Lockdown Solusi Ampuh Atasi Covid-19, Mengapa Tak Berani Diterapkan?



Oleh : Humaiyrah
(Pelajar + Aktivis Dakwah) 

Penyelesaian Covid-19 sampai saat ini belum menemui titik terang, sehingga makin hari jumlah kasus pasien positif Covid-19 ini meningkat drastis tiap harinya. Kebijakan yang saat ini  masih pemerintah berlakukan ialah 'Sosial Distancing' atau menjaga jarak sosial. Namun, sampai saat ini kebijakan tersebut belum ampuh untuk mengatasi virus Covid-19 ini.

Lantas, mengapa tidak menerapkan kebijakan Lockdown? Sementara beberapa negara sudah menerapkan Lockdown dan hasilnya pun sukses.
 
"itu memiliki impikasi ekonomi, sosial, dan impikasi Keamanan. Oleh karena itu kebijakan itu belum bisa diambil pada saat ini," kata Wiku dalam konferensi pers di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Rabu, 18 Maret 2020.

Menerapkan Lockdown memang terlihat ekstrem dan berisiko tinggi terhadap perekonomian tapi coba kita lihat dengan kebijakan 'Sosial Distancing' ini saja tidak ada perubahan yang signifikan terhadap kasus ini. Pemerintah memang sudah melakukan banyak upaya untuk mengatasi kasus ini seperti menyiapkan rumah sakit darurat, mengimbau masyarakatnya untuk mengalihkan segala aktivitas di luar menjadi di rumah saja, lalu menertibkan masyarakat yang masih berkeliaran di luar tanpa adanya kepentingan yang mendesak (urgent). 

Contoh nyata di salah satu media pemberitaan dengan headline berita "Malaysia nyatakan Lockdown sukses bendung Covid-19" Malaysia sempat menjadi negara di Asia Tenggara dengan kasus tertingi yaitu 2.031 orang positif corona di Malaysia, Negeri "jiran" ini pun memutuskan untuk menerapkan Lockdown di negaranya. Muhyiddin Yassin Perdana Menteri di Malaysia itu pun menyatakan bahwa sejauh ini aturan yang diterapkan sudah mulai membeleggu rantai penyebaran Covid-19 ini. 

Bukan hanya Malaysia, tapi Italy, China, dan Filipina sudah memberlakukan Lockdown di negaranya masing-masing. Lockdown atau penutupan wilayah ini memang ampuh untuk menghentikan penyebaran Covid-19 ini, sebab semua orang akan berada di rumah masing-masing. Karena segala aktivitas individu, kelompok maupun negara di berhentikan sementara untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19. 

Kemudian apabila semua orang diam di tempat sehingga virus ini tidak akan memiliki mangsa (ruang gerak) lagi yang dapat mempersempit penyebaran virus ini sehingga tidak akan ada yang menjadi korban selanjutnya dan korban yang sudah terlanjur menjadi mangsa akan mudah ditangani karena tidak akan ada korban-korban lainnya. Tenaga medis pun akan lebih fokus menangani apabila korbannya tidak melonjak naik. 

Kalau dengan beralasan ekonomi akan turun apabila Lockdown ditetapkan dimana harga nyawa rakyat? Bukankah nantinya ekonomi bisa dapat dibangun lagi melalui tangan-tangan rakyat. Lantas kalau rakyatnya tidak ada siapa yang akan membangun ekonominya? Dalam Islam kelangsungan hidup umat adalah prioritas utama dan pemimpin-pemimpin Islam juga akan menjadikan itu sebagai prioritas utama. 

Namun dengan kondisi penguasa dan sistem demokrasi sekuler saat ini sepertinya nyawa rakyat tidaklah penting. Sistem ini hanya mementingkan kepentingan perut masing-masing dan pemegang saham. Oleh sebab itu, pemerintah takut kondisi ekonomi akan porak poranda apabila Lockdown diberlakukan. 

Pemerintah juga tidak ingin rugi karena mengeluarkan biaya untuk menanggung perekonomian rakyatnya. Penguasa sama sekali tidak mencerminkan tanggung jawabnya kepada rakyat. Dan keadaannya jauh berbeda dari semboyan demokrasi yang bunyinya "dari rakyat untuk rakyat kepada rakyat" ini hanya halusinasi nyatanya rakyat tidak mendapatkan haknya sama sekali. 

Sikap pemerintah saat ini sangat jauh berbanding terbalik dengan khilafah Islam. Kebijakan Lockdown pun jauh lebih dulu diterapkan oleh Islam pada masa pemerintahan Umar bin Khatab. Seperti catatan sejarah tertulis pada masa Umar bin Khatab umatnya terjangkit wabah Tho'un. Lalu Amr bin Ash menyuruh semua orang untuk berpisah (ada yang lari ke lembah, gunung) dan jangan ada perkumpulan. Dalam hitungan hari saja wabah itu terselesaikan. 

"Umar sedang dalam perjalanan menuju Syam, saat sampai di wilayah bernama Sargh. Saat itu Umar mendapat kabar adanya wabah di wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf kemudian mengatakan pada Umar jika Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:

"Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhori).

Hadist tersebut menyarankan kepada kita agar kita jangan datang ke wilayah yang terjangkit wabah atau apabila wabah itu terdapat di wilayah kita maka kita diwajibkan untuk tetap tinggal. Islam telah hadir di alam semesta ini jauh sebelum lahirnya sistem sekuler, bahkan setiap kejadian di era milenial ini juga pernah terjadi di masa kejayaan Islam.  

Jadi seharusnya Islam hanya satu solusi. Islam sudah punya banyak pengalaman dalam setiap kasus atau kejadian-kejadian di muka bumi ini. Maka harusnya kita sadar kalau memang benar Islam satu-satunya solusi paling ampuh dalam mengatasi segala problematika hidup.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak