Oleh : Lilik Yani
Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan virus Corona atau Covid-19 sebagai pandemik, banyak negara yang telah mengambil langkah lockdown untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 semakin meluas di negaranya. Merdeka.com, Selasa, 17 Maret 2020
Sedangkan Indonesia lebih memilih langkah social distancing untuk mencegah penyebaran virus. Langkah ini sudah digalakkan oleh pemerintah dan mulai banyak diterapkan oleh masyarakat. Hingga masyarakat mulai membatasi aktivitas di luar rumah sebagai upaya penekanan penyebaran virus Covid-19 ini.
Sejumlah pemerintahan daerah dan kota memberlakukan pembatasan aktivitas pendidikan dengan meliburkan sekolah-sekolah selama dua pekan. Para siswa diminta melanjutkan belajarnya di rumah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kerumunan yang memungkinkan kontak antara banyak orang. Kompas.com, 16/03/2020
Selama dua pekan ini, orangtua diharapkan bisa menjadi "guru" yang mengisi kegiatan anak-anaknya. Selain itu, orangtua menemani mereka mengikuti kegiatan belajar secara online. Dianjurkan, tidak mengajak anak keluar rumah. Oleh karena itu, diperlukan kreativitas orangtua untuk memilihkan alternatif kegiatan yang bisa dilakukan anak.
Dengan demikian, pilihannya bukan sekedar menonton televisi, atau bermain gadget.
Dalam hal ini yang perlu ditanamkan pada pikiran dan hati anak adalah tidak menganggap kondisi saat ini sebagai sebuah beban. Tetapi sebuah kesempatan untuk mendekatkan orangtua dan anak. Jadi berupaya untuk menikmati setiap momentum dengan menciptakan aktivitas yang berkesan.
Yang perlu dipahamkan pada anak adalah ini bukan liburan seperti biasanya, dimana anak bisa bebas bermain dengan teman-temannya. Melainkan anak harus belajar setiap hari sebagaimana mereka belajar di sekolah. Hanya saja materi pelajaran dan soal latihan dikirim gurunya melalui online. Jadi tetap harus fokus untuk belajar, dalam pendampingan orangtua.
Orangtua boleh menambah aktivitas selingan yang disukai anak, agar anak tidak jenuh atau bosan menghadapi banyaknya agenda dan tugas dari sekolahnya. Bisa dengan menyanyi, mengobrol santai, melihat televisi sejenak, jalan-jalan di taman sebentar, bergurau yang mendidik, bermain dengan hewan kesayangan, atau aktivitas lain untuk menghilangkan kejenuhan agar segar kembali ketika mengerjakan tugas.
Masalahnya, apakah orangtua selalu siap di rumah untuk menemani buah hatinya? Kalau bapak-bapak sebagian masih tetap bekerja untuk mencari nafkah keluarga. Jadi pada umumnya ibu yang berada di rumah menemani anak-anak.
Tapi ibu-ibu sosialita sekarang ini jarang yang tahan tidak memegang Hp. Jadi kalau pun bersama anak, tapi pikiran dan hatinya di luar. Sedang bercanda mesra dengan teman-teman sosialitanya. Jadinya anak terkadang diabaikan sendiri. Bahkan ada yang menganggap kalau sang anak sebagai pengganggu saja kalau di rumah. Hingga ibu tak bebas bermain dengan dunia maya-nya.
Jika demikian adanya, apakah anak bisa tenang dalam belajar di rumah? Beratnya beban belajar di sekolah yang dipindah ke rumah, tidak mendapat respon bagus dari sang bunda. Jangankan disiapkan camilan yang disuka, untuk menambah semangat belajar anak, tapi senyum tulus pun terkadang tidak mereka dapatkan.
Apalagi jika orangtua keduanya bekerja, dan tidak mendapat cuti libur corona. Karena mereka bekerja di layanan public sehingga harus masuk kerja setiap hari. Bisa dibayangkan respon anak di rumah. Saat liburan corona, sekolah diliburkan dan harus ganti belajar di rumah. Sementara ibu yang ditunggu tak kunjung tiba. Diharapkan bisa menambah motivasi dan semangat belajarnya.
Jika orangtua tidak memberikan apa yang dibutuhkan anak-anaknya, kira-kira apa yang terjadi pada sang anak? Ia akan mencari kebahagiaan diluar sana. Mereka lupa bahwa libur corona bukan libur seperti pada umumnya. Di mana mereka harus tetap belajar dan mengumpulkan tugas secara online.
Tapi kenyataan yang terjadi, anak-anak pelajar itu banyak yang berkeliaran di mal, game online, gedung film, dan yang lainnya. Mereka lakukan itu di jam pelajaran di mana seharusnya mereka masih belajar di sekolah. Karena libur corona, mereka menganggap seperti libur biasanya.
"Ditemukannya beberapa pelajar, setelah Satpol PP Kota Probolinggo merazia sejumlah pusat keramaian pada Kamis, 19 Maret 2020 pagi.Diantaranya Mall, Plaza, dan sejumlah lokasi game online atau warnet di jalan Dr Sutomo. Nusadaily.Com.
"Sesuai keputusan Wali Kota, kita berupaya untuk menjaga bahwa anak-anak belajar di rumah. Namun setelah dilakukan razia, masih ditemukan mereka main game online di warnet." kata Kasi Ops Satpol PP kota Probolinggo, Hendra Kusuma.
Pihaknya tidak memberikan sanksi, mereka diimbau agar segera pulang. Pihaknya menghimbau, para wali murid agar menjaga anaknya dan memastikan mereka belajar di rumah
Sejumlah pelajar tertangkap basah sedang berjalan-jalan di mall oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja Cirebon. SuaraJabar.id, Rabu 18/03/2020
Pimpinan DPRD Kota Surabaya meminta Satuan Polisi Pamong Praja proaktif mengawasi siswa siswi saat libur sekolah sebagai antisipasi penyebaran virus Corona. Jangan sampai mereka kelayapan atau menghabiskan waktu di warung kopi. Republika,CO.ID, Surabaya
Ada banyak fakta yang mengabarkan bahwa pada jam-jam pelajaran masih banyak anak-anak pelajrar yang berkeliaran di luar rumah. Ada yang ke mal, game online, plaza, dan tempat lainnya. Apakah mereka lupa bahwa sekolah diliburkan untuk mencegah tertularnya virus Corona. Sehingga pembelajaran dipindahkan ke rumah agar diawasi dan didampingi orangtuanya.
Jika saat seharusnya mereka belajar dengan ibunya di rumah, tetapi justru berkeliaran di luar, bukankah kemungkinan bisa tertular. Kalau demikian adanya, justru berbahaya dan harus dipantau pergerakannya. Kalau perlu diperiksa medis dan dipastikan bahwa mereka sehat. Agar tidak terjadi penularan ketika mereka kembali pada keluarganya.
Melihat kenyataan yang terjadi, bahwa virus Corona tiba-tiba sudah masuk pandemik dan mengancam nyawa umat sedunia. Masalah Corona bukan lagi masalah masing-masing negara, tetapi sudah menjdi masalah dunia. Maka harus diatasi dengan satu suara, satu komando yang disepakati bersama.
Jika terjadi wabah, maka solusi yang terbaik yang ditawarkan Islam adalah dengan isolasi atau lockdown. Agar lebih cepat penanganannya.Tetapi Indonesia memilih social distancing. Mencegah agenda yang melibatkan banyak orang yang berpotensi terjadi penularan. Termasuk juga dengan meliburkan anak-anak pelajar, dan diganti dengan belajar di rumah.
Dalam hal ini ada solusi Islam agar anak belajar dengan ibunya. Mengembalikan peran ibu sebagai madrasah bagi anak-anaknya. Jadi sebagai ibu harus menyiapkan diri dengan ilmu yang kompeten agar bisa mendidik anak dengan benar. Dimana nantinya akan lahir generasi rabbani yang taat kepada Tuhannya.
Jika kenyataan yang terjadi anak-anak justru ingin bebas berkeliaran pada saat jam sekolah. Itu artinya ada yang salah dengan sistem yang dipakai. Maka sudah saatnya kembali ke jalan Allah yaitu jalan ketaatan. Dimana segala aktivitas hidup manusia harus berpedoman pada hukum syara. Jika ingin hidup selamat di dunia hingga akherat kelak.
Wallahu a'lam bisshawab
Tags
Opini