Oleh: Sumarni,S.Pd (Guru)
Dahulu di satu masa ketika Islam menaungi dunia muncul pemimpin tangguh, beribawah namun bermental pelayan. Tentu melayani seluruh apa yang diinginkan rakyatnya. Rakyat bak raja yang mesti dilayani keinginannya, sedang pemimpin laksana pesuruh yang siap sigap memenuhi seluruh permintaan sang raja. Pemimpin ini memerintah hanya berdasarkan panduan wahyu (Al-Quran dan As-Sunah) untuk mengatur rakyatnya
.
Mental 'pelayan' pemimpin ini sudah teruji full dalam melayani kepentingan rakyatnya serta memperhatikan kemaslahatan mereka. Tak hanya itu, saking mental 'pelayan' menggelora keledai yang bepergianpun dilayani dengan baik.Yakni dengan membaguskan jalan yang dilaluinya. Sehingga rakyat hidup damai dan ini pernah terjadi (bukan dongeng).
Namun, sangat kontradiksi dengan kondisi saat ini. Dimana pemimpin tidak bermental ri'ayah (pengatur) untuk melayani rakyat telah berubah menjadi melayani kepentingan para pengusaha(pemodal) dan korporasi dibanding melayani kepentingan urusan rakyat. Semua itu tampak terlihat jelas ada pada rezim hari ini. Sehingga kebijakan yang dikeluarkan pun akan diarahkan melayani kepentingan korporasi (pemodal).
Ditengah arus pendemi Covid-19 yang telah menjarah diberbagai lini dan korban terus berjatuhan hingga tembus lebih dari 2000 jiwa. Sejumlah nakes dan tenaga medis masih mengeluhkan kurangnya APD yang tak memadai. Pemerintah tak serius bahkan beberapa kalangan menilai pemerintah lamban menangani serangan covid-19 ini ketika awal memasuki tanah air. Sekedar menjamin ketersediaan APD saja tak mampu.
Kalaupun memberikan pelayanan hanya sebatas formalitas belaka (ala kadarnya).Tak dapat dipungkiri memang pemerintah telah mendatangkan APD yang diimpor dari negeri Tiongkok. Walaupun rakyat bingung dan bertanya-tanya APD nya buatan RI (cnbcIndonesia.com).
Namun itu tak mampu mencukupi kebutuhan APD oleh nakes dan para medis sementara mereka adalah garda terdepan perang melawan covid-19. Yang menimbulkan tanya adalah Ibu Menkeu menyebut Indonesia bisa menjadi pemasok APD dunia (m.jpnn.com).
Dikala wabah korona merajalela bukannya menjamin pasokan yang ada di tanah air, padahal dalam negeri sendiri kekurangan malah berinisiatif menjual barang APD pada dunia. Besar kemungkinan salah satu faktor sulitnya mendapatkan APD dan kelangkaan di dalam negeri boleh jadi semua APD yang diproduksi telah dikomersialkan pada publik dunia.
Dikutip dari laman (beritasatu.com, 03/2020) jika pemerintah berdalih 'sebut industri dalam negeri mampu penuhi kebutuhan APD untuk seluruh rakyatnya terutama tenaga medis dan nakes'. Pernyataannya kemena pemerintah disaat para nakes dan tenaga medis masih mengeluhkan APD yang tak memadai? Kemana negara di saat rumah sakit diseluruh penjuru tanah air masih serba kekurangan APD?.
Bukankah harusnya negara menjamin ketersediaan pasokan APD dalam negeri pada kondisi darurat kesehatan seperti ini. Bukan malah mengekspor kenegeri lain. Rakyat butuh pemimpin yang tegas, bertanggung jawab dan hadir melayani kepentingan rakyat. Kalaupun memberikan pelayanan toh nyatanya rakyat belum bisa bernafas lega, pasalnya APD yang disediakan oleh pemerintah tak gratis. Rakyat harus membeli pada megara. Ironis!
Jelas ini mengkonfirmasi bahwa Kapitalisme hanya menciptakan pemimpin yang berwatak kapitalis jauh dari bermental 'pelayan'. Pelayanan yang diberikan ke umat semangatnya mengutamakan untung-rugi. Negara tak mau rugi dan bersusah payah melayani urusan rakyat.