Oleh: Masita
(Aktivis Muslimah Peduli Umat)
Corona menjadi ancaman yang sangat berbahaya bagi kehidupan umat. Ditengah social distancing, Masyarakat jadi bingung tetap dirumah atau mati karena corona.
Dikutip dari laman TEMPO.CO, Washington - Lembaga dunia World Food Program mengatakan masyarakat dunia menghadapi ancaman kelaparan besar-besaran dalam beberapa bulan lagi akibat resesi ekonomi yang dipicu pandemi COVID-19 atau virus Corona.
Saat ini ada 135 juta orang menghadapi ancaman kelaparan. Proyeksi dari WFP menunjukkan jumlahnya bisa meningkat dua kali lipat menjadi 270 juta orang.
Jumlah ini masih bisa bertambah karena ada sekitar 821 juta orang yang kurang makan. Sehingga, total warga dunia yang bisa mengalami bencana kelaparan melebihi 1 miliar orang."
WEF(World Ecconomic Forum) memandang akibat covid 19 ini, Pertumbujan ekonomi sejumlah negara diprediksi negatif.(Liputan 6.com,12/04/2020). Untuk Indonesia , Presiden Jokowi tetapkan Corona sebagai Bencana Nasional dengan terbitnya Keppres No.12 Tahun 2020. Direktur INDEF(eksekutif n institute for Development of Economics and Finance, tauhid Ahmad menilai penetapan status ini adalah pertanda banyakanya sendi-sendi perekonomian indonesia yang akan lumpuh. (Liputan 6.com, 15/04/2020).
Saat menangani pandemi COVID-19, kita juga berada di tepi jurang pandemi kelaparan,” kata Beasley kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB seperti dilansir CNN pada Rabu, 22 April 2020.
Beasley menyebut terjadinya konflik, resesi ekonomi, dan penurunan jumlah bantuan serta jatuhnya harga minyak merupakan faktor yang memicu terjadinya kelangkaan pangan.
“Ada bahaya nyata bahwa lebih banyak orang meninggal akibat dampak buruk ekonomi akibat wabah COVID-19 dari pada akibat terinfeksi virus itu sendiri,” kata dia.
Wabah virus corona telah menempatkan penduduk dunia dalam situasi darurat bencana Global dengan ancaman kelaparan. Rakyat,Terutama kalangan bawah yang paling merasakan dampaknya.
Hal ini terjadi karena gagapnya penguasa disistem kufur kapitalisme sekuler dalam menangani covid-19 dengan baik. Jika saja penguasa segera menutup celah penyebaran covid-19 dengan kebijakan yang tepat, maka tidak mungkin penyebaran virus ini merambah dengan sangat cepat dan menewaskan ratusan nyawa yang hingga hari ini terus bertambah.
Sebagaimana kita tahu, semua ini berawal dari kebijakan penguasa yang membolehkan warga china masuk ke indonesia tatkala wabah covid-19 ini telah merebak di wilayah mereka. Bak jatuh tertimpah tangga, Tanpa wabah pun masyarakat negeri ini sudah kesulitan mencari pangan & pekerjaan apalagi ditambah dengan merebaknya wabah ini.
Hal ini jelas memperlihatkan bahwa penguasa sangat lamban dan tidak serius menangani kasus covid-19. Tak heran, sesungguhnya efek dari sistem rusak kapitalisme yang selalu memprioritaskan aspek manfaat kaum kapitalisme semata(dengan kebijakam menggenjot pariwisata dalam negeri pada turis asing). Ini membuktikan bahwa penguasa dalam sistem kufur kapitalisme sekuler memang tak pernah berfikir tentang kesejahteraan dan keselamatan rakyatnya.
Dalam islam pada saat terjadi wabah metode lockdown sudah dipraktikan seperti di masa Umar Bin Khattab. Sebagaimana hadist Rasulullah saw tentang lockdown, "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah ditempat kamu berada,maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR.Bukhari).
Itulah yang dilakukan negara yang menerapkan islam. Soal wabah, islam sudah memberi teladan dan arahan yang jelas. Bukan berpikir tentang ekonomi. Saat wabah belum terjadi, islam akan membangun fasilitas kesehatan yang memadai, Menggaji para tenaga kesehatan secara layak. Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan rumah sakit.
Tidak seperti saat ini, Negara bahkan lebih menimbang dampak lockdown terhadap ekonomi ketimbang kesehatan rakyat. Untuk sekedar menanggung hidup rakyat selama lockdown saja keberatan. Hingga saat ini rakyat menjadi bingung mau tetap dirumah dengan ancaman mati kelaparan atau keluar rumah dengan ancaman mati karena corona.
Kerugian ekonomi akibat wabah bisa dipulihkan. Namun kehilangan sumber daya manusia tak tergantikan.
Negaralah kunci utama penanganan wabah,dan agar tidak terjadi ancaman krisis kelaparan.
Dengan demikian jelaslah, sistem demokrasi yang merupakan anak turunan dari ideologi kufur kapitalisme sekuler telah gagal dalam menangani covid-19 dan salah kaprah dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk seluruh rakyat. Yang dampaknya, lagi lagi rakyatlah yang merugi dan terancam.
Oleh karena itu, marilah kita kembali kepada pengaturan sistem islam. Islam yang juga merupakan ideologi yang memiliki seperangkat aturan yang sempurna dan paripurna. Hanya sistem islam lah satu-satunya yang dapat menyelesaikan masalah wabah covid-19 ini dengan tepat dan cepat. Sistem islam akan segera melakukan lockdown wilayah yang terkena dampak wabah virus sekaligus memberi pasokan pangan dan seluruh kebutuhan warga di wilayah yang terdampak dengan sangat baik. Hingga tidak sampai terjadi Kelaparan dan ancaman ancaman lain dampak dari wabah virus ini. Rakyat tetap dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik selama kebijakan lockdown berlangsung diwilayahnya.
Wallahu a'lam bi shawwab