Pemimpin yang Haus Duniawi



                               Oleh : Idawati

Saat ini rakyat Indonesia semakin panik dengan  meningkatnya penyebaran virus Covid-19, yang sudah banyak menelan korban. Ditengah mewabahnya virus mematikan (virus Covid-19), sebagai seorang pemimpin negara harusnya presiden adalah orang pertama yang sangat panik melihat keadaan negara dan rakyatnya saat ini yang sudah semakin banyak menjadi korban. Tidak hanya masyarakat biasa, namun tenaga medis pun sudah banyak yang menjadi korban akibat terjangkit virus Covid-19.


Namun pemimpin di negeri ini masih nampak sangat santai. Saking santai dan kurangnya kepedulian, pemimpin negeri ini malah ingin melanjutkan rencana mereka untuk memindahkan ibu kota di tengah mewabahnya virus mematikan (Covid-19). Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pemindahan ibu kota membutuhkan dana yang tidak sedikit. Pemimpin negeri ini semakin menunjukkan kezalimannya terhadap rakyat, yang hanya mementingkan diri dan pemilik-pemilik modal.


Juru bicara menteri koordinator Maritim dan Investasi (Marves) dan kementerian Koordinator, Marves Jodi Mahardi menyatakan proses pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) hingga kini masih terus berjalan sesuai rencana. Menurutnya tak ada perubahan ditengah mewabahnya virus corona (Covid-19).
"Saat ini persiapan masih on the track", kata dia dalam konferensi video kepada wartawan yang dikutip Rabu (25/03/2020). (www.detik.com)


Dia menjelaskan, yang dipimpin Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Panjaitan terus berkoordinasi dengan kementerian terkait lainnya. Selain itu, pemerintah juga terus melakukan komunikasi dengan para calon investor yang berminat investasi pada proyek IKN dikalimantan Timur (Kaltim).
"Tim dari Kemenko Maratim dan Investasi bersama kementrian BUMN dan Kementrian Keuangan juga terus melakukan komunikasi intens dengan berbagai calon investor dan Mitra d joint Venture untuk pengembangan Ibu Kota," jelasnya.


Pemerintah terbuka dengan berbagai opsi yang mungkin saja dapat dilakukan. Tentu saja apa yang akan diputuskan dilakukan bersama-sama.
"Berbagai opsi terkait Ibu Kota masih kita pertimbangkan dan pada saatnya nanti akan diputuskan secara bersama," tambahnya. (detik.com, 25/03/2020)
Sungguh sangat menyedihkan melihat dan mendengar pernyataan dan keadaan rezim saat ini yang semakin gila dunia dan mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan nasib rakyatnya. Sebagai seorang pemimpin, sudah seharusnya melabuhkan perhatiannya kepada rakyat terlebih lagi di tengah mewabahnya Covid-19 seperti saat ini. Dimana tenaga kesehatan kekurangan Alat Pelindung Diri (APD), rakyat miskin membutuhkan bantuan ekonomi agar bisa tetap berdiam diri dirumah untuk mencegah penyebaran Covid-19.


Pemimpin sangat santai dalam menghadapi masalah serius seperti saat ini. Tak terlihat nyata rasa empati dan kepedulian terhadap rakyat. Pemimpin hanya berkoar menyeru masyarakat agar bisa berdiam diri di rumah dan agar tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan. Semestinya pemimpin tertinggi negeri ini sadar dan membuka mata, telinga, akal, dan fikiran, bahwa tidak semua rakyatnya hidup dengan bergelimangan harta yang dengan itu mereka bisa tetap tinggal dirumah tanpa ada lagi yang harus keluar rumah untuk bekerja.


Namun sebaliknya, kebanyakan dari mereka hanyalah rakyat dengan ekonomi menengah ke bawah dan hanya mengandalkan pendapatan harian saja seperti tukang ojek, tukang becak, tukang parkir, dan masih banyak lagi. Jika mereka tak keluar rumah walau dalam seharipun sulit untuk difikirkan mereka dan keluarga akan makan apa jika tak bekerja. Seharusnya hal ini menjadi tanggung jawab seorang pemimpin.


Namun pemimpin di negeri ini semakin berbuat sewenang-wenang, berbuat zalim terang-terangan bagaikan manusia yang tak memiliki hati nurani sedikitpun yang kini hidup mewah dibawah penderitaan rakyatnya. Memang tidak menzalimi rakyat dari segi fisik seperti yang terjadi di berbagai belahan dunia palestina, Rohingnya dan lain sebagainya. Namun menzalimi rakyat karena tidak memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin, tidak peduli bagaimana keadaan ekonomi rakyatnya, bagaimana keadaan kesehatan rakyatnya, bagimana dengan keamanaan rakyatnya, bagaimana dengan kesejahtraan rakyatnya, dan bagaimana dengan keadilan yang didapatkan rakyatnya.


Pemimpin negara Itali menangis mengingat keadaan rakyatnya saat ini yang sudah semakin banyak berjatuhan akibat Covid-19. Beberapa pemimpin negara di luar sana disibukkan untuk mencari cara dan solusi untuk menangani Covid-19 ini agar tidak bertambah banyak korban berjatuhan dinegaranya.


Namun berbeda dengan pemimpin di negeri ini. Pemimpin kita tidak disibukkan dengan hal sedemikian rupa melainkan sibuk menjalankan rencananya yang hanya akan memberi manfaat/ keuntungan baginya dan para pemilik modal tanpa peduli bagaimana huru-hara negaranya pada saat ini. Padahal Indonesia juga sudah termasuk negara yang penyebaran virusnya sangat cepat. Korban Covid-19 makin bertambah bahkan ada beberapa kota di Indonesia yang kini sudah masuk kategori zona merah seperti yang terjadi di makassar (sul-sel) yang divonis sudah masuk zona merah. Hal ini semakin membuat para tenaga medis kewalahan dalam menangani wabah ini.


Inilah kesengsaraan yang kita dapati apabila kita tetap mempertahankan hukum dan aturan-aturan buatan manusia yakni demokrasi.
Inilah sebab-sebab mengapa kita harus menerapkan hukum-hukum Allah Sang Pencipta. Karena ketika memakai hukum buatan manusia (demokrasi) maka hasil yang kita dapati hanyalah penderitaan yang tak berpenghujung akibat dari kita dipimpin oleh pemimpin yang tidak takut dosa. Sehingga para pemimpin dengan gampangnya berlepas tangan dengan keadaan buruk yang telah menimpa rakyatnya padahal keadaan itu sudah seharusnya menjadi tanggung jawab mereka.


Solusi Islam
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia membutuhkan solusi menyeluruh yakni aturan-aturan Islam yang sudah Allah tetapkan. Karena apabila mengharapkan solusi dari aturan buatan manusia, maka yakin dan percaya solusi itu tidak akan bisa memperbaiki setiap masalah. Karena sejatinya manusia bersifat terbatas. Mereka tidak akan pernah tau apa yang baik bagi mereka dan apa yang akan berdampak buruk bagi mereka. Karena yang Maha Besar dan Maha Mengetahui hanyalah Allah Swt.
Seperti yang Allah firmankan didalam surah Al-Baqarah ayat 216 yang artinya :
"Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui."


Seperti halnya saat ini bisa jadi kita menyenangi aturan buatan manusia yakni demokrasi namun hal tersebut amat buruk bagi kita. Dan bisa jadi kita tidak menyenangi aturan yang sudah Allah tetapkan dan wajibkan yakni Khilafah Islamiyah namun ia amatlah baik bagi kita sang hamba.
Sesungguhnya Allah tidak akan pernah menzalimi hamba-Nya melainkan hamba-Nya itu sendirilah yang berlaku zalim atas dirinya sendiri karena sesungguhnya Allah Maha Pengasih Maha Penyayang.
Perbandingan bagaikan langit dan bumi kepemimpinan di zaman sekarang (demokrasi) dan di zaman kekhilafahan. Pemimpin pada saat ini dizaman demokrasi hanyalah seorang pemimpin yang mementingkan kepuasannya semata dan kepemimpinan di zaman Khilafah Islamiyah adalah seorang pemimpin yang lebih mementingkan rakyat berbanding dirinya sendiri. Seperti yang dilakukan khalifah Umar bin Khattab ketika menjadi seorang khalifah/pemimpin didalam naungan khilafah Islamiyah.
"Akulah seburuk-buruk pemimpin, apabila aku kenyang, sementara rakyatku kelaparan."
(Umar bin Khattab)
Dengan adanya fakta-fata seperti saat ini harusnya semakin membuka mata kita, fikiran kita, akal kita, hati kita, bahwa kita butuh sosok pemimpin yang takut akan kemurkaan Allah apabila ia berbuat zalim. Takut akan azab Allah apabila ia berbuat tidak adil. Pemimpin yang seperti ini hanya bisa kita dapati didalam naungan Khilafah Islamiyah.
Wallahu a'lam bishshawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak