Lagi, Janji Manis Rezim Menuai Kecewa Rakyat



Oleh : Rohmah (Aktivis Dakwah)

Dikutip dari portal berita online, Pemerintah akan memberikan insentif senilai Rp3 juta kepada korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sektor formal di tengah penyebaran virus corona (Covid-19). Syaratnya, karyawan tersebut terdaftar sebagai peserta BP Jamsostek. "Pemerintah menyiapkan skema bagi mereka yang ter-PHK yaitu melalui pembiayaan dari BP Jamsostek," ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso kepada media, Selasa (24/3). (CNNIndonesia.com)

Ia menjelaskan bantuan tersebut akan diberikan selama tiga bulan. Itu berarti, setiap bulannya korban PHK akan mengantongi insentif sebesar Rp1 juta per orang. Selain itu, pemerintah juga akan memberikan pelatihan kepada korban mereka secara cuma-cuma. Pemerintah menganggarkan biaya pelatihan tersebut senilai Rp2 juta tiap orang selama 3 bulan. Terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani membenarkan pemberian insentif kepada korban PHK dalam bentuk pelatihan dan uang santunan.

Beginilah janji manis pemerintah yang menuai pro dan kontra masyarakat terhadap janji manis pemerintah kepada karyawan yang di PHK. Janji tinggallah Janji karena masyarakat sudah kecewa, pemerintah malah plin plan apa yang mereka umumkan,akhirnya yang di terbitkan oleh pemerintah membuat masyarakat kecewa.

Solusi yang di ambil oleh pemerintah yaitu tambal sulam,pemerintah ruwaibidho yang tidak bisa mengatur masyarakat,karna amanah sebagai pengatur seharusnya ya bertanggung jawab dengan apa yang di putuskan. Sudah nampak jelas bahwa rezim sekarang adalah rezim kapitalis sekuler,yang di kepala nya adalah untung rugi.tidak melihat dan memperhatikan rakyatnya. Siapa yang sebenarnya yang menguasai semua ini,yaitu para asing dan Aseng di balik semua ini. 

Adanya penyebab yang membuat banyaknya perusahaan di Indonesia bubar alias bangkrut,kondisi ekonomi global yang memburuk juga memberikan sentimen negatif terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.kita lihat bagaimana terjadi krsis moneter pada tahun 1997 _1998 yang lalu,masyarakat yang paling rentan terkena dampak krisis adalah kelompok masyarakat yang tidak memiliki basis sumberdaya alam yang kuat.mereka adakah yang hanya bertumpu pada kekayaan finansial yang berupa simpanan uang kertas. Jika nilai rupiah jatuh maka mereka akan langsung merasakan dampaknya, banyak yang mengeluh dengan adanya ribuan orang di PHK.

Walau katanya mereka di janjikan dengan uang setiap bulan di berikan oleh pemerintah.tapi, tidak secara langsung mereka kehilngan lapangan kerja dan mereka juga menghidupi anak dan istri.
Di Jakarta mayoritas orang rantauan yang tentunya resah dengan adanya kebijakan dari perusahaan di tempat mereka kerja, bicara kota dan desa itu jauh berbeda.hal ini jelas beda dengan masyarakat yang tinggalnya di desa atau perdesaan,yang hidupnya bergantung pada sumberdaya alam. Jika krisis ekonomi melanda maka dampak yang mereka rasakan tidak seberat sebagaimana yang di alami oleh masyarakat perkotaan.

Bagaimana Islam sudah lengkap dan sempurna mengatur semua kehidupan masyarakat,baik tatanan pribadi maupun tatanaan negara,dengan sistem Islam lah ummat sejahtera pekerjaan untuk laki laki di jamin oleh negara, maka satu satunya solusi yaitu dengan di terapkan sistem Islam di muka bumi ini.

Ada kisah seorang pemimpin mengambil tindakan yang cepat ketika datangnya wabah yaitu Umar bin Khattab, dalam kitab Ash-Shahihain diceritakan, suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab Ra mengunjungi negeri Syam. Dia kemudian  bertemu dengan Abu Ubaidah dan sahabat-sahabat lainnya.

Dalam perbincangannya, mereka melaporkan kepada Umar, bahwa di Negeri Syam sedang diserang wabah penyakit, seperti wabah kolera. Perdebatan di antara mereka cukup hangat seputar masalah ini.

Meski demikian, Umar tak langsung mengambil keputusan langsung begitu saja. Beliau ingin bermusyawarah dengan mendengar masukan dari para sahabat-sahabatnya dan kaum Muslim saat itu. "Panggillah orang-orang Muhajirin pertama!" perintah Umar.

"Saya sudah memanggil mereka, dan bahkan sudah berkonsultasi dengan mereka tentang pencemaran dan wabah yang sedang terjadi di negeri ini. Ujung-ujungnya, mereka berbeda pendapat dan pandangan," jawab Ibnu Abbas.
"Engkau keluar dari masalah ini!" Kami tidak tahu apakah engkau akan kembali mempedulikannya," kata salah seorang sahabat yang lain.

"Ada sahabat-sahabat yang lain, para sahabat Rasulullah pun juga ada. Kami sendiri tidak melihat mereka akan mendatangi wabah ini," kata sahabat yang lain.
"Cukup! jangan berdebat lagi. Kalau begitu pangil kaum Anshar kemari," kata Umar.

Akhirnya, mereka menghadirkan kaum Anshar dan meminta penjelasan dari mereka. Kaum Anshar juga demikian. Mereka berpendapat seperti halnya kaum Muhajirin. Saling berselisih pendapat.

"Sudahlah, akhiri perdebatan ini! Kalau begitu, sekarang hadirkan pembesar-pembesar Quraisy yang berhijrah di masa pembebasan Makkah," kata Umar.

Mereka kemudian dipanggil dan dihadirkan. Ternyata, tidak ada yang berdebat, kecuali dua orang saja. Dari ini tampak ada jalan terang.
"Menurut kami, engkau harus mengevakuasi orang-orang itu, dan jangan biarkan mereka mendatangi wabah ini," kata salah seorang pembesar Quraisy.
Umar bin Khattab lalu mengizinkan mereka.
"Wahai Amirul Mukminin, apakah ini lari dari takdir Allah?" tanya Abu Ubaidah.

"Mestinya orang selain engkau yang mengatakan itu, wahai Abu Ubaidah. Benar, ini lari atau berpaling dari takdir Allah ke takdir Allah yang lain. Tidakkah engkau melihat, seandainya saja engkau memiliki unta dan lewat di suatu lembah dan menemukan dua tempat untamu; yang pertama subur dan yang kedua gersang. Bukankah ketika engkau memelihara unta itu di tempat yang subur, berarti itu adalah takdir Allah. Demikian juga apabila engkau memeliharanya di tempat yang gersang, apakah itu juga takdir Allah?" tanya Umar.

Abdurrahman bin Auf kemudian datang padahal sebelumnya dia tidak hadir dalam pertemuan itu. Karena, dia sedang mencari dan memenuhi kebutuhannya.
Abdurrahman lalu berkata, "Saya tahu tentang masalah ini. Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Jika kalian berada di suatu tempat (yang terserang wabah), maka janganlah kalian keluar darinya. Apabila kalian mendengar wabah itu di suatu tempat, maka janganlah kalian mendatanginya."begitu lah Islam menyelesaikan masalah cepat dan akurat. Masya Allah. 

[Wallahu'alam]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak