Oleh : Gina Kusmiati
(Komunitas Pena Islam)
Virus Covid-19 telah sampai ke Sumedang. Wabah ini telah meresahkan banyak warga sampai di berlakukannya tes masif covid-19. Paseh Sumedang adalah salah satu kecamatan yang diisolasi lokal kewilayahan. Jumlah ODP di Sumedang sudah mencapai 1889 orang. 187 Orang alami gejala covid-19. Angka ini meningkat karena banyak yang mudik dari Jakarta ke Sumedang. Pandemi corona ini membuat perusahaan di Sumedang melakukan protokol kesehatan dan Pilkades serentak di Sumedang pun ditunda.
Untuk menindak lanjuti pandemi ini, pada tanggal 17 Maret 2020, Pemkab Sumedang telah mengeluarkan kebijakan khusus terkait pelaksaan Program Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengatakan, pihaknya telah menerapkan langkah-langkah preventif di lingkungan kantor BPJS Kesehatan.
Mereka telah menetapkan protokol penanganan virus corona di ruang kerja dan area publik BPJS Kesehatan, seperti pengukuran suhu badan pegawai dan pengunjung, penyediaan hand sanitizer, masker, dan melakukan disinfeksi setiap hari di area kantor BPJS Kesehatan. Mereka juga menerapkan work from home (WFH) bagi pegawai dengan kriteria tertentu, terutama pegawai yang sehari-harinya menggunakan transportasi publik. Tapi, kebijakan khusus ini hanya bersifat teknis sementara saja sampai ada kebijakan yang lebih lanjut untuk menangani virus ini.
Kesimpangsiuran kebijakan pusat dan daerah menjadi dilema bagi masyarakat. Masyarakat jadi bingung apa yang harus di lakukan. Apakah harus menuruti pemerintah pusat atau kebijakan daerah. Sehingga banyak masyarakat yang masih pada ngeyel melakukan aktivitas kumpul-kumpul ataupun bertekad pulang kampung dari Jakarta ke Sumedang seakan menyepelekan wabah ini. Kebijakan lockdown daerahpun terhambat dan gagal.
Ketidaktegasan pemerintah pusat menangani wabah dan mengurusi rakyat menjadikan sebagian rakyat tidak bisa mengambil jalan yang seharusnya di tempuh yaitu lockdown karena mereka terpaksa harus keluar dari zona aman/rumah demi melaksanakan pekerjaan tanpa APD yang aman, mencari nafkah untuk memenuhi keperluan hidup mereka. Kelalaian pemerintah mengenyampingkan sikap rakyat terhadap kesehatannya sendiri.
Di sisi lain, pemerintah tergesa-gesa membereskan ibu kota baru. Kebijakan itu membuat hati rakyat tersakiti. Namun, mampu menyadarkan rakyat betapa zalimnya pemimpin saat ini. Seolah nyawa rakyat tak ada harganya di mata penguasa.
Dalam Islam mengurusi rakyat adalah tanggungjawab negara. Apalagi saat wabah menerpa rakyat. Islam sangat memperhatikan bagaimana cara menghentikan mata rantai penyebaran wabah. Dahulu Khalifah Umar bin Khattab berupaya sekuat tenaga kala datangnya wabah yang menimpa rakyatnya. Saking ganasnya wabah, hanya dalam waktu beberapa jam langsung mematikan.
Lalu, Umar memanggil sahabatnya Amru Bin Ash untuk mendiskusikan meneliti bagaimana memutus wabah itu jangan sampai tersebar kemana-mana. Dengan kecerdasan Amru Bin Ash wabah itu dapat menghilang dengan sendirinya. Dan dapat pula pemerintah menetapkan kebijakan untuk menanggulangi wabah itu dengan karantina. "jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negari makan janganlah kalian memamsukinya. Tetapi jika wabah itu berada di tempat kalian makan jangan kalian keluar dari tempat itu."(HR. Bukhari dan Muslim).
Tapi bila wabah itu sudah tersebar tidak terdeteksi, maka pemerintah akan merumahkan rakyatnya dengan diperkuat hadist berikut ."janganlah kalian mencampurkan antara yang sakit dan yang sehat" (HR. Bukhari).
Namun dengan dirumahkan, karantina ataupun lokcdown pemerintah sangat wajib memenuhi kebutuhan pokok sehingga rakyat tidak resah gelisah. Sehingga rakyat dapat melaksanakan lokcdown tanpa putus asa dan dapat menjaga kesehatannya dengan asupan gizi dari makanan yang disediakan pemerintah untuk memperkuat sistem imunnya.
Pemerintah juga wajib menyediakan sarana-sarana kesehatan, ketersediaan falisitas kesehatan dibangun dengan tidak membebankan rakyat. Fasilitas kesehatan akan memaksimalkan pengobatan untuk yang sakit ataupun pencegahan untuk yang sehat agar kesehatan rakyat bisa terjamin, aman dan nyaman.
Dengan sistem Islamlah pemerintah dan rakyat selalu kompak dalam segala urusan apapun, termasuk dalam kesehatan terutama ketika di landa wabah semua bersinergi memutus mata rantai wabah. Terbukti dalam sejarah Rasulullah dan para sahabat dengan menerapkan sistem Islam wabah bisa terkendali dan mereka dapat melewatinya dengan penuh strategi tanpa menyalahi hukum syara. Sehingga rakyat bisa hidup dengan penuh keamanan.
Maka dari itu, hanya Islamlah yang dapat mengatasi problematika umat. Karena Islam datang sebagai solusi yang tepat, sigap dan benar. Tapi, tentunya harus disadari setiap insan manusia, agar Islam selalu menjadi patokan hukum menyelesaikan masalah-masalah dari hal kecil ke hal besar sampai negara sekalipun.