Oleh : Rina Rofia
Unggahan foto tenaga medis yang membawa tulisan "Indonesia Terserah" sedang menjadi trending topik saat ini.
Seperti di twitter, sejak Jum'at (15/05/2020) hingga Sabtu (16/05/2020), tagar #Indonesiaterserah menjadi trending topik. Dilansir dari Kompas.com pada (18/05/2020).
Lalu, apakah sebenarnya maksud dari tagar tersebut?
Penjelasan Psikolog dari Guru Besar Psikologi Sosial UGM Faturochman mengenai tagar "Indonesia Terserah" yang menjadi bahan dalam pembicaraan saat ini. Sebenarnya, seluruh tenaga medis tidak menyerah dalam menjalankan amanahnya sebagai garda terdepan kesehatan .
"Itu protes, jadi bukan menyerah," ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu (16/05/2020).
Pernyataan itu didukung dengan adanya sumpah tenaga medis, yang harus menjalankan kewajibannya sebagai penolong pertama bagi nyawa manusia.
Kekhawatiran tenaga medis kembali memuncak dengan adanya pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menjadi peluang bertambahnya penyebaran rantai virus Corona.
Pelonggaran tersebut tampak pada sektor transportasi, mulai dari transportasi darat dengan beroperasinya bus, kereta api, hingga pesawat terbang.
Kekhawatiran tersebut tampak jelas terlihat dari banyaknya penumpang di terminal 2 bandara Soekarno-Hatta pada, kamis (14/05/2020).
"Dengan PSBB, yang tidak seketat lockdown pun kasus masih ada terus. Apalagi jika PSBB di longgarkan. Beban tenaga medis akan makin berat," terang Fatchurohman.
Dapat kita saksikan sendiri, banyaknya tenaga medis yang kekurangan APD dan ruangan yang tidak memadai. Adanya beberapa rumah sakit yang tidak bisa menampung pasien baru. Hingga adanya orang-orang yang disarankan untuk isolasi mandiri.
Ditambah lagi dengan adanya pernyataan "hidup berdamai dengan COVID-19" merupakan salah satu bentuk gagalnya upaya penanganan pemutus mata rantai virus yang berkolaborasi dengan adanya krisis akut sistemik kapitalistik. Yang hanya menitik beratkan pada nilai materi saja. Tanpa memperhatikan kesehatan dan keselamatan jutaan jiwa.
Bisa jadi, hal tersebut menjadi beberapa pemicu adanya tenaga medis yang telah pasrah dengan ketentuan yang di berlakukan di Indonesia.
Di Indonesia, adanya rencana "hidup normal" dengan timeline pemenuhan ekonomi nasional usai pandemi COVID-19 yang akan dibuat pada awal Juni 2020 mendatang.
Memang pemerintah memberikan beberapa himbauan agar masyarakat dapat memperhatikan protokol kesehatan dalam hal menjaga kebersihan, penggunaan masker, menjaga jarak hingga menghindari kerumunan.
Akan tetapi, kurva wabah masih dibiarkan melonjak, rantai-rantai penularan virus tambah dibuka lebar demi mempertahankan perekonomian negara, dan masih adanya tenaga asing yang dapat masuk ke negara Indonesia.
Dikutip dari Kompas.com, adanya beberapa warta pemerintah seperti ajakan berdamai dengan virus Corona, dapat menjadi kesimpulan besar bahwasanya pemerintah benar-benar abai serta menampakkan ke tidak peduliannya dalam meri'ayah kesehatan jutaan nyawa manusia, yang berada dalam lingkaran ancaman virus mematikan ini.
Berbeda halnya dengan konsep Islam, yang benar-benar menggembok rapat wabah di tempat asalnya.
Dari hadis riwayat Bukhari :
"Jika kamu mendengar wabah disuatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tengah kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu"
Dapat langsung kita pahami, di mana islam benar-benar melindungi dan meri'ayah rakyatnya tanpa peduli dengan adanya penurunan ekonomi. Karena islam memiliki rencana paling efektif dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh umatnya.
Mengisolasi mereka yang terinfeksi maupun yang memiliki resiko tertular, hingga tak lagi ada indikasi sakit dari rakyatnya.
Memang aturan ini akan merugikan bagi negara yang memiliki prinsip kapitalisme, karena bertentangan dengan kepentingan ekonomi dan korporasi.
Benar, konsep ini hanya akan sesuai dengan peradaban islam yang rahmatan lil alamin. Yang tak hanya mengatur urusan ibadah saja, akan tetapi juga menjadi penyelesaian masalah yang dialami oleh manusia.
Wallahu a'lam bish shawab.