Oleh : Padliyati Siregar, ST
Bulan Ramadan penuh dengan berbagai kebaikan. Pada bulan tersebut kita diperintahkan untuk saling berlomba dalam kebaikan. Begitu pula bulan Ramadan adalah kesempatan kembali untuk taat pada Allah. Kembali pada Allah yang dimaksud di sini adalah dengan bertaubat.
Dengan banyaknya bencana yang terjadi di negeri ini, sudah sepantasnya kita merenung diri, ada apa dengan semua ini, apakah banyaknya kemaksiatan yang telah dilakukan oleh para pemimpin negeri dan umat yang tidak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar serta diamnya para ulama.
Mari kita renungkan, apa yang juga pernah terjadi dalam sejarah bangsa-bangsa terdahulu.
Dalam Al-Qur'an ada banyak ayat yang mendokumentasikan kisah-kisah kaum terdahulu untuk menjadi pelajaran kita hari ini. Salah satunya adalah kisah-kisah kehancuran kaum terdahulu yang kebanyakan dikarenakan penentangan mereka terhadap hukum dan syariat Allah Swt yang dibawa pada Nabi dan Rasul saat itu.
Kisah pertama adalah kisah kaum Nabi Nuh as. Kaum nabi Nuh dibinasakan oleh Allah Swt karena mereka mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, berbuat zalim kepada rakyatnya, menyesatkan masyarakat, menzalimi dan bertindak sewenang-wenang kepada rakyat miskin.
Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, Maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. (QS Nuh : 24-27)
Kisah kedua adalah kisah kehancuran kaum kaum ‘Ad. Kaum ‘Ad adalah kaum yang memiliki peradaban luar biasa. Gedung-gedung menjulang tinggi. Namun, penguasanya zalim, sewenang-wenang, bermewah-mewahan, kejam dan bengis terhadap orang yang lemah, dan tidak mau tunduk pada syariah Allah. Allah membinasakan dan menghancurkan kaum ‘Ad mereka.
Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar”. Mereka menjawab: “Adalah sama saja bagi Kami, Apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat, (agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. dan Kami sekali-kali tidak akan di “azab”. Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. dan Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (QS As-Syu’ara : 135-140)
Kisah ketiga adalah kisah kehancuran kaum Tsamud yang memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama dengan kaum ‘Ad. Mereka memiliki keahlian untuk membangun rumah dan istana yang megah di kaki-kaki bukit yang datar. Orang-orang yang memiliki kelebihan kekayaan dijadikan panutan dan pimpinan yang disegani sekalipun perilaku kesehariannya Halim, menyimpang dan semena-mena.
Dengan harta, penguasa mempertahankan kekuasaan. Kolega yang mendukung mereka diberi imbalan harta dan santunan bekal hidup.
Jika mereka mengulangi sikap yang sama, berarti mereka telah merelakan diri mereka mendapatkan azab serupa. Ada lagi kisah lain, yaitu Fir’aun. Dia berkuasa dengan kekuatan ekonomi, ditopang oleh Qarun. Penentangannya terhadap syariah Allah, kesombongannya, dan kezalimannya terhadap rakyatnya menjadikan jalan menuju kehancuran bangsanya. Begitu juga kehancuran bangsa-bangsa lain seperti kaum Luth dan Madyan.
Allah murka terhadap kaum terdahulu hingga kehancuran dan binasakan mereka. Karena ketidaktaatan pada syariah Allah Swt untuk diterapkan dalam kehidupan mereka.
Kemudian kehidupan para pemimpin dan pejabat yang bermewah-mewah, bergelimang dengan maksiat, sementara rakyatnya miskin dan menderita.
Kezaliman kepada rakyat kecil dengan memutuskan berbagai kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat kecil. Serta mengingkari kebenaran yang didakwahkan oleh para utusan Allah, bahkan mereka memusuhi, menghina, memburu dan menindas para utusan Allah yang berdakwah kepada mereka.
Kita lihat pada saat ini
tatkala rakyat di negeri ini semakin terhimpit dan tercekik karena kemiskinan. Hingga ada rakyat kecil yang bunuh diri karena tak tahan menerima tekanan ekonomi. Alih-alih peduli kepada masyarakat miskin, para penguasa dan pemimpin negeri ini hidup bergelimang dalam kemewahan.
Para elit negeri ini banyak yang menghambur-hamburkan uang rakyat ratusan milyaran rupiah. Entah sudah berapa triliun uang rakyat yang telah dikorupsi oleh para penguasa, pemimpin dan para pegawai pemerintah. Uang hasil korupsi mereka gunakan untuk membeli rumah dan kendaraan serta hidup bermewah-mewah. Ironisnya, disaat yang sama rakyat tercekik lapar dan miskin. Padahal kemewahan penguasa diatas penderitaan rakyat inilah yang merupakan cikal bakal kehancuran suatu bangsa.
Sistem sekuler liberal yang diadopsi oleh negeri ini telah mengakibatkan segala kerusakan masyarakat. Allah berfirman :
Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”. (QS Thahaa : 124)
Di tengah goncangan wabah pandemi Covid-19 Ramadan salah satu obat bagi umat muslim untuk berharap menghilangnya wabah dari alam semesta ini. Penuh pengharapan agar segala ibadah di bulan ini menjadi wasilah dikabulkan segala doa-doa.
Muslim sejati senantiasa menyambut bulan Ramadan dengan penuh kebahagiaan, tamu agung yang dinantikan telah datang maka setiap muslim mempersiapkan segalanya menyambut datang bulan yang selalu dirindukan, berbagai persiapan dilakukan untuk menunjang keberlangsungan bulan Ramadan, bulan yang berpeluang untuk bertaubat membenahi serta membersihkan diri dari segala noda dosa sehingga diibaratkan kembali ke fitrah manusia yang sesungguhnya.
Ramadan bulan berkah bulan yang begitu mulia kesempatan bagi kita sebagai muslim untuk meraih ampunan, mendekatkan diri kepada yang Maha Pencipta seluruh alam semesta.
Momentum merubah diri ke arah yang lebih baik menjalankan setiap sendi-sendi syariat agama. Saat kepasrahan secara total untuk terus berjuang di tengah himpitan kehidupan dan berjuang terus menerus dalam menegakkan hukum syariat Islam ini.
Puasa Ramadan merupakan bulan terampuninya dosa-dosa sebagaimana hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala (dari Allah Subhanahu wa Ta’ala), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Ketakwaan tentu tak terbatas mewujud pada individu. Takwa juga harus mewujud di tengah-tengah masyarakat. Bahkan di tengah-tengah kehidupan bernegara. Ketakwaan kolektif semacam ini hanya mungkin terwujud saat di tengah-tengah mereka diterapkan dan ditegakkan syariah Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan mereka.
Selain kewajiban puasa, pada Bulan Ramadhan pula Allah Swt menurunkan Al-Qur'an. Pedoman hidup manusia. Al-Quran tentu tak cukup sekadar dibaca atau dihapal saja. Apalagi cuma dilombakan. Al-Quran wajib diamalkan dan diterapkan isinya. Penerapan dan penegakkan syariah Islam secara kaffah tidak lain merupakan wujud nyata pengamalan dan penerapan Al-Qur'an secara hakiki.
Di sinilah pentingnya umat Islam serius dan bersungguh-sungguh berjuang menegakkan Khilafah Islam. Sebab hanya melalui institusi Khilafahlah seluruh syariah Islam bisa benar-benar ditegakkan secara sempurna. Saat itulah ketakwaan benar-benar mewujud nyata.
Semoga dengan segala keyakinan dengan taubat dan ketaatan akan menghantarkan kita kepada solusi tuntas atas segala permaslahan dunia serta membawa obat bagi pandemi Covid-19. Berharap segala musibah wabah virus Covid-19 ini segera berakhir dan berakhirnya juga sistem Kapitalisme yang sudah banyak menyengsarakan rakyat dan menelan korban jiwa.
Hanya hukum Allah lah yang akan bisa menyelesaikan segala problem kehidupan manusia. Sistem Islam adalah solusi tunggal dan terbaik yang berasal dari Allah sang maha benar dan adil, bukan sistem hidup manusia, seperti sekulerisme dan liberalisme sebagaimana diterapkan di negeri ini. Saatnya negeri ini keluar dari hukum kufur dan mengimani serta bertaqwa kepada semua hukum dan aturan Allah Swt dalam bingkai daulah Islam, jika negeri ini ingin selamat dan hidup penuh keberkahan. Firman Allah Swt :
Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al A’raf : 96).
Karena itu, sudah selayaknya para pemimpin dan seluruh komponen umat segera lakukan taubat kolektif. dan taat sempurna untuk kembali kepada hukum Allah dengan hati ikhlas dan penuh ketundukan. Hilangkan segala bentuk kezaliman, kedustaan, kemewahan, kemunafikan, kekufuran dan kemaksiatan. Kapan lagi kalau bukan sekarang, sebelum Allah menimpakan bencana yang lebih besar, jika bangsa ini masih juga membangkang syariat Allah.
Wallahu a'lam bisshawab
Tags
Opini