Oleh: Azizah Nur Hidayah
Homeschooler, Aktivis Dakwah, dan Member Akademi Menulis Kreatif
Musibah merupakan azab bagi orang-orang yang bermaksiat kepada Allah. Sedang di sisi yang lain, ia merupakan ujian bagi orang-orang yang beriman dan taat kepada-Nya. Begitulah ungkapan yang dapat mewakili musibah yang tengah terjadi saat ini.
Pandemi virus Corona benar-benar menjadi teror mematikan bagi masyarakat di seluruh belahan dunia. Panik, khawatir, saling curiga, hingga miris benar-benar mewakili kondisi masyarakat di tengah wabah Covid-19. Masyarakat kini berada di titik panik dan khawatir yang tak berkesudahan, semua ketakutan bilamana dirinya terjangkiti virus Corona. Minimnya edukasi yang diberikan kepada masyarakat membuat mereka saling curiga satu sama lain. Parno saat berada di dekat orang yang tengah dalam kondisi tidak sehat, atau memperlihatkan ciri-ciri orang terjangkiti virus Corona. Padahal belum tentu mereka terinfeki virus Corona. Tetapi begitulah, minimnya edukasi yang diberikan kepada masyarakat membuat mereka curiga satu sama lain. Meski memang di sisi lain ada himbauan melakukan physical distancing, atau tidak melakukan interaksi fisik.
Ratusan ribu nyawa hilang akibat virus keluarga SARS dan MERS ini. Satu per satu nyawa tak berdosa melayang lantaran abainya pemerintah dalam menangani pandemi ini. Pemberlakuan social distancing yang diterapkan di berbagai wilayah di dunia ternyata tidak sepenuhnya berhasil, seperti yang terjadi di Indonesia. Miris, banyak pekerja yang terpaksa di PHK, para pengusaha mengalami penurunan laba, bahkan nyaris bangkrut karena adanya pandemi ini.
Belum lagi bagi mereka yang hidup dalam garis kemiskinan. Tidak ada wabah saja mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup, apalagi berada di kondisi wabah seperti sekarang. Pemerintah yang abai secara tidak langsung telah membunuh rakyatnya sendiri.
Sangat miris memang ketika makhluk hidup berada dalam habitat yang tak seharusnya. Satu per satu nyawa ciptaan-Nya melayang. Bukan hanya manusia, tetapi juga makhluk hidup lain yakni hewan dan tumbuhan. Habitat rusak yang dinaungi oleh sistem kapitalis-liberal saat ini telah nyata merusak kehidupan manusia. Kemaksiatan merajalela di mana-mana, pelanggaran terhadap syariat Islam dianggap sesuatu yang wajar dan biasa. Menjerumuskan mereka pada murka Sang Ilahi Rabbi. Padahal sejatinya, makhluk hidup dituntut untuk taat dan menjalankan seluruh syariat-Nya secara menyeluruh.
Pandemi Covid-19 yang kini menjangkiti seluruh dunia seharusnya menjadi refleksi bagi seluruh masyarakat dunia, khususnya umat Islam, untuk bersegera meminta ampunan kepada-Nya. Begitu banyak kemaksiatan serta pelanggaran syariat yang telah manusia lakukan. Hingga Sang Khalik pun menurunkan tentara kecilnya untuk memberikan peringatan. Terlebih dalam hitungan hari lagi, kita umat muslim akan segera berjumpa dengan bulan suci Ramadan. Bulan penuh berkah dan limpahan nikmat dari-Nya. Bulan di mana Allah tak tanggung-tanggung mengampuni dosa-dosa hamba-Nya.
Momen Ramadan seharusnya menjadi momen taubat kolektif atas segala kemaksiatan serta pengabaian hukum Allah yang selama ini terjadi. Ramadan kali ini sudah sewajarnya menjadi titik balik bagi kita untuk kembali kepada Allah Swt. Sudah saatnya kita taat secara totalitas pada syariat-Nya, hingga Allah berikan ampunan-Nya kepada dunia.
Wabah yang kini terjadi merupakan wabah yang diturunkan oleh-Nya. Maka bila kita ingin wabah ini berakhir dan Allah turunkan penawarnya, wajib bagi kita untuk mentaati dan tunduk pada segala syariat-Nya. Bertaubat sungguh-sungguh dengan tidak mengulangi kelalaian menerapkan syariat-Nya secara kafah di seluruh dunia.
Harus dipahami bahwa taubat kolektif dan taat secara totalitas tidak dapat dilakukan dalam jeratan sistem kapitalis yang jelas-jelas menentang syariat Allah. Mustahil penerapan syariat Islam secara menyeluruh diterapkan dalam sistem bobrok yang dimurkai oleh Allah. Satu-satunya cara agar ketaatan totalitas dengan diterapkannya syariat Islam secara menyeluruh dapat berdiri di muka bumi ini adalah dengan ditegakkannya Daulah Islam (Negara Islam), dengan khilafah sebagai institusinya.
Sudah saatnya kita kembali kepada hukum Allah yang begitu sempurna dan paripurna. Tegaknya khilafah merupakan solusi tuntas atas segala permasalahan kehidupan, sekaligus satu-satunya negara yang mampu mengadopsi hukum Islam secara menyeluruh. Dengan begitu, keberkahan akan dicurahkan tiada habis oleh Allah Swt. bagi seluruh dunia. InsyaAllah.
"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah : 208)
Semoga Ramadan tahun ini merupakan Ramadan terakhir tidak diterapkannya syariat Islam di muka bumi. Semoga tahun depan, Ramadan dapat kita rasakan di bawah naungan keberkahan Islam. Aamiin Aamiin Yaa Rabbal’alamin.
Tags
Opini