Masyarakat Memberi Cap Negatif, karena Minim Edukasi




Oleh : Maira Zahra*



Tampaknya setelah covid-19 menyebar di seluruh penjuru dunia seakan masyarakat takut dengan kehadiran makhluk kecil ini di tengah-tengah kehidupan. Menggemparkan jiwa dan raga. Turut menangis juga bagi pahlawan garda terdepan yang siap sedia. Menyalurkan tenaga yang tersisa. Dengan peluh dan lesuh yang selalu menyertainya. Tak semua orang tau cobaan apa yang selalu mengelilingi mereka. Sampai akhirnya gugur di medan pertempuran.

Kita seharusnya melihat bagaimana para medis merawat sampai mereka harus berpakaian Alat Pelindung Diri (APD) setebal itu. Kita juga harusnya melihat bagaimana para medis menangani dengan penuh keikhlasan. Sampai tak menghiraukan kesehatan demi menyelamatkan nyawa pasien.
Tapi apa yang kita lihat di berbagai media telah memberitakan, dari kalangan pasien, keluarga dan tenaga medis mendapat perlakuan diskriminatif dari masyarakat berupa cap negatif pengucilan dan pengusiran dari rumah kos hingga penolakan penguburan jenazah di kampungnya. Miris!

Ada peristiwa penolakan pemakaman jenazah covid-19. Penolakan tersebut dilakukan oleh sekelompok warga di daerah Sewakul, Ungaran, Kabupaten Semarang pada Kamis (9/4/2020). Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo merasa teriris hatinya tatkala mendengar kabar tersebut. Ganjar mengaku terkejut dengan peristiwa tersebut, terlebih saat mengetahui bahwa jenazah yang ditolak pemakamannya itu adalah seorang perawat yang bertugas di RSUP Kariadi Semarang. (Kompas.com, 11/4/2020).

Padahal perawat itu sama halnya dengan dengan manusia yang lain. Dia juga berhak dimakamkan selayaknya manusia. Dan sudah dipastikan, bahwa jenazah pasien covid-19 sudah ditangani sesuai prosedur pengamanan yang aman, baik dari segi agama maupun medis.
Di samping itu, mengapa bisa masyarakat berperilaku seperti itu? Sebab minimnya edukasi atau pemahaman tentang suatu permasalahan yang mereka hadapi. Hanya berfikir pragmatis tanpa disertai pemahaman yang. Itu sebuah kesalahan yang fatal.

Tanpa masyarakat sadari tindakan seperti penolakan pemakaman jenazah covid-19 sudah melanggar syari'at-Nya. Ketentuan dari yang Maha Kuasa. Karena sejatinya umat muslim harus memakamkan saudaranya. Memberikan tempat peristirahatan yang layak dan menerima jenazah pasien covid-19 dengan keimanan dan ketakwaan karena menjalankan syari'at-Nya. Sebab di dalam jenazah pasien covid-19 mengalir darah seorang muslim.
Keterlambatan pemerintah dalam menangani wabah ini, berujung dampak yang sangat buruk. Ditambah lagi tidak ada tindakan produktif untuk mencegah penularan secara berskala besar. Yaitu dengan me-lockdown wilayah secara global, menyeluruh atau serempak di seluruh wilayah negara. Jujur saja, keterlambatan pemerintah dalam mengurusi wabah covid-19, semakin menampakkan wajah asli kapitalisme yang tidak bisa memberikan maslahat kepada umat.
Islam memiliki aturan di setiap masalah. Dari bangun tidur sampai ranah yang lebih besar, yakni bernegara. Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Sebab Islam turun sebagai Rahmat seluruh alam. Aturan-aturan Islam sebagai solusi yang hakiki dalam mengentaskan masalah-masalah kehidupan.
Hakikatnya negara hadir sebagai penanggung jawab urusan kehidupan rakyat. Negara senantiasa ada dan terdepan dalam mengatasi dan mengurusi kehidupan rakyat. Negara tidak boleh lepas tanggung jawab dan menyerahkannya kepada pihak lain.
Dalam naungan Islam, seorang kholifah akan segera bertindak cepat dan optimal untuk memulihkan kondisi dari wabah dengan syari'at yang shohih. Negara juga akan menjadi tempat berlindung yang nyaman bagi masyarakat. Negara dalam payung sistem Islam, Khilafah islamiyah juga memerintahkan setiap media massa untuk memberikan informasi yang akurat untuk mendidik rakyat dalam arah kebaikan.


Wallahu a'lam bish showab

*Komunitas Millenials Perindu Surga
Tulungagung

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak