Mudik Saat Wabah Corona Melanda





Oleh: Neng Ipeh*



Pemerintah sebelumnya telah mengingatkan masyarakat agar mematuhi kebijakan pembatasan sosial dan bekerja dari rumah. Sayangnya, pembatasan aktivitas untuk mencegah penyebaran virus corona membuat penghasilan para pekerja informal di Jakarta turun drastis sehingga mereka akhirnya memilih mudik ke kampung halaman. Kebanyakan dari mereka merasa kehidupannya lebih terjamin ketika berada di kampung halaman daripada sekedar luntang-lantung tak jelas tanpa penghasilan di kota orang. 

Berkaitan dengan hal tersebut, tentunya ini menimbulkan dilema tersendiri disaat wabah yang mematikan kini tengah melanda negeri. Pemerintah pun tak melarang warganya yang menginginkan untuk mudik lebih awal sebelum memasuki masa lebaran. Hal ini dikarenakan mudik indentik dengan aktivitas pulang kampung menjelang hari raya idulfitri bagi umat Islam. 

"Presiden Joko Widodo menegaskan tidak ada larangan resmi bagi pemudik lebaran Idul Fitri 2020 M/1441 H. Namun, pemudik wajib isolasi mandiri selama 14 hari dan berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP) sesuai protokol kesehatan (WHO) yang diawasi oleh pemerintah daerah masing-masing," ujar Jubir Jokowi, Fadjroel Rachman dalam keterangannya. (m.kumparan.com/11/04/20)

Pemerintah beralasan untuk tak melarang mudik karena meskipun dilarang, warga akan tetap mudik. Akhirnya, pemerintah memilih tak melarang namun melakukan pengawasan sesuai prosedur pencegahan corona. Keputusan ini tentu tampak mengejutkan. Karena cenderung bertolak belakang dengan pernyataan pemerintah terdahulu yang berkali-kali menegaskan bahayanya mudik ditengah wabah saat ini.

Sebagai seorang muslim, tentu kita meyakini bahwa Islam adalah agama yang sempurna, diturunkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang tak hanya mengatur tentang urusan ibadah antara seorang hamba dengan Tuhannya saja namun juga berupa konsep-konsep sahih dan peraturan hidup bagi solusi semua persoalan kehidupan insan.

Sehingga, kita pun patut meyakini bahwa dalam wabah yang kini tengah berlangsung, Islam punya solusi tuntas untuk mengakhirinya. Berbeda dengan konsep kapitalisme, konsep Islam mengharuskan pembatasan wabah di daerah asalnya (lockdown syar’i), sebagaimana ditegaskan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Apabila kalian mendengar ada wabah di suatu tempat, maka janganlah memasuki tempat itu; Dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu, maka janganlah keluar darinya.” (HR Imam Muslim).

Sehingga, bila ditelaah secara mendalam konsep lockdown  merupakan kunci keberhasilan pemutusan rantai wabah dengan segera ke wilayah mana pun. Sebab, tidak ada peluang terjadinya imported case (kasus impor) yang telah memicu meluasnya wabah ini ke seluruh dunia dengan cepat.

Sayangnya konsep lockdown tersebut tidaklah mungkin dapat terwujud jika negara masih saja menerapkan sistem Kapitalisme sebagai aturan dalam menjalankan aktivitas kehidupannya. Karena dalam konsep lockdown, negara secara total berusaha untuk melindungi warganya dengan menjamin kebutuhan baik sandang, pangan, maupun lainnya selama wabah tengah berlangsung. Tentunya hal ini akan menimbulkan kerugian yang amat besar jika masih menerapkan sistem Kapitalisme.


 *(aktivis BMI Community Cirebon)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak