat seremonial penutupan, Minggu (10/5/2020) malam.
Pengunjung bersorak-sorai seraya mengucapkan selamat tinggal atas tutupnya restoran McDonald's pertama di Indonesia.
"Sampai Jumpa, semangat untuk tim (McDonald's) Sarinah," kata para pengunjung dan disambut suara tepuk tangan. (kompas.com)
Sulit untuk menebak apa pikiran masyarakat yang datang berbondong-bondong ke Sarinah. Padahal wilayah Ibu Kota tengah memberlakukan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus rantai penularan Covid-19.
Kenapa masyarakat mulai abai?
Inilah masyarakat yang disulap dari Kapitalis Liberalis bebas semaunya saja. Masyakat yang cuma mengejar kebahagiaan sesaat, yang jelas gak ada manfaatnya. Mereka merasa bebas untuk mewujudkan kebahagiaan tanpa memikirkan orang lain. Mereka asik berkumpul, sementara pemberlakukan PSBB sedang berjalan. Team medis yang mati-matian berjaga, mereka malah keluyuran.
Tambah lagi ulah pengusaha yang tak pernah hilang kesempatan, apalagi kalau soal cari untung. Ditengah pandemi , sempat-sempatnya buat seremonial dan acara live instagram. Kalau kata netizen, “McD gak punya empati!”
Apakah ini juga karena efek relaksasi atau ajakan berdamai dengan corona ? Ditambah adanya ide solusi memutar roda perekonomian ditengah pandemi. Yang terseok diantara tuntutan dan harapan juga ancaman. Ekonomi selalu jadi alasan, tetapi yang rakyat yang selalu jadi korban.
Otak kita pun tak mikir, kenapa acara penutupan McD Sarinah bisa lancar awal sampai akhir? Padahal jelas itu melanggar pemberlakuan PSBB di Ibu Kota. Aturan bak asap yang mengepul ke awan. Kita pun jadi tidak paham, aturan ini dibuat untuk siapa? Antara pemerintah, pengusaha dan masyarakat seakan tidak sejalan. Aturan hanya sebatas himbauan, sanksi pun tak beraturan.
===
Mulianya Islam Menjaga Manusia sebagai Masyarakat
Islam memandang aturan bukanlah dibuat oleh manusia, melainkan dari Allah swt, yaitu berupa perintah dan larangannya yang tidak akan pernah berubah. Untuk memelihara aturan tersebut sudah dibuatkan sanksi berupa hudud, qishash dan ta’zir. Jadi kepatuhan manusia hanya semata-mata ingin mendapatkan ridho Allah swt, bukan untuk kepuasan dan memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Apalagi hanya takut aparat, jika berjaga-jaga.
Islam memandang keberadaan manusia sebagai anggota masyarakat, bukan merupakan bagian yang terpisah darinya. Masyarakat ibarat satu tubuh, tetapi bukan seperti gigi dalam roda. Rasulullah saw, bersabda;
Perumpamaan orang-orang yang akan mengakkan hukum Allah adalah seperti satu kaum yang bersama-sama berlayar diatas kapal, sebagian mereka berada di bagian atas kapal dan sebagian lain berada dibawah. Orang-orang yang berada di bagian bawah, saat mereka membutuhkan air karena dahaga akan terlebih dulu melewati orang-orang yang berada di bagian atas. Kemudian, orang-orang dibagian bawah berkata,” Andai saja kita lubangi bagian kita dan tidak mengganggu orang di atas kita.” Maka itu, apabila mereka dibiarkan melakukan apa yang mereka inginkan, pasti akan celakalah semuanya. Namun, jika semua mencegah mereka agar selamat, maka selamatlah semua. (HR. Bukhari)
Dengan pandangan ini, tampak Islam mempunyai pandangan yang khas tentang masyarakat, yaitu merupakan sekelompok manusia yang saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi ini lahir dari kesamaan pemikiran dan perasaan mereka, serta dari aturan (sistem) yang mengatur urusan hidup mereka. Dengan demikian, seorang muslim senantiasa mengikat dirinya dengan Islam dan bukan mengikuti pandangan Kapitalis Liberalis.
Lalu dibandingkan dengan masyarakat kita saat ini, apakah memiliki kesamaan pemikiran dan perasaan, serta dari sistem yang mengatur urusan hidupnya? Jelas tidak, karena mereka tidak dibangun dalam sistem pemikiran Islam. Karena pemikiran Islam dilandasi aqidah yang jelas yaitu aqidah Islam. Wallahu’alam