Oleh: Fitri Handayani
(Ibu rumah tangga)
Bantuan sosial makin gencar disejumlah daerah sejak pandemi Corona Covid-19 makin meluas di tanah air sejak diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Pemerintah hingga masyarakat membagikan sembako dan kebutuhan pokok lainnya.
Meski begitu banyak masyarakat miskin yg belum tersentuh bahkan tak jarang bansos dari pemerintah malah tak tepat sasaran. Misalnya : aggota DPRD DKI masuk daftar penerima bansos, Warga yg kluyuran malah dapat bantuan ganda, 2 anak yatim bertahan hidup ditengah pandemi
Penyebaran bansos yang sebrono dan terkesan berantakan mengundang kemurkaan masyarakat. Bahkan banyak yang menjadikan sebagai ajang lelucon atas menunggunya bantuam sosial dari pemerintah yang tak kunjung hadir.
Ketika adanya bantuan, justru sarat akan pencitraan, dengan pembagian yang terkesan kurang baik kepada masyarakat dengan melemparkan paket sembako di beberapa titik jalan. Dengan pembagian acak tanpa adanya pendataan yang jelas.
Hal ini menonjolkan perlakuan buruk rezim kapitalis terhadap rakyat. Selain masalah klasik validasi data yg diragukan, prasyarat berbelit sehingga banyak rakyat yg tidak menerima bantuan sosial.
Pandemi ini cukup membuka mata masyrakat akan abainya rezim kapitalis dalam memelihara daa memenuhi kebutuhan rakyatnya. Rakyat hanya dijadikan komoditi di saat diperlukan suaranya, selebihnya hanya ala kadarnya.
Seharusnya di tengah polemik pandemi saat ini pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat menjadi tanggungjawab penuh negara. Di samping dikeluarkannya kebijakan PSBB dalam menghentikan penyebaran virus, negara harus menjadi tempat bergantung rakyatnya. Namun saat ini justru negara berlepas tangan dalam pemenuhan hajat rakyatnya, sehingga terjadilah ketidakpatuhan masyarakat dalam kebijakan yang dikeluarkan karena mereka tetap harus keluar dalam memenuhi kebutuhannya.
Berbanding terbalik dengan saat ini, pada masa Kegemilangan Islam, terdapat pula satu masa adanya kasus yang sama bahkan mengalami pada 3 masa, rakyat dicekam dengan tersebarnya wabah, namun peran negara saat itu begitu cepat dan tepat dalam penanganan, keselamatan rakyat menjadi periotas utama, kebutuhan hajat rakyat disediakan dan penghentian wabah dengan segera dilakukan yaitu dengan menutup wilayah yang terkena wabah atau lockdown, sehingga wabah tidak menyebar. Perkembangan teknologi saat itu mendukung dalam menganalisa virus dan membuat anti virus yang diaebar kepada seluruh rakyat.
Pemenuhan ini diberikan rata tanpa memandang ras, agama ataupun golongan. Karena negara berperan dalam melindungi dan memelihara.
Bagaimama pembiayaannya? Jelas Negara memiliki kas yang cukup dalam memfasilitasi kebutuhan tersebut, dana yanh diambil dari beberapa pos utama, seperti baitul mal, fa'i, dan pengelolaan sumber daya alam. Hal ini mampu ditangani di saat Islam diterapkan secara kaffah dalam Sistem Khilafah.