Oleh : Rut Sri Wahyuningsih
Admin Kajian Online BROWNIS
Ramadhan hadir lagi, dan beruntungnya kita yang hari ini bisa kembali mereguk manisnya bulan yang penuh berkah dan ampunan ini. Dimana segala amal dilipatgandakan dan Allah sendiri yang menghitungnya.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151).
Dua kebahagiaan yang akan diperoleh orang yang berpuasa yaitu kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh masuk akal, puasa adalah satu-satunya ibadah yang tak nampak kasad mata. Orang bisa saja mengaku puasa meskipun nyatanya tidak, begitupun sebaliknya. Maka sedemikian privatnya, hingga salah satu reward dari Allah adalah bertemu dengan Allah sendiri, Sang Khalik dan Mudabbir.
Ramadhan kali ini jauh lebih istimewa dibanding Ramadhan-ramadhan tahun lalu, kali ini ujian kesabaran kaum Muslimin bukan hanya lapar dan haus, namun juga wabah pandemi Covid-19. Korban banyak berjatuhan, tak sigapnya pemerintah makin membuat penanganannya melambat. Berbagai kebijakan yang diambil pemerintah pada faktanya makin membuat masyarakat cemas dan was-was.
Tak hanya khawatir masalah anjloknya perekomian, banyaknya pengangguran, kriminalitas, namun juga masa depan yang seperti apa yang bakal terwujud pasca Covid-19 ini berlalu. Sebab, selama ini dunia otomatis lumpuh. Dunia kehilangan super power manusiawinya, kalah dengan virus yang tak berakal.
Sebagai Muslim, wabah ini semestinya makin menguatkan keimanan. Terlebih Allah mensyariatkan puasa di bulan Ramadhan adalah agar lulus sebagai orang bertakwa. Orang yang tak hanya beriman, meyakini tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, namun juga bersegera mengadakan perubahan. Definisi takwa sendiri adalah menjalankan semua yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua yang dilarang.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ar-rum ayat 41, yang artinya : "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".
Artinya segala bencana, wabah dan semua kesulitan yang ditimpakan kepada seluruh umat, baik muslim ataupun bukan adalah seijin Allah SWT. Hanya untuk satu tujuan, yaitu kembali kepada jalan yang benar. Terlebih hari ini Islam hanya dijadikan sebagai agama pengatur ibadah individu. Padahal Islam juga sekaligus ideologi yang bisa dijadikan sebagai landasan sebuah negara. Mengatur setiap interaksi masyarakatnya dan menyelesaikan seluruh problematika yang terjadi di dalamnya.
Ramadhanlah momentum yang tepat untuk mengadakan muhasabah dan taubatan nasuha untuk tak lagi keluar jalur dari yang telah ditentukan Allah SWT. Dari yang menduakan hukum-hukum Allah SWT, kembali hanya menuhankan Allah bukan hukum buatan manusia.
Sekaligus menjadi titik tolak taubat kolektif atas kemaksiatan mengabaikan hukum Allah. Sehingga dengan pertobatan yang sungguh-sungguh secara nasional bahkan dunia mampu mendorong menjadi insan dan bangsa yang taat sempurna pada syariatNya.
Pertaubatan dan taat akan menghantar pada solusi tuntas problem dunia dan membawa obat bagi pandemic covid-19. Dimana hari ini tak satupun negara di Eropa maupun bertahan dari serangan tentara Allah SWT yang bahkan ukuran tubuhnya tak kasad mata. Negara-negara yang awalnya begitu menyombongkan diri sebagai negara adidaya yang paling berhak mengatur hak orang bahkan banyak negara seperti Amerika dan negara yang penguasanya mengaku tak akan ada yang mampu mengalahkan, seperti China nyatanya kalang kabut ambruk di hadapan Covid-19.
Kaum Muslim memiliki harta yang tak terkira berharganya, yaitu sebuah tatanan hidup atau sistem yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan kholifah-kholifah yang sesudahnya. Dimana sistem ini berdasarkan Alquran dan As Sunnah, dengan Kholifah sebagai kepemimpinan umumnya. Kholifah lah yang menggenapi perintah Allah untuk setiap muslim bisa masuk Islam secara kaffah. Maka bisa dikatakan taat sempurna adalah dengan menegakkan khilafah. Wallahu a' lam bish showab.
Tags
Opini