Oleh: Tri S, S.Si
(Penulis adalah Pemerhati Perempuan dan Generasi)
Islam sebagai agama rahmatal lil’alamin, telah menghilangakn semua kezhaliman-kezhaliman yang menimpa kaum hawa serta dan mengangkat derajat mereka dengan martabat manusiawi.
Timbangan ketinggian martabat dan kemuliaan wanita di sisi Allah SWT, sebagaimana yang telah disebutkan dalam firmanya Q.S Al Hujurat: 33. Lebih dari itu Allah Swt merinci dalam firman-Nya yang lain:
“Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan pula kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An Nahl: 97)
Dari ayat di atas sudah sangat jelas penekanan orang-orang yang beriman akan diberikan penghidupan lebih baik dibandingkan dengan yang tidak beriman, begitupun dengan para wanita yang senantiasa mengamalkan amal shalih.
Dewasa ini, dalih kesamarataan posisi, emansipasi dan tanggung jawab yang diemban laki-laki maupun perempuan telah diagung-agungkan. Hal ini menjadi peluang bagi musuh islam dari aktivis perempuan anti islam serta kaum feminis untuk menyeberkan paham-paham yang tidak sesuai dengan syariat islam (sesat)
Dalih emansipasi atau kesamarataan posisi dan tanggung jawab antara pria dan wanita telah semarak di panggung modernisasi dewasa ini. Sebagai peluang dan jembatan emas buat musuh-musuh Islam dari kaum feminis dan aktivis perempuan anti Islam untuk menyebarkan opini-opini sesat.
Kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, dan kungkungan budaya patriarkhi menjadi ujung tombak mereka dalam memberikan pemahaman salah kepada wanita-wanita islam. Mereka memberikan opini wanita-wanita muslimah yang tinggal di rumah demi menjaga kesucian dan kehormatan meraka diibaratkan perempuan terbelakang yang hanya bisa menjadi pengangguran.
Menjaga kesucian dengan mengenakan hijab, jilbab ataupun kerudung disombolkan sebagai orang yang masih memegang adat-adat lama, jumud, serta dapat menghambat kemajuan suatu bangsa.
Mereka mengibaratkan wanita seperti ini hanya muslimah yang mengetahuui permasalahan seputar sumur, kasur dan dapur, dilabeli dengan sebutan ibu rumah tangga tanpa dengan miskin pengetahuan seputar kehidupan di luar rumah.
Karena hal ini, mereka gencar mengkampanyekan sorang wanita harus memiliki derajat yang sama dengan kaum laki-laki. Bebas berkomunikasi, berinteraksi dan berkarya guna menjadi wanita yang tidak hanya mengerti pekerjaan ibu rumah tangga, tapi juga mengetahui segala yang berkembang di dunia luar.
Wahai saudariku, ketahuilah bahwa bisikan-bisikan yang hanya dipenuhi kamuflase dari orang-orang yang tidak suka Islam merupakan perpanjangan lidah dari setan. Hal ini seirama dengan firman Allah Swt:
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaithan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapak kalian dari jannah, ia menanggalkan dari kedua pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya.” (Al A’raf: 27)
Keluar rumah boleh saja kita lakukan selama tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Islam, tidak seenaknya bercengkrama dengan lawan jenis, mengumbar aurat, dan yang lainnya meskipun kita sedang bekerja.