Oleh : Rantika Nur Asyifa
Tantangan saat ini ialah krisis moral dan hancurnya generasi bangsa akibat seks bebas yang semakin marak terjadi disekitar kita. Bukan sesuatu hal yang asing lagi, saat ini banyak anak muda yang telah kehilangan cita-cita, visi, dan semangat dalam hidupnya karena menjadi korban seks bebas yang semakin merajalela.
Berbagai data tentang problem generasi bangsa hari ini dapat kita lihat dari berbagai sumber, salah satunya dari laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Laporan KPAI dari survei yang dilakukan tahun 2007 di 12 kota besar di Indonesia tentang perilaku seksual remaja sungguh sangat mengerikan.
Lebih dari 4.500 remaja yang di survei, 97 % diantaranya mengaku pernah menonton film porno. 62,7 % remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengaku sudah tidak perawan lagi. Bahkan, 21,2 % remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) mengaku pernah melakukan aborsi (Republika.co.id 20/09/2019). Lalu bagaimana dengan kondisi hari ini ?
Dilansir dari FKKMK-UGM (14/03/2018) tertulis bahwa data UNICEF tahun 2016 menunjukkan bahwa kekerasan pada sesama remaja di Indonesia diperkirakan mencapai 50 %. Sedangkan dilansir dari data Kementerian Kesehatan RI 2017, terdapat 3,8 % pelajar dan mahasiswa yang menyatakan pernah menyalahgunakan narkotika dan obat berbahaya.
Meningkatnya kasus kenakalan remaja akhir ini dapat dilihat dari beberapa media online, TV, maupun surat kabar. Diantaranya yang baru-baru ini terjadi adalah kasus bullying yang terjadi pada siswa SMA yang dilakukan oleh teman sebayanya. Semua kasus kenakalan remaja dapat terjadi akibat kelalaian keluarga dalam mendidik dan mengawasi perkembangan anak.
Remaja tentu menyumbang populasi sangat besar di Indonesia. Menurut data proyeksi penduduk tahun 2014, jumlah remaja mencapai sekitar 65 juta jiwa atau 25 % dari 255 juta jiwa penduduk Indonesia (Bareskrim.com, 21/6/2015).
Akibat kelalaian keluarga dan yang paling utama adalah akibat dari sistem sekular yang diterapkan oleh negara, kalangan remaja yang jumlahnya puluhan juta tersebut terkena dampaknya juga. Remaja yang seharusnya menjadi tonggak peradaban dan aset berharga bagi masa depan bangsa, kini menjadi remaja yang tak memiliki moral dan sangat jauh dari yang diharapkan.
Faktanya, system secular barat yang sedang memimpin dunia kini telah terbukti gagal menjamin kesejahteraan, keamanan, ketenteraman, dan kebahagiaan umat manusia. Sekularisme telah merasuki kalangan remaja dengan berbagai cara, diantaranya ialah kesenangan, film, makanan, dan cara berpakaian. Misalnya, bermunculan film bergenre remaja yang penuh dengan nilai-nilai secular, temanya tak jauh dari pacaran yang menjurus pada pergaulan bebas.
Lain halnya dengan Islam, yang menetapkan keamanan, pendidikan, dan kesehatan sebagai hak dasar seluruh masyarakat. Ketentuan dalam Islam, Negara wajib menjamin kesejahteraan, keamanan, dan kebahagiaan untuk tiap-tiap individu. Negara tidak boleh berlepas tangan dari penunaian kewajiban itu terutama dalam kontribusi untuk mendidik para remaja.
Hanya saja, untuk mendidik para remaja ini tidak hanya menjadi tanggung jawab Negara, tetapi juga menjadi tanggung jawab individu atau keluarga. Keluarga memiliki peran penting dalam menciptakan generasi bangsa yang bermoral dan memiliki keimanan penuh kepada Allah. Islam mewajibkan setiap individu untuk lebih meningkatkan keimanan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah, agar terhindar dari kemaksiatan dan perbuatan yang dapat menyesatkan.
Demikian Islam menjamin segala aspek kehidupan bagi seluruh masyarakat. Sebuah system yang sempurna yang akan senantiasa membawa keberkahan bagi seluruh umat manusia. Islam mengatur hubungan antara manusia dengan Rabbnya, dengan manusia lain, dan dengan dirinya sendiri. Ini sangat berbeda dengan system secular yang diterapkan saat ini. Wallahu a’lam
Bogor, 03 April 2020