Libu Corona, Jalinan Ibu Anak Terbina




Oleh : Lilik Yani

Di tengah penyebaran virus Corona atau Covid-19 yang sudah dikategorikan pandemi, sehingga menjadi masalah dunia. Apalagi sudah merembet masuk ke Indonesia, ditengarai beberapa orang sudah terinfeksi dan positip Corona.

Maka sejumlah pemerintah daerah maupun kota memberlakukan penghentian aktivitas pendidikan dengan meliburkan sekolah-sekolah selama dua pekan. Para siswa diminta melanjutkan belajarnya di rumah. Guru memantau dan membimbing dari
 sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kerumunan yang memungkinkan kontak antara banyak orang. 

Tujuannya untuk menekan laju penyebaran virus corona. Selama dua pekan ini, orangtua diharapkan bisa menjadi "guru" yang membimbing dan mengisi kegiatan anak-anaknya. Selain itu, orangtua juga menemani anak-anak mengikuti kegiatan belajar secara online. Tidak boleh mengajak anak keluar rumah. Oleh karena itu, diperlukan berbagai alternatif kegiatan yang bisa dilakukan anak.

Hal pertama yang harus ditanamkan dalam pikiran anak adalah tidak menganggap kondisi saat ini sebagai sebuah beban. 
"Jangan hanya melihat momen ini sebagai beban. Lihatlah sebagai kesempatan untuk menjalin hubungan bersama anak. Jika ada masalah komunikasi, inilah kesempatan untuk mendekatkan orangtua dengan anak," jelas Aar Sumardiono, Praktisi Homeschooling, saat dihubungi Kompas.com, Senin (16/3/2020)

Dalam kadaan seperti ini, sebaiknya orangtua berperan sebagai teman bagi anak yang mengajaknya berkomunikasi, bukan mengawasi atau sekedar memerintah. 

Belajar di sekolah tentu berbeda suasananya dengan belajar di rumah. Ada teman-teman yang bisa diajak diskusi dan belajar bersama. Ada guru yang membimbing dan bisa bertanya langsung ketika tidak memahami pelajaran. Jadi lebih menyenangkan suasananya. 

Maka selama liburan corona ini, buatlaj anak nyaman belajar dengan cara menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di rumah. Caranya dengan membuat kesepakatan soal aturan main dengan anak.

Buat kesepakatan penggunaan gadget, durasi pemakaian, dan kegiatan yang dilakukan dengan gadget. Agar anak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang disepakati. 

Itu trik yang bisa dilakukan orangtua dalam mendampingi anak ketika belajar di sekolah pindah ke rumah. Masalahnya tidak semua anak bisa menikmati agenda itu. Dalam benaknya yang dipahami, belajar itu di sekolah. Kalau libur itu ya diisi kegiatan bebas, alias refreshing sebagaimana hari libur biasanya.

Jadi yang dirasakan anak ketika diisolasi dan membatasi anak keluar rumah mungkin akan terasa membosankan buah hati kita. Maka orangtua bisa menyelingi dengan kegiatan yang santai di sela-sela waktu belajar anak. Menyanyi bersama, bercanda dan ngobrol ringan. Untuk mengurangi ketegangan dan tingkat stres anak.

Banyaknya tugas yang diberikan oleh guru secara online, dan dikumpulkan langsung secara online juga. Hal ini menambah kepenatan dan rasa bosan. Jika tidak diselingi dengan aktivitas yang menghibur dan melemaskan otot, maka bisa-bisa meningkatkan ketegangan dan stres.

Komisioner KPAI bidang pendidikan, Retno Listyarti menilai sistem belajar di rumah yang diterapkan sekolah tidak effektif karena belum ada pemahaman yang baik oleh para guru. Sebab selama kebijakan belajar dari rumah, banyak guru yang memberikan tugas-tugas sampai menumpuk yang berujung para siswa menjadi stres.

"Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima pengaduan sejumlah orangtua siswa yang mengeluhkan anak-anak mereka malah stres karena mendapatkan berbagai tugas setiap hari dari para gurunya," tuturnya melalui keterangan pers yang diterim CNNIndonesia.com (18/3)

Padahal seharusnya guru memberikan aktivitas yang merangsang otak siswa agar rutin belajar. Sehingga ketika kembali masuk ke sekolah, siswa tidak tertinggal dan tetap semangat.

Jadi ritmenya bisa diatur bukan malah membuat anak tertekan, perasaan tertekan dan kelelahan yang justru dapat berdampak pada  penurunan imunitas pada tubuh anak.

Adanya ketidaknyamanan ini berawal dari kebijakan pemerintah yang menetapkan social distancing akibat pandemi corona. Harapannya agar tidak terjadi penularan, atau memutuskan mata rantai penularan virus corona dengan mengurangi interaksi sosial. 

Jika saat terjadi awal wabah langsung ada tindakan dan penanganan yang tepat, maka virus tidak akan tersebar ke seluruh dunia. Seperti yang terjadi sekarang ini, sudah masuk kategori pandemi.

Hanya Islam pemilik solusi terbaik dalam segala urusan. Islam bukan sekedar agama ritual yang mengatur ibadah mahdhah. Tetapi Islam mengatur segala urusan manusia. Segala masalah akan selesai tuntas dengan Islam. Jika sejak awal diterapkan isolasi di daerah yang mengalami wabah, maka virus Corona tidak akan "terbang"  ke ratusan negara di dunia dan menimbulkan ketakutan penduduk seluruh negeri.

Jika kenyataan yang terjadi sudah dikategorikan pandemi. Maka solusi terbaik adalah taubatan nasuha, yang dilakukan oleh seluruh umat sedunia. Taubat untuk kembali ke jalan Allah dan bersedia menjalankan seluruh aktivitas sesuai aturan Allah. 

Wallahu a'lam bish shawwab



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak