Oleh : Nur Arofah (Ibu rumah tangga, aktivis dakwah)
Pandemi corona sudah menyasar ratusan negara negara di dunia, namun kondisi ini tidak menjamin kepekaan Antar sesama. Bahkan di negara negara di Inggris, Amerika dan India memanfaatkan momen pandemi untuk menyerang umat Islam, memicu Islamophobia dengan rumor dan hoax. Seperti dilansir Republika.co.Id, Sabtu (11/04/2020).
Kelompok kelompok sayap kanan di Inggris telah menebar ketakutan dan meraih keuntungan dari pandemi COVID 19, dengan teori konsfirasi dan disinformasi untuk menjelekkan kaum muslim dan menebarkan propaganda Islamophobia. Di Amerika, situs website sayap kanan menyebar propaganda anti muslim secara daring, dengan teori palsu bahwa gereja gereja di negara itu dipaksa tutup. Sementara masjid tetap terbuka untuk ibadah, mereka ingin menunjukkan kaum muslim melanggar fisichal distancing dan semakin menebar corona. "Sayangnya yang kami lihat yakni virus Corona sebagai alasan untuk rasis Xenofobix yang ada di dorong ke depan dan tengah tengah." Kata direktur Firts News AS, Claire Wardle (organisasi airlaba yang didedikasikan untuk menangani disinformasi) seperti dilansir Huffpost, sabtu( 11/04/2020).
Di India para ekstrimis mengklaim muslim sengaja menyebarkan virus melalui seruan #CoronaJihad. Mereka menyebar cerita dan informasi bohong dengan dokumentasi xenophobia dan Islamophobia sebelum pandemi COVID 19. Pihak berwenang mengkaitkan Hampir 1000 kasus COVID 19, dengan kelompok pinggiran muslim yang menolak seruan #StayAtHome. Penilaian tersebut salah sebab muslim India mengutuk acara tersebut dan menghormati seruan karantina. Dan di Indiapun kelompok hindu sayap kanan radikal menjadikan muslim kambing hitam penyebaran virus Corona dengan mengkaitkan satu klaster jamaah tabligh yang melanggar aturan berkumpul.
Mereka juga menyebar video seorang muslim meludahi polisi, setelah ditelusuri terbukti video itu direkam sejak lama sebelum wabah. Sentimen anti Islam dihembuskan juga oleh tokoh senior Mukhtar Abbas Naqvi dari partai Bharatiya Janata Party, dengan mengatakan Jamaah Tablig itu "Kejahatan Taliban". Islamophobia terus didengungkan para pembenci Islam, akibatnya menimpa korban seorang muslim India di negara bagian Himachal Frades bunuh diri, karena dituduh bawa virus corona. Dan juga pedagang muslim di Haldwani dilarang berjualan karena rumor tersebut. Today line(12/04/2020).
Kebencian kaum kafir telah mengakar, ini akibat sistem sekuler yang menggerogoti jiwa jiwa mereka. Kaum kafir terus menuduh dan menebar kebencian terhadap kaum muslim. Kelompok sayap kanan di India dan Amerika kompak menggunakan Tagar#CoronaJihad untuk mendiskreditkan umat Islam. Fenomena ini dihadang lembaga HAM, menyerukan FB, twitter dan medis sosial lain untuk menerapkan filter ketat. Equality Lab membuat tagar#StopCovidIslamophobia untuk menandingi melawan Islamophobia ditengah wabah. Dilansir laman Kumparan, Minggu (12/04/2020).
Disinilah bukti kegagalan sistem sekuler untuk menciptakan suasana masyarakat yang harmonis dan toleransi. Islamophobia menjadi biang kekisruhan pada saat pandemi. Demokrasilah yang membuat islamophobia tetap ada. Hanya Islam dalam sistem khilafah islamiyah yang mampu mengikat Keragaman dengan ikatan yang kokoh. Ikatan yang kokoh. Ikatan yang dibangun atas dasar pemikiran, perasaan dan sistem (aturan) yang sama. Negara khilafah tidak melakukan penyeragaman(pluralisme). Hanya mengikat dengan ikatan yang kokoh sehingga terbentuk sebuah negara yang kuat dan solid. Firman Allah : "Wahaii manusia!, Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari seorang laki laki dan perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku suku, agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu adalah yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti. Wallahu A'lam Bishowab
Ciganjur 18 April 2020