Oleh : Tri Silvia*
Ramadan tinggal esok hari, rasa takjub dan kegembiraan harusnya sudah mengisi hari-hari. Namun bagaimana dengan kali ini? Kita berada dalam situasi yang sangat tidak terkendali. Wabah yang menimpa negeri nyatanya belum menunjukkan sinyal untuk berhenti dan segera pergi. Sebaliknya, data pertambahan korban terjangkit dan wafat semakin menggila dari hari ke hari. Dua bulan sudah semenjak wabah menjangkiti negeri, sudah ada tujuh ribu lebih orang yang terjangkiti dan ratusan diantaranya meninggal dunia. Tingkat kematian terbesar kedua setelah Italia dengan persentase kematian sejumlah 10,8% tertanggal 30 Maret 2020. (Kompas.com)
Sikap santai pemerintah di awal kehadiran virus ini nyatanya berbuah nyata dengan tingginya tingkat kematian yang terjadi. Tidak adanya tes massal yang diberlakukan, berakibat pada sulitnya pelacakan dan pendataan terhadap korban yang terjangkit. Alhasil korbanpun semakin meningkat dari ke hari. Ketidakkonsistenan pemerintah dalam memberikan kebijakan terkait pembatasan sosial, pun menambah kacau suasana. Belum lagi pelepasan para Napi yang membuat masyarakat semakin dicekam ketakutan. Sikap antipati pun melanda sebagian masyarakat. Mereka phobia pada orang yang tiba-tiba pingsan atau wafat di tengah jalan, tak mau menerima pemakaman korban covid-19 di wilayahnya, mengusir para korban baik PDP maupun ODP yang harusnya melakukan isolasi mandiri, termasuk mengusir dan mengucilkan para tenaga medis yang khusus mengurusi pasien covid-19. Sungguh situasi yang amat tidak terkendali, apalagi dengan kondisi pemerintahan yang adanya seperti tiada dan bahkan jauh lebih baik jika memang tidak ada.
Di sisi lain, kita semua selaku umat muslim akan menghadapi bulan mulia yang amat dirindu, yakni bulan suci Ramadhan 1441 H. Bulan yang senantiasa ditunggu sebab kemuliaan dan berbagai keistimewaan yang dimilikinya. Bagaimana kiranya umat harus menyikapi kedatangannya di tengah suasana kekalutan sebab covid-19 hari ini?
Sambut Ramadhan dengan Gembira
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu yang hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)
Bulan Ramadan adalah bulan mulia, yang di dalamnya ada banyak sekali keistimewaan. Pada bulan tersebut umat Islam diwajibkan untuk melakukan shaum sebulan penuh, mengeluarkan zakat dan memperbanyak infak dan shodaqoh. Adanya salat tarawih pun menambah hangat suasana. Belum lagi berbagai kabar gembira yang telah Allah kabarkan yang menambah kemuliaan bulan tersebut, kabar tentang ditutupnya pintu neraka dan dibukanya pintu surga, dibelenggunya setan-setan, diterimanya semua pertobatan, dilipatgandakannya semua pahala kebaikan, diampuninya segala dosa perbuatan, dan lain sebagainya. Maka dianjurkan bagi umat Islam untuk bergembira menyambut kedatangannya.
Di samping berbagai kabar gembira yang disampaikan, ada beberapa peristiwa penting yang terjadi di dalam bulan Ramadhan. Di antaranya, diturunkannya kitab suci Alquran dan kitab-kitab lain sebelumnya, peristiwa Badr al-Kubro, Fathul Makkah, Masuk Islamnya penduduk Yaman, Pembebasan Andalusia, dikalahkannya tentara Mongol, dihancurkannya berhala Uzza, kemenangan Sholahuddin Al Ayyubi, dan Kepulangan Rasulullah dari Perang Tabuk.
Menilik peristiwa-peristiwa di atas, kita dapat menemukan beberapa peperangan yang terjadi di bulan suci. Hal tersebut membuktikan bahwa umat Islam tak pernah gentar untuk berjuang dalam menegakkan syariat-Nya meskipun berhadapan dengan Ramadan, itulah mengapa ada yang menyebutkan bahwa Ramadan adalah bulan perjuangan.
Umat Islam hari ini sangat perlu untuk melihat kembali peristiwa-peristiwa di atas untuk terus bersyukur dan bergembira. Karena nyatanya, Rasulullah dan para sahabat pun pernah merasakan suasana mencekam akibat peperangan yang terjadi di tengah bulan suci ini.
Adapun terkait dengan pandemi yang terjadi, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni :
1. umat Islam tetap harus waspada diri dan lingkungan, menjaga kesehatan dan kebersihan agar virus tak mau menjangkiti.
2. Ikuti prosedur yang berlaku seperti social distancing dan penggunaan masker, selagi tetap menjalankan ibadah puasa seperti biasanya.
3. Perbanyak shodaqoh dan infak untuk orang-orang yang membutuhkan, terutama mereka yang ikut terdampak covid-19
4. Menjalankan hidup sederhana dan jangan berlebihan, juga perbanyak simpati kepada para korban yang terdampak virus ini
5. Terkait sholat tarawih dan ibadah lainnya, maksimalkan diri di rumah bersama anggota keluarga
6. Jadikan momentum Ramadhan kali ini sebagai momentum pertobatan dan ketaatan
7. Perbanyak kajian-kajian keislaman secara online di rumah bersama anggota keluarga lainnya
8. Tetap jalankan kewajiban dakwah dari dalam rumah, baik secara lisan via online maupun tulisan yang kemudian dapat dipost melalui media sosial atau media-media lainnya
Ramadan Momentum Pertobatan dan Ketaatan
Kata tobat dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) artinya adalah sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan; atau kembali kepada agama (jalan, hal) yang benar. Adapun pengertian tobat secara Istilah adalah meninggalkan dosa karena takut pada Allâh, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya, dan memperbaiki apa yang mungkin bisa diperbaiki kembali dari amalnya (almanhaj.or.id).
Namun secara hakikat ada tiga hal yang harus dilakukan dalam pertaubatan, yakni :
1. Memohon ampun dan berusaha untuk meninggalkan perbuatan maksiat yang pernah dilakukan
2. Berazam untuk tidak lagi melakukannya di kemudian hari
3. Terus berdakwah agar orang lainnya tidak melakukan hal yang sama dengan apa yang ia lakukan dan satu-satunya cara terbaik yang bisa ia lakukan agar tidak ada lagi yang melakukan hal yang sama dengan apa yang lakukan adalah dengan memperjuangkan institusi yang akan menerapkan syariat Islam kaffah yang akan menutup setiap celah kemaksiatan yang dilakukan manusia.
"Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun." (QS. Al-Anfal : 33)
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu berkata: “Tidaklah suatu bencana ditimpakan, melainkan disebabkan dosa ; dan tidaklah suatu bala’ dihilangkan, melainkan dengan bertaubat.”
Mudah-mudahan Allah ampuni segala dosa dan kesalahan kita jelang bulan suci Ramadhan kali ini. Di samping Allah buka dan hilangkan wabah dan segala bencana yang ada saat ini berganti dengan limpahan rahmat dan barokah dari langit dan bumi, sebab pertobatan yang dilakukan juga ketaatan pada syariat yang telah Allah gariskan.
Ketaatan yang menyeluruh dalam segala aspek kehidupan, baik yang sudah bisa dijalankan ataupun yang belum, dengan cara senantiasa memperjuangkan penerapan syariat kaffah melalui Daulah khilafah ala minhajin nubuwwah.
Wallahu A'lam Bis Shawwab
*(Anggota Revowriter Tangerang)
Tags
Opini