By: Syarifah Aini
Buat kamu yang bergelar sarjana, pernah gak sih sebelum lulus kamu kepikiran untuk cepat-cepat wisuda? Entahlah hanya perasaan penulis saja, tapi kemungkinan besar kita merasa hal yang sama. Rasanya Kita ingin menyelesaikan studi dengan cepat sebab menurut kita itu adalah sebuah beban mental yang tak tertahankan. Dan rasanya setelah lulus akan ada masa depan cerah yang menanti. Benar gak sih? Tapi setelah lulus dan wisuda, apa yang kamu rasakan? Benarkah kenyataan sesuai dengan khayalan.? Rasanya tidak.
Bahkan setelah lulus kuliah beban mental itu semakin berat. Sukur-sukur kita langsung dapat kerja, jika tidak maka akan banyak pertanyaan yang datang. Dimana kerja sekarang? Wah si anu itu kerjanya diperusahaan ini lho, kenapa gk daftar PNS? Belum lagi desakan dari keluarga yang meminta kita untuk bekerja. Nah kira-kira seperti itulah yang akan muncul. Terlebih-lebih bagi muslimah yang udah paham hukum Bekerja bagi perempuan.
Masyarakat memandang bahwa kesuksesan seorang manusia terletak pada materi, status atau gelar artifisial belaka. Gambaran bahwa perempuan berdaya itu adalah mereka yang sukses secara materi, karir dan mampu menyeimbangkan nya dengan tanggung jawab kelurga. Hal menunjukkan Masyarakat mulai kehilangan gambaran bagimana berdayanya perempuan dalam merangkai kesuksesan dan kemajuan kolektif masyarakat dan peradaban.
Sehingga dinegara-negara, angka perceraian melonjak tinggi, meluasnya kriminalitas, kekerasan terhadap perempuan dan anak, tinggi angka bunuh diri, hingga anjloknya angka kelahiran dan pernikahan. Hal ini disebabkan karena masifnya perlibatan perempuan sebagai angkatan kerja.
Lalu pernahkah kita merenungi sabda Rasulullah Saw berikut:
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik Baik Manusia Adalah Yang Paling Bermanfaat Bagi Orang Lain”
Berdasarkan hadits ini dapat disimpulkan bahwa, ukuran berdayanya seorang muslim/muslimah itu adalah ukuran manfaat yang disumbangkan untuk umat dan kemanusiaan bukan tentang "keakuan" yang merupakan ukuran yang egois, individualis dan hanya memikirkan diri sendiri. Jadi muslimah berdaya dalam Islam itu adalah mereka yang mampu memberdayakan semua dimensi hidupnya baik dimensi ruang, waktu, maupun peran untuk tujuan hidup Islam guna meraih kemuliaan umat yang berdasarkan ketakwaan kepada Allah dan rasul-Nya.
*Dimensi waktu*
Konsep waktu menunjukkan kapan suatu peristiwa terjadi. Waktu menjadi konsep penting dalam kehidupan sebab hidup manusia tidak bisa dilepaskan dari Waktu. Waktu dimasa lalu santan menentukan apa yang terjadi di masa sekarang dan masa sekarang menentukan apa yang terjadi dimasa yang akan datang. Pepatah mengatakan Kemaren adalah sejarah, hari ini adalah karunia sedangkan hari esok adalah misteri. Meskipun hari esok masih perkara ghaib, namun bagi seorang muslim dalam mengarungi perjalanan kehidupan sekarang harus dengan penuh sabar dan syukur, instrospektif terhadap masa lalu, namun selalu yakin dan optimis terhadap masa depannya.
Kita harus selalu menguatkan iman terhadap qodo dan qodar Allah, sembari terus berikhtiar dengan tekad, Azam yang kuat dan senantiasa berdoa kepada Allah agar kita diberi kekuatan untuk menghadapi masa depan.
Maka kita sebagai muslimah harus menjadi sosok yang optimis dan visioner. Pandangan kita jauh ke sana hingga sampai ke akhirat. Dalam menjalankan kehidupan, harus dpenuh dengan visi misi yang berjalan dalam koridor ketaatan kepada Allah yakni untuk kemuliaan umat Rasulullah Saw. Pandangan kita harus melihat apa yg kita yakini bukan meyakini apa yang kita lihat. Kita harus mengupayakan dan memperjuangkan agar visi tersebut tercapai bahkan disituasi sulit. Apalagi hari ini umat Islam terus berada dalam kubangan fitnah, penindasan, tragedi dan bencana. Masa depan cerah seolah jauh dari harapan. Ditambah lagi tipuan dunia yang terus melenakan dan tiupan angin keputusasaan dari rezim penindas yang menggoyahkan langkah perjuangan. Maka dari itu kita harus melawan, lawan dan terus lawan musuh-musuh Islam dan bebaskan umat ini dari ketertindasan. Teruslah kita menuntut ilmu, berkarya dan berinvestasi untuk umat ini. Jangan pernah berbalik kebelakang tapi teruslah tatap masa depan. Mari kita hadapi masa depan dengan rangkaian visi dunia akhirat disertai doa. Sebab peradaban Islam adalah masa depan kita. Berada dalam naungan syariah Islam, melanjutkan kembali kehidupan Islam. Dan masa depan ini tidak akan pernah tercapai tanpa ada upaya yang kita lakukan. Maka ditangan kitalah tonggak estafet perjuangan. Maka mari bersama-sama kita perjuangkan. Sebab usia kita sebentar maka mari kita gunakan untuk umat ini.
*Dimensi Ruang*
Konsep ruang mempunyai arti tempat peristiwa terjadi. Tidak ada peristiwa yang berlangsung tanpa medium ruang. konsep kesadaran ruang dalam Islam berakar pada konsep kesadaran politik yang erat kaitannya dengan kewajiban dakwah dan jihad. Syaikh Abdul Qodim Zailum menyatakan bahwa seseorang yang sadar politik akan berjuang melawan visi yang tidak sesuai dengan visinya, dan semua misi yang tidak sejalan dengan misinya. Bersamaan dengan itu ia akan terus berjuang memantapkan visi dan misinya. Kita harus menghancurkan dan menyingkirkan kegelapan sekaligus memberi cahaya yang menerangi.
Laksana api, yang membakar setiap kebobrokan sekaligus memberi pelita menuju jalan kebenaran.
Menghubungkan kembali hati dan pikiran umat Islam yg telah tercerai berai. Dan semua ini akan terlaksana hanya dengan jalan dakwah. Ini adalah kesempatan besar untuk menggugah kesadaran umat islam. Menyadarkan akan tanggung jawab besarnya terhadap dunia yang lama terlupakan demi cita-cita besar yakni kembalinya peradaban Islam dibawah naungan institusi khilafah Islam.
Sudah cukup umat ini menderita. Penderitaan yang terbentang dari Barat hingga ke Timur, dari minoritas hingga mayoritas. Dan akar masalah ini adalah ketiadaan perisai umat. Muslim di Ghaza, Suriah, Afrika Tengah, Rohingya, Khasmir, India, Pattani, semua membutuhkan perisai sejati mereka yakninya daulah khilafah Islam. Tidak cukup kepedulian kita terhadap mereka hanya berbatas pada bantuan pangan saja. Bukan itu yang sebenarnya yang diinginkan. Tapi kemerdekaan lah yang diharapkan. Jika umat ini diperangi dengan senjata maka harus dilawan dengan senjata. Tentara harus dilawan dengan tentara, tank harus dibalas dengan tank. Dan semua itu akan selesai jika jihad dilaksanakan. Tanpa jihad permasalahan ini tak akan kunjung selesai. Jihad akan terlaksana jika ada Kholifah yang memerintah kan. Kholifah akan ada jika ada institusi daulah khilafah. Dan khilafah tidak akan ada jika tidak diperjuangkan.
Maka hendaknya ini membuka mata kita akan pentingnya perjuangan untuk mengembalikan Islam ke posisi nya dan perjuangan ini harus semakin mengakar dan menjulang, tidak hanya berhenti diskop nasional tetapi juga harus bertaraf internasional. Persatuan umat muslim bukan hanya berada di wilayah Indonesia tetapi harus mendunia.
*Dimensi Peran*
Konsep peran berhubungan erat dengan peranan utama manusia sebagai aktor utama kehidupan dan peradaban yang akan menentukan suatu peristiwa. Dimensi peran ini sesungguhnya yang paling kompleks bagi muslimah. Karena menyangkut peran kondrati perempuan dan bagaimana Islam menggariskan kewajiban khas pada muslimah. Jika dicermati, peran muslimah terbagi pada tiga aspek yakni:
1. Aspek individu
Sebagai individu muslimah kita harus terlebih dahulu memahami identitas hakiki kita. Memahami bagiamana tuntunan Islam dalam membentuk kepribadian kita, bagiamana berpakaian, berakhlak, bergaul dengan lawan jenis, tuntunan dalam menuntut ilmu Islam dan ilmu dunia, dan lain sebagainya. Apapun peran yang kita emban saat ini, baik sebagai anak, istri, ibu, adik kakak, ataupun bisa juga sebagai guru, dokter, perawat, dan lain sebagainya, kita harus sepenuhnya menyadari bahwa kita adalah seorang muslim. Dan kita harus pastikan diri kita bahwa kita menyadari hal itu. Sebab kita sebagai seorang muslim harus senantiasa mendahulukan dan menjunjung tinggi identitas keislaman kita diatas segalanya. Identitas Islam harus didahulukan dari semua identitas yang lain, seperti berprofesi sebagai guru, dokter atau lainnya. Selain dari itu, kita juga harus menyadari bahwa kehidupan didunia hanyalah sementara. Akan ada kehidupan yang lebih kekal dan abadi yaitu kehidupan akhirat. Memahami bahwa kampung halaman sejati kita adalah akhirat. Kita harus menyadari bahwa setiap manusia akan merasakan kematian, akan dikubur seorang sendiri, dibangkitkan dan dihisab seorang diri. Sehingga akan menimbulkan motivasi dalam diri kita untuk senantiasa memperbaiki diri menjadi muslimah Sholehah.
2. Aspek keluarga
Mungkin saat ini kita menghadapi konflik keluarga, misalnya perceraian orang tua (keluarga broken home), belum dikaruniai anak, mendapat tekanan keluarga besar, godaan dunia dan lain sebagainya. Maka yang mesti kita pahami bahwa Allah memberikan ujian kepada kita adalah untuk meningkatkan level keimanan, apakah kita mau bersabar dan bersyukur atau sebaliknya. Setiap orang tentunya akan merasakan ujian yang berbeda-beda tergantung kesanggupannya, sebagaimana yang Allah katakan dalam Q.S Al-Baqarah:286
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
Dan kita tidak bisa pula membanding-bandingkan masalah satu keluarga dengan keluarga lainnya. Setiap keluarga dan setiap manusia itu memiliki ujian yang unik. Sebab sudah ada takaran Reski, kesempatan dan peluang masing-masing. Nah seharusnya tidak realistas yang dibandingkan tetapi mentalitas. Seberapa kuat kita dalam menghadapi ujian tersebut. Maka pada level ini hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah merangkul orang-orang terdekat agar selalu berada dalam kebaikan Islam dan dakwah ber-ta'awun 'alal birri wa takwa, memaknai setiap ujian harus dihadapi dengan kekuatan pemikiran Islam dan kekuatan ruhiyah yang terpancar dari aqidah Islam.
3. Aspek jamaah.
Kaum muslimah adalah bagian dari umat Rasulullah Saw yang telah digambarkan Allah sebagai umat terbaik di muka bumi ( Ali-Imran:110). Maka kita harus menggerakkan perhatian kepada problematika umat bukan hanya fokus pada masalah diri dan keluarga semata. Kita harus bertanya kepada diri, kenapa umat hari ini direndahkan? Dan disaat yang sama, dibelahan bumi lain terus mengalami penindasan, kelaparan, pembantaian, dan keterusiran. Bukankah kelak Allah akan bertanya kepada kita tentang apa yang kita saksikan? dan apa yang yang telah kita lakukan. Untuk membantu mereka dalam menyelesaikan problemnya?
Inilah dimensi yang paling tinggi dan menantang bagi orang-orang beriman. Karna dibutuhkan mentalitas yang kuat dan dukungan lingkungan. Sebab Kita tidak hanya memikirkan masalah personal yg menghampiri tetapi secara bersamaan kita memikirkan masalah umat yang komplek ini baik dilevel local maupun global. Maka pada level ini hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah terus memperkaya pemikiran kita dengan Tsaqofah Islam ( bersemangat menuntut ilmu Islam ), menempa mentalitas dan kepribadian, mperbanyak informasi mengenai kondisi umat Islam saat ini (Update berita terkini) dan terus bergerak bersama dengan jamaah dakwah. Sebab dengan bergabung pada suatu jamaah maka kita akan kuat didalamnya.
Jadi sejatinya kesuksesan muslimah (muslimah berdaya) itu bukan dilihat dari sukses materi, pangkat dan jabatan tetapi ia adalah sosok yang bermental dan kepribadian kuat, menjadi kehormatan bagi suaminya, pilar kuat bagi keluarga nya sekaligus bergerak untuk mengedarkan umat Islam. Jadilah muslimah berdaya yang mampu menjalankan seluruh dimensi kehidupan berlandaskan ketakwaan kepada Allah dan rasul-Nya.
Wallahu a'lam []
Referensi: empowering muslimah (Fika M. Komara)