Ketika Naluri ibu Sudah Luntur



Oleh : Budi Ati Istqomah, S.Si
Aktivis Peduli Generasi


Minggu (22/03) bayi berjenis kelamin perempuan mengapung di Sungai Dengkeng. Bayi terseut ditemukan oleh salah seorang pemancing asal Desa Tirtomarto, Kecamatan Cawas, Bowo (39). Bowo menemukan mayat bayi itu di aliran Sungai Dengkeng tepatnya Desa Balak, Kecamatan Cawas. Ia mengira boneka. Ia lantas melaporkan temuan itu kepada masyarakat setempat yang akhirnya diteruskan ke polsek. Ia mengaku kondisi bayi saat itu sama sekali tidak mengenakan pakaian. Menurutnya, warna tubuh bayi sudah sangat putih, bahkan ari- arinya juga masih menempel.(news.detik.com)

Kejadian penemun bayi di kabupaten Klaten bukanlah yang pertama  kali. sekitar sebulan yang lalu di dusun Daleman Tulung, Klaten, warga dibikin heboh dengan penemuan bayi laki-laki. Bayi laki-laki ditemukan di saluran irigasi. Bayi laki laki itu masih lengkap dengan tali pusar yang menempel lengkap dengan ari-arinya. (regional.kompas.com /2020/02/13)

Setelah diusut, Bayi laki-laki tersebut ternyata dibunuh terlebih dahulu oleh ibu kandungnya sebelum dibuang. Bayi itu dibunuh dengan cara dibekap tak lama setelah lahir pada Sabtu dini hari. Lantaran dilanda ketakutan dituduh selingkuh oleh suaminya, DE tega membunuh darah dagingnya sendiri.
Kasus pembuangan bayi kian marak terjadi. Ironisnya pelaku pembuang bayi adalah ibu kandungnya sendiri. Dalam kasus ini, orangtuanya yang rata-rata masih berumur muda itu cenderung mengambil gampangnya atau mencari jalan pintas. Bayi dibuang setelah dilahirkan di jalan, sungai, sawah ataupun depan rumah penduduk.
Sungguh ironis fitrah seorang ibu yang seharusnya welas asih,  menyayangi, mengasihi, menjaga dan melindungi darah dagingnya dari marabahaya, justru tega dibuang. Padahal banyak wanita yang berupaya punya momongan namun tak kunjung diberikan oleh Sang Khaliq. Bahkan seharusnya seorang ibu rela kehilangan nyawanya demi keselamatan buah hatinya. 

Namun saat ini banyak ibu yang sudah mulai luntur naluri keibuannya. Bahkan ibu tega membunuh menyiksa, bahkan mengaborsi anaknya. IPW mencatat, di sepanjang tahun 2017, ada 178 bayi yang baru dilahirkan dibuang di jalan. Dari 178 bayi itu, sebanyak 79 bayi di antaranya ditemukan tewas dan 10 bayi (janin) yang belum masanya lahir dipaksakan untuk dikeluarkan atau digugurkan dan dibuang di jalanan. Sementara bayi yang hidup karena diselamatkan warga, aparat desa, puskesmas dan pihak kepolisian ada sebanyak 89 bayi (pgi.or.id)

Makin maraknya kasus pembuangan bayi ini tentunya tak bisa dibiarkan. Kasus ini harus jadi perhatian serius semua pihak. Hal tersebut menunjukkan tingkat sadisme dan seks bebas di kalangan remaja Indonesia kian memprihatinkan. Umumnya bayi yang dibuang adalah hasil dari hubungan yang tidak sah. Dalam kasus pembuangan bayi ini, ungkap IPW, orangtuanya yang rata-rata masih berumur muda. IPW melihat jajaran kepolisian sudah bekerja keras untuk mengungkap kasus kasus pembuangan bayi di Januari 2018. Terbukti sebagian dari pelaku berhasil diciduk polisi, sehingga terlacak usia pelaku antara 15 hingga 21 tahun.

Pemerintah, para pendidik, tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, dan para orangtua perlu mencermati fenomena seks bebas yang telah melahirkan sikap nekat di sebagian generasi muda ini. Semakin hari moral generasi kita semakin terdegradasi. Pornografi dan pornoaksi semakin  marak. Inilah yang disebut oleh Bu Elly Risman, pakar parenting sebagai 'bencana nasional' yang menimpa generasi muda dan mengancam ketahanan negara. 
Ini adalah wujud implikasi dari penerapan sekularisme di negeri ini. Sekularisme menjauhkan agama dari pengaturan kehidupan. Sistem ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, semua diatur lepas dari agama. Tidak ada akidah yang menjadi tuntunan dan sekaligus rem bagi remaja dalam bertindak.
Liberalisme memberikan kebebasan pada remaja untuk melakukan apa saja yang disukainya. Begitupun media massa dan media sosial bebas mengekspos hal-hal yang membahayakan moral anak seperti pornografi dan pornoaksi. Sementara masyarakat semakin permisif, membiarkan individu melakukan apa saja dan mengabaikan fungsi kontrol sosial.
Gelombang tsunami peradaban sekularisme menghantam setiap sisi kemanusiaan. Tingginya ombak kebebasan menghanyutkan iman hingga melepas rasa malu. Bertindak tanpa memperhatikan halal haram yang terpenting adalah kesenangan semata.  

Karenanya wajar, selama sistem kehidupan masyarakat masih sekular, rusaklah fitrah perempuan. Maka sudah saatnya mengembalikan perempuan kedalam fitrah keibuan yang welas asih dan mengayomi anak-anaknya dengan meninggakan sistem sekular yang menafikan agama dari kehidupan. Sudah saatnya kita kembali kepada sistem buatan Sang Pencipta manusia yaitu islam. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak