Oleh: Nova
Pasti Mati…!!! Itulah kira-kira kata yang akan muncul dalam benak kita ketika mendengar kasus penangkapan pelaku terorisme. Hati dan pikiran kita pun makin berkecamuk ketika penangkapan tersebut dilakukan oleh aparat yang tentunya dilengkapi dengan senjata lengkap. Yang tidak kalah lucunya pasti ada pernyataan media, “telah terjadi baku tembak dengan terduga teroris”. Seumur-umur sejak dunia ini terjangkit phobia sama teroris yang selalu dikaitkan umat Islam. Tidak pernah terdengar terduga terorisme ini ditangkap hidup-hidup atau melakukan pembelaan diri terlebih dahulu. Yang ada malah salah tangkap.
Begitu juga dengan Qidam Al Fariski Mafance (20 tahun), warga Desa tambarana Kecamatan Poso Pesisir yang tewas ditangan aparat pada kamis (09/04) . Ironisnya Qidam Al fariski dituduh dan diberitakan media terlibat jaringan MIT (Mujahidin Indonesia Timur) seperti yang dilansir oleh laman berita online radarsulteng.id pada Jumat (10/04/2020)
Berdasarkan keterangan keluarga leher Qidam dalam kondisi patah, kulit paha hingga dekat kemaluan terlihat disayat memanjang. Selain itu ditemukan juga luka tusukan pisau dileher dan sayatan didada sebelah kiri dan kanan. Tak hanya itu, bekas luka tembakan juga nampak di dada depan hingga tembus belakang. (Kiblat, Senin 13 April 2020)
Peristiwa kematian Qidam ditanggapi oleh Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain. Dalam akun instgwam pribadinya@tengkuzulkarnain.id Senin (13 April 2020).
“Kapolri perlu segera menjelaskan kepada publik kejadian yang sebenarnya. Tidak ada yang perlu ditutupi dalam kasus ini. Buka sejelas-jelasnya. Jka oknum Polisi memang bertindak ala Koboy, maka umumkan tanpa merasa malu. Pecat dan hukum dengan hukuman seberat beratnya demi nama baikn institu si Polri.
Namun jika sebaliknya, Oknum Polisi sudah bertindak benar dan sesuai SOP, maka bela mereka . Jaga nama baik mereka”.
Beliau juga menuturkan bahwa polisi itu abdi negara. Melayani dengan hati, bukan dengan besi panas. Polisi adalah alat negara bukan Opas di zaman Penjajah Belanda. Institusi Polri terlalu besar dan mahal jika tercoreng oleh segelintir oknumnya.
Umat islam sudah jenuh dengan aksi brutal penegak hukum soal terorime yang selalu membuat alibi bahwa terduga teroris selalu dikaitkan dengan simbol atau atribut keIslamannya maupun aktifitas kegiatan keagamaan. Kenapa selalu yang dicurigai kelompok Islam? Sementara jika pelakunya bukan Islam maka mereka semua diam termasuk media sekuler ikut membisu seolah-olah tidak pernah ada terjadi apa-apa.
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
"Hilangnya dunia, lebih ringan untuk Allah daripada terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak." (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).
Sangat disayangkan, nyawa seorang muslim harus hilang untuk sesuatu yang sangat tidak jelas.
Semua bisa memberikan keterangan tentang peristiwa yang sedang ramai di masyarakat, namun kita perlu memahami, semua disaksikan oleh Allah. Kami tidak bisa memberikan nasehat apa pun selain ingin kami sampaikan, " Allah tidak pernah melupakan tindakan orang dzalim ."
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْي َ َ ُ
“Jangan sekali-kali kamu mengira, Allah akan melupakan tindakan yang dilakukan orang dzalim. Sesungguhnya Allah membalikkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak (karena melihat adzab). " (QS. Ibrahim: 42).
Qidam, ini bukan akhir segalanya. Jika engkau tidak bersalah, surga sudah menunggumu. Sementara kami dengan nafas yang tersisa ini akan trus mengalirkan dakwah menuju kebangkitan.