Al Faruq yang Dirindukan Umat




Oleh : Eri*


Siapakah Al Faruq itu? Mungkin masih banyak umat Islam terutama dari kalangan milenial yang tidak tahu. Al Faruq merupakan gelar yang diberikan Rasulullah saw kepada salah satu sahabatnya, yaitu Umar bin Khattab. Sedangkan arti dari Al Faruq adalah orang yang dapat memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.

Belum lama ini, ramai dimedia sosial bahwa ada seorang pemimpin yang mirip gaya kepemimpinannya dengan Khalifah Umar bin Khattab. Mereka sama-sama dekat dengan rakyatnya. Tentu saja, ini menuai polemik ditengah-tengah masyarakat. Banyak yang setuju tapi tidak sedikit yang menolak.

Perlu diketahui, Umar bin Khattab tidak hanya dekat dengan umat, tetapi ia juga memposisikan umat sebagai sarana evaluasi diri. Bahkan tidak anti-kritik, pernah seorang muslimah memprotes kebijakan Khalifah Umar terkait mahar. Sang Khalifah pun menyadari kekhilafannya dan tanpa rasa malu ia membenarkan ucapan muslimah itu serta mengakui kesalahannya.

Sebagai seorang pemimpin, Umar bin Khattab memberikan contoh bagaimana meriayah umatnya. Suatu ketika, Khalifah Umar mengangkat sendiri karung gandum untuk ibu dan anaknya yang kelaparan. Tidak sampai disitu, Khalifah pun turun langsung memasak makanan tersebut hingga matang. Dari kisah ini, Khalifah Umar menegaskan bahwa seorang pemimpin tidak boleh abai terhadap rakyatnya.

Seorang pemimpin yang mencurahkan siang dan malam untuk rakyatnya. “Kalau aku banyak istirahat pada siang hari, berarti aku menelantarkan rakyatku. Jika aku banyak tidur pada malam hari, berarti aku menyia-nyiakan diriku sendiri (tidak shalat malam).” (Ahmad bin Hanbal, Az-Zuhd, hlm. 152). Khalifah Umar adalah seorang pemimpin yang benar-benar mencintai umatnya.

Umar mengganggap bahwa mengurusi kemashlatan umat adalah amanah. Tentu harus sesuai dengan tuntunan Allah swt dan Rasul-Nya. Apa yang dilakukan oleh Umar sebagai Khalifah harus merujuk pada syariat Islam dan itu perkara wajib.

Bahwasanya, Umar bin Khattab adalah model pemimpin yang dirindukan umat saat ini. Pemimpin yang amanah dan adil serta tidak abai terhadap rakyatnya. Umat hidup sejahtera dan tercukupi segala kebutuhannya. Pemimpin yang tegas dan menjadi rujukan umat untuk memecahkan permasalahannya. Bukan pemimpin yang fasik, zalim atau gemar melakukan pencitraan.

Namun, sejak Rasulullah saw dan Khulafaur Rasyidin memimpin, masyarakat tidak mampu melahirkan pemimpin yang amanah. Ini disebabkan sistem demokrasi sekuler -yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem ini tidak mewajibakan pemimpin untuk memerintah dengan hukum Allah swt. Tentu saja akan melahirkan kebijakan yang zalim. 

Berbeda bila Islam diterapkan sebagai sistem yang mengatur segala aspek kehidupan manusia. Allah swt memerintahkan seorang pemimpin untuk meriayah umat, baik urusan agama maupun dunia. Menjamin kebutuhan hidup umatnya terpenuhi. Selain itu, Islam membentuk generasinya dengan karakter yang mulia, yaitu kepribadian Islam. Kepribadian ini akan nampak pola pikir dan sikap yang berstandar akidah Islam. Akidah yang melahirkan aturan sesuai dengan kebutuhan manusia.

Sistem demokrasi terbukti rusak serta tidak mampu melahirkan seorang pemimpin jujur dan amanah. Bahkan gagal dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya. Hanya dengan menerapkan Islam secara Kaffah, akan melahirkan seorang pemimpin memiliki output serta kepribadian khas yang mampu memimpin dan meriayah umat. Waallahu a'lam bis shawwab.

*(Pemerhati Masyarakat)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak