Oleh: Ummu Syauqi
Kugoreskan aksara ini untuk refleksikan seuntai rasa yang menggema di sanubari. Kisah yang membuatku tersesat di jalan literasi berbasis ideologi. Inilah nikmat yang harus disyukuri. Cara hidupku berubah dari sekadar menikmati hari, memasak makanan kesukaan suami, sampai mendidik buah hati. Mengoptimalkan peran ibu sekaligus istri. Kini mencoba mengubah cara mengisi waktu dengan menuliskan secuil kisah berarti. Setidaknya bagi diriku sendiri.
Kisah ini berawal dari kebiasaanku berselancar di dunia maya. Membuka beberapa aplikasi yang tersedia. Dari Sophee, Lazada, Buka Lapak, toko buku online, dan berbagai sosial media. Di facebook kutemukan Revowriter ternama. Kubuka, kubaca, kupelajari, kupahami dengan seksama. Ternyata oh ternyata, inilah komunitas penulis ideologis papan atas semua. Bahkan sudah banyak alumninya, dengan tulisan yang tayang di berbagai media. Masyaa Allah tabarakallah, apa yang kucari selama ini bertemu jua. Alhamdulillah, Allah Maha Mengetahui keinginan setiap hamba-Nya.
Aku pikir tidak berlebihan. Jika aku mengiklankan. Revowriter benar-benar amat berkesan. Semua peminat belajar menulis online mendapat tantangan sekaligus ajakan. Ketika usia kita makin bertambah, namun tak punya tulisan, apa kira-kira kata penulis mapan?
Perspektifku, jika tidak pandai memanfaatkan kesempatan. Sangat memilukan sekaligus memalukan. Kenapa tidak? Waktu berlalu, banyak kejadian dan pengalaman. Sayang dilewatkan tanpa kenangan untuk dituliskan. Punya ilmu didiamkan. Membeku bersama waktu tanpa dibagikan. Boleh jagi ide kecil, gagasan remeh-temeh dibutuhkan banyak insan. Menjadi inspirasi besar dalam kehidupan. Itulah ajakan Revowriter yang kucoba interpretasikan.
Pada iklan Revowriter ada penekanan bahwa menulis itu gampang. Belajarnya seru, bikin semua senang. Di kelas basic revowriter ada empat materi cemerlang. Mulai How to be a Revowriter, tips menggali sumur ide, menulis artikel tembus media, dan membuat judul nyundul. “Bukan kelas abal-abal,” bukan pula kelas fiktif, seketika bisa hilang. Apalagi mentor sekaligus foundernya Cikgu Asri Supatmiati, Sayang. Menguasai teknik menulis yang tidak alang kepalang. Telah menelorkan karya segudang. Di samping penulis Cikgu Asri juga jurnalis, dan redaktur Radar Bogor yang kian berkembang.
Empat kali pertemuan online. Didapatkan banyak pengetahuan dan skill menulis keren. Pengalaman guru sangat paten. Melahirkan banyak penulis beken. Setiap media ada penulis, alumni Revowriter beken.
Sejak saat itu, aku semakin sadar. Usiaku semakin mendekati lansia, wallahu a’lam kapan saja bisa ambyar. Namun belum satupun tulisanku keluar. Selain status remeh dan receh di media sosial, laksana seseorang masuk pasar besar. Orangnya banyak, jumlahnya bisa jadi semilyar. Belum tentu statusku disasar. Untuk itu, aku harus membuat ancar-ancar. Belajar teknik menulis tingkat dasar. Agar status di media sosial tidak ala kadar.
Hatiku semakin teriris. Menyesali masa lalu, mengapa dulu menjadi manusia apatis?. Tak sempat menulis. Padahal dahulu, sedikit banyak aku pernah belajar menulis. Misalnya belajar mengarang pada pendidikan dasar dan menengah, namun materinya tak pernah kugubris. Persepsiku kala itu skill menulis khusus untuk para penulis. Saat itu, pikiranku digerogoti ideologi kapitalis. Semua diukur dari sisi ekonomis. Tidak ada untungnya jadi penulis. Paling-paling para penulis itu hanya ingin eksis. Mencari sensasi dengan perilaku narsis. Persepsi-persepsi keliru itu bagai teralis. Melekat kuat tak mau terkikis. Di samping aku tidak hobi menulis. Hingga waktuku habis. Tak satu pun tulisan dan pengalamanku tentang tulis-menulis.
Akhirnya aku menggunakan nalar. Berpikir, menimbang, dan memutuskan untuk mendaftar. Tepatnya 10 Februari 2020 aku mendaftar dari Sumbar. Tanggal itu juga aku resmi masuk grup revowriter 22 sebagai pelajar. Berharap di sisa usia aku semakin sadar. Bahwa hidup tak sekadar hidup, nanum harus berkontribusi besar. Mencerahkan umat lewat lisan dan tulisan, agar umat paham hanya Islam ideologi besar. Bersumber dari Allahu Akbar.
#milad8revowriter
#akudarevowriter
#mutiararevowriter