Oleh : Ina Siti Julaeha
Praktisi Pendidikan
Ramadhan Tiba 3x
Marhaban yaa Ramadhan 4 x
Penggalan lirik lagu Opik di atas mewakili kegembiraan hati setiap muslim dalam menyambut Ramadhan. Yang biasa dinyanyikan dalam setiap acara tarhib anak-anak TK, SD dan TPA dalam karnaval keliling desa dalam Tarhib Ramadhan. Namun Ramadhan 1441 H ini terasa begitu berbeda. Di tengah pandemi covid-19 yang melanda dunia yang telah merenggut ribuan jiwa akibat keganasan virus ini. Kita dianjurkan untuk diam di rumah saja, agar penyebaran virus tidak meluas. Ketakutan, keputus-asaan dan rasa kehilangan mengiringi hari-hari kita saat ini. Sebagai manusia biasa tentu hal ini membawa rasa sedih di hati setiap muslim. Hanya saja, musibah ini harus dilalui dengan hati yang ikhlas dan sabar. Dengan berharap Ramadhan akan menghapus covid-19 di seluruh dunia.
Ramadhan tanpa buka puasa bersama, tanpa tarawih berjamaah di masjid dan tanpa kajian yang memenuhi pelataran masjid dalam upaya memakmurkannya di bulan Ramadhan memang terasa begitu menyedihkan. Namun keberkahan Bulan rahmat ini tetaplah bisa kita raih dengan kekhusuan beribadah meskpun tetap berada di dalam rumah. Tadarus al-Qur’an, Bershalawat, berdzikir, kajian online, sahur dan berbuka bersama anggota keluarga di rumah serta menghidupkan malam dengan beribadah dan bertaqarrub dengan meninggkatkan amalan nafilah.
Berpuasa di bulan Ramdhan merupakan amalan yang wajib bagi setiap muslim. Tidak terkecuali saat wabah melanda negeri. Adanya kekhawatiran puasa menjadi alasan tertular penyakit covid-19 merupakan upaya menjauhkan muslim dari syariat yang mulia. Bukankan dengan berpuasa doa-doa akan diijabah. Maka justru dengan berpuasa kita senantiasa menguatkan doa kepada Allah SWT sang pemilik bumi dan langit agar virus ini segera usai. Sebagaimana dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW. “ Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizholimi”. (HR. At Tirmidzi no. 3598. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Selain doa orang puasa, doa orang terdzalimi termasuk doa yang diijabahi. Realita hari ini Ramadhan kali ini, bukan saja kekhawatiran di tengan pandemi. Kekhawatiran akan kelaparan, pengangguran hingga kematian menjadi hal yang harus dihadapi rakyat Indonesia. Beberapa harga pokok makanan naik drastis di tengah PHK besar-besaran akibat wabah. Harga minyak dunia meroket turun tapi harga BBM di tanah air belum kunjung turun. Kebutuhan rakyat akan semakin sulit. Krisis pangan pun tak bisa dihindari akibat pengurusan rakyat yang kurang memadai. Hal ini pun dikeluhkan oleh presiden RI, yakni Joko Widodo mengeluhkan kenaikan harga pokok di tengah wabah.(https://www.tribunnews.com/corona/2020/04/21/keluhkan-kenaikan-harga-pokok-di-tengah-wabah-jokowi-masyarakat-dirugikan-ini-yang-untung-siapa).
Keluhan demi keluhan, kecaman demi kecaman tidak bisa menghilangkan rasa lapar dan ketakutan rakyat di tengah pandemi saat ini. Sikap nyata melalui kebijakan yang mandiri dan tegas diperlukan dari sosok pemimpin. Semestinya sebagai pemimpin mampu menyelesaikan setiap persoalan rakyatnya. Setidaknya dengan penuh kesungguhan untuk melakukan upaya terbaik. Sayangnya negeri ini harus kembali berduka, sebab sikap abai para penguasa.
Dengan keberkahan Ramadhan kita berharap dan berdoa agar bukan saja virus covid-19 saja yang dihilangkan dari bumi. Melainkan diangkatnya kedzaliman, kebohongan, dan kemaksiatan pun ikut dihilangkan. Seiring hilangnya virus covid -19 maka kita pun berharap virus kapitalisme pun hilang dengan bergantinya sistem Islam yang mulia.
Bagi setiap muslim memberikan persembahan untuk Allah SWT di tengah kesulitan merupakan pengorbanan yang tidak akan percuma. Pahala menanti dalam setiap pengorbanan. Memberikan persembahan ibadah terbaik di tengah Ramadhan istimewa ini akan menjadi wasilah untuk kebangkitan Islam. Umat Islam akan semakin yakin bahwa Islam harus diterapkan secara kaffah. Maka momentum Ramadhan adalah momentum yang terbaik.
Jika menjalankan ketaatan dalam kemudahan memperoleh kebaikan, maka menjalankan di tengah kesulitan justru mendapatkan berlipat ganda kebaikan. Sebab menuntut usaha dan pengorbanan dan perjuangan yang semakin besar. Maka tidak ada alasan bagi seorang muslim mereka bersantai-santai dari berburu pahala di bulan Rahmat ini. Justru ini menjadi kesempatan yang langka untuk meraih pahala tak terhingga.
Peran perjuangan seorang muslim pun di bulan perjuangan ini bukan sebatas ibadah ruhiyah. Yang bertujuan untuk kekhusyuan ibadah mahdoh saja. Melainkan perjuangan siyasiyah/politik yakni berjuang untuk mengembalikan aturan Allah SWT. Dengan tujuan agar umat manusia secara serentak berbondong-bondong menjalankan ibadah dan ketundukan hanya kepada Allah SWT. Berharap agar syariat Allah sang maha Mudabbir menjadi satu-satunya aturan yang diterapkan.
Dalam sistem Khilafah Islamiyyah kita mengenal sosok Umar Bin Khattab yang sangat tegas dan lembut hati. Beliau bukan saja mengeluhkan setiap penderitaan rakyatnya. Sosoknya hadir menjadi pelayan rakyat. Tentu kita ingat bagaimana ketangkasan sang khalifah membawa gandum berat di pundaknya di saat ada seorang ibu dan anak-anaknya menangis akibat kelaparan. Pelayanan khalifah bukan haya membawakan gandum berat di pundaknya, namun beliau memasaknya dan memastikan bahwa anak-anak yang menangis akibat kelaparan dapat tertidur pulas. Beliau benar-benar memandangi wajah rakyatnya sambil memohon ampun kepada Allah SWT atas kekhilafan beliau karena ada rakyatnya yang kelaparan. Takutnya kepada Allah SWT membuat khalifah Umar bin Khattab begitu khawatir kan bertindak dzalim kepada rakyatnya.
Oleh karena itu, Ramadhan ini terasa Istimewa dengan memberikan persembahan ibadah terbaik dan perjuangan terbaik untuk tunduk dalam takwa. Melakukan aktivitas dakwah ke tengah-tengah umat secara serius agar umat semakin merindukan sosok pemimpin terbaik dalam naungan khilafah. Maka sungguh, kita benar-benar berharap Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir tanpa hadirnya Khalifah dalam sistem Khilafah. Aamiin…
Wallahu a’lam bishawab
Tags
Opini