Oleh. Lina Ummu Dzakirah
Hampir satu tahun Ramadhan yang kita rindukan, yang kita nanti-nantikan datang kembali. Seorang muslim pasti perasaannya gembira saat Ramadhan datang. Mau diibaratkan, layaknya seorang istri yang tak bertemu lama dengan suami yang dicintainya, kemudian mendapat kabar bahwa suaminya akan segera pulang, bentuk dari kegembiraannya; dia akan menjadikan rumahnya sedemikian bersih, rapi, indah dan wangi. Tidak hanya rumah, tetapi juga halaman, bunga-bunga atau tanaman yang mengitari rumahnya.
Begitu seharusnya seorang muslim menyambut Ramadhan yang telah dinanti-nantikan. Sebab, ia akan segera datang maka sekarang kita juga harus mempersiapkan segala kebutuhan untuk bisa survive di medan juang ini, yaitu Ramadhan. Tak hanya fisik dan mental yang harus dipersiapkan tapi juga keimanan
Disisi lain, kita juga perlu merenung, bahwa Ramadhan kali ini berbeda dengan Ramadhan tahun lalu. Tahun lalu kita masih bisa melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan tanpa ada rasa was-was. Namun, tahun ini Ramadhan kita lalui bersama wabah Corona Virus. Wabah ini merata di seluruh belahan dunia, semua negara merasakan wabah ini.
Ramadhan tahun ini, dalam pusaran virus Corona. Pemerintah melarang salat berjamaah di masjid, tarawih, maupun salat Idul Fitri. Hal ini untuk memutus rantai penyebaran virus Corona. Namun demikian, umat Islam sedunia dan khususnya di Indonesia tetap meyambut datangnya bulan suci Ramadan dengan penuh sukacita. Bulan agung nan mulia yang senantiasa dirindukan kedatangannya dan disayangkan kepergiannya.
Ramadhan sejatinya bukan hanya sekadar bulan puasa. Ramadhan adalah bulan yang harus dijadikan momentum untuk taqarrub secara total dan dalam makna seluas-luasnya. Rasulullah saw, berpesan untuk banyak melakukan taqarrub kepada Allah. Beliau mengatakan, siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebajikan di dalamnya sama dengan orang yang menunaikan perkara fardhu; siapa yang menunaikan suatu yang fardhu dalam bulan Ramadhan sama dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu di bulan lainnya.
Di antara bentuk taqarrub lainnya adalah amal dakwah. Dakwah tentu membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Pada bulan ramadhan, perjuangan dan pengorbanan ini selayaknya dilipatgandakan. Kita masih ingat pada 17 Ramadhan tahun 2 H, hari Jumat pagi, pasukan kaum Muslim berhadap-hadapan dengan pasukan Quraisy dalam Perang Badar. Pertempuran ini langsung dipimpin oleh junjungan kita Rasulullah Muhammad saw. Pasukan beliau hanya berjumlah 313 orang, sementara pasukan Quraisy lebih dari 1000 orang. Perlengkapan pun tidak sebanding. Hati beliau pilu menyaksikan realitas ini. Tidak terbayang apa yang akan terjadi pada umatnya sekiranya kaum Muslim tidak dapat meraih kemenangan. Lalu beliau segera menghadapkan wajahnya ke Kiblat. Beliau tepekur dalam doa;
"Allahumma, ya Allah. Ini Quraisy datang dengan segala kecongkakannya, berusaha hendak mendustakan Rasul-Mu. Allahumma ya Allah, aku mohon pertolongn-Mu yang telah Engkau janjikan kepadaku. Allahumma, ya Allah, andai saja pasukan kecil ini binasa hari ini maka tidak ada lagi yang akan menyembah-Mu setelah hari ini."
Kita lihat, bulan Ramadhan saat terjadi Perang Badar dijadikan sebagai momentum perjuangan dan pengorbanan. Mengorbankan diri, tenaga, harta dan pikiran untuk mendakwahkan Islam ke seluruh umat manusia. Ramadhan kali ini dapat dijadikan sebagai salah satu momentum untuk persatuan umat. Bersatu untuk menyadarkan umat dari sistem kufur untuk kembali kepada sistem Islam secara kaffah. Sudah menjadi fakta bahwa sistem saat ini telah gagal dalam menangani wabah Covid-19 ini, maka sudah selayaknya kita sadar hanya Islam lah yang bisa mengatasi setiap problematika hidup terkhusus wabah ini.
Alhasil, marilah bulan Ramadhan kali ini kita jadikan momentum untuk melakukan perubahan secara total demi terwujudnya 'Islam kaffah' sebagaimana perintah Allah SWT :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
[البقرة/208]
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” [Al-Baqarah : 208]
Caranya adalah dengan berupaya sungguh-sungguh menegakkan institusi pemerintahan Islam, yakni Khilafah 'ala minyak an-Nubuwwah, agar semua hukum Islam benar-benar dapat diterapkan secara total sebagai wujud dari ketakwaan kita kepada Allah SWT. Bukankah takwa yang benar-benar ingin kita raih lewat ibadah shaum Ramadhan?!
Wallahu a'lam bi ash-shawab