Oleh : Nurmin M. Ely
Indonesia saat ini, sedang di landa berbagai macam problematika. Baik kericuhan yang terjadi di Wamena, bencana alam yang melanda Banten, Palu bahkan Malut sendiri juga mengalaminya. Dan masih banyak lagi masalah-masalah yang terjadi di Indonesia saat ini. Salah satu masalah yang sekarang sudah beredar adalah COVID-19 yang sudah menjadi berita aktual di tengah-tengah masyarakat. Berbagai masalah terus melanda negeriku, COVID-19 yang tadinya hanya berada di kota Wuhan (China), namun sekarang sudah merebak luas ke seluruh penjuru di beberapa negara. Lalu bagaimana tanggapan pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut?
Seperti yang kita ketahui bahwa pemerintah telah menghimbau kepada masyarakat agar tetap stay at home (social distancing) yaitu untuk meminta warga agar tidak melakukan kontak fisik yang terlalu dekat antara satu dengan yang lain, dan tidak berada di tempat kerumunan banyak orang, karena bisa jadi kedekatan jarak berpotensi menyebarkan virus lewat tetesan liur, udara dan lain sebagainya. Namun makin ke sini, pernyataan yang dikeluarkan oleh pemerintah nampaknya belum mampu menuntaskan masalah yang sudah mengglobal ini.
Faktanya, di lansir dari kompas.com, sampai saat ini, jumlah kasus COVID-19 masih saja terus bertambah, yakni terkonfirmasi sebanyak 2.273 kasus dan bertambah 181 yang dinyatakan positif corona dalam 24 jam terakhir pada Minggu (5/4/2020). Pernyataan ini disampaikan oleh Jubir pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB pada Minggu sore. Bertambahnya kasus tersebut dapat menambah kepanikan rakyat, karena penyebaran virusnya yang kian melaju. Namun,walaupun penyebaran virusnya melaju dengan cepat, akan tetapi hal itu tidak membuat rakyat untuk tetap stay at home. Kebanyakan rakyat tetap saja melakukan aktivitas di luar rumah demi mencari nafkah untuk keluarga tercinta sehingga rasa panik yang dialami rakyat seperti tak terlihat di raut wajah mereka.
Hal ini menandakan bahwa lemahnya peran pemerintah dalam mengayomi rakyatnya. Beginilah kebobrokan sistem demokrasi yang lahir dari sistem Kapitalis-Sekularisme. Sistem yang dimana dibuat oleh tangan manusia itu sendiri. Sehingga kehadirannya tidak mampu memberikan kesejahteraan untuk rakyat, dan sebaliknya yang diberikan hanyalah kepiluan yang teramat dalam (kesengsaraan).
Berbeda dengan sistem Islam yang dimana mampu mengatasi segala problematika yang terjadi di tengah-tengah umat, termasuk pandemi Covid-19. Sebab wabah seperti ini pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW, wabah itu adalah kusta yang menular dan juga mematikan bahkan obatnya pun belum ditemukan. Kemudian Rasulullah SAW mengatasi wabah tersebut dengan mengambil kebijakan berupa Karantina atau isolasi terhadap penderita. Ketika itu Rasulullah SAW, memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat para penderita kusta tersebut. Sebagaimana beliau SAW, bersabda: “ janganlah kalian terus-menerus melihat orang yang menderita penyakit kusta (H.R. Al-Bukhari).”
Rasulullah SAW, juga pernah memperingatkan umatnya untuk jangan mendekati wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya, jika sedang berada di tempat yang terkena wabah, mereka di larang untuk keluar. Beliau bersabda: “jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu (H.R. Al-Bukhari).”
Selama kebijakan itu diterapkan oleh Rasulullah SAW, kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan terjaga asupan gizinya. Berobat pun disediakan secara gratis kepada umat. Tak hanya itu, sarana dan prasarana kesehatan juga disediakan secara memadai serta sumber daya manusianya yang kompeten dan profesional. Dengan demikian, umat benar-benar merasakan nikmatnya hidup di bawah sistem Islam kaffah (Khilafah ‘ala minhaj nubuwwah) pada saat itu. Namun di kehidupan sekarang, umat benar-benar merasakan penderitaan yang teramat dalam. Kesejahteraan hanyalah mimpi bagi umat di negeri demokrasi ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita menggantikan sistem yang rusak sekarang ini dengan sistem khilafah ‘ala minhaj nubuwwah yang aturannya berasal dari Allah Azza Wa Jalla. Yang dimana tidak ada cacat sedikitpun dari aturan-Nya.