Oleh Marwiyah Marwa
"Jangan kasih kendor terhadap kaum radikal," ungkapan ini kiranya mewakili beberapa kejadian waktu lalu. Kasus penusukan Wiranto dan pernyataan Menkopolhukam teranyar di sebuah acara stasiun televisi, cukup membuat heboh jagad maya dan nyata. Mereka para penyeru Islam kaffah menjadi korban kambing hitam yang harus dijauhi bahkan bila perlu disingkirkan, karena statusnya yang sangat radikal membahayakan bangsa dan negara.
Pasca runtuhnya uni Soviet, hasrat AS dengan ideologi kapitalismenya untuk menguasai dunia semakin memuncak. Namun, ia menyadari bahwa setelah tumbangnya ideologi komunis, ada ideologi besar yang sedang mengancam kekuasaannya yaitu ideologi Islam. Sehingga ia coba menggunakan berbagai macam cara untuk melemahkan Islam.
Barat dalam upaya untuk melancarkan hegemonnya menggunakan beberapa strategi. Pertama, perang melawan terorisme. Tragedi 11 September 2002 dengan runtuhnya gedung WTC, AS dan barat menyatakan kepada dunia untuk perang melawan terorisme sebagai kedok untuk memerangi Islam. Samuel P. Huntington mengatakan, "Musuh Barat bukan fundamentalisme Islam, tetapi Islam itu sendiri."
Pengamat intelijen AC Manulang menyatakan, "setelah perang Dingin antara AS dan Uni Soviet, maka AS mencari kekuatan baru di belahan timur, yaitu kekuatan Islam, dengan tujuan untuk menumbuhkan kapitalisme, sedangkan Islam anti kapitalisme."
Warren Christopher dalam tulisannya, "America's leadership, America's opportunity (jurnal foreign policy no.95, spring 1995)," mengungkapkan:
Setidaknya ada 4 prinsip utama politik luar negeri AS pasca perang dingin. Pertama, mempertahankan kepemimpinan global AS di bidang politik, keamanan dan ekonomi. Prinsip ini adalah yang terpenting dalam upaya membentuk tatanan dunia baru yang lebih baik. Kedua, mempertahankan pola interaksi yang konstruktif dengan negara kuat lainnya di kawasan Eropa, Asia Pasifik, Timur Tengah dan Amerika Latin, khususnya bagi kepentingan ekonomi AS. Ketiga, memperkuat institusi - institusi internasional sebagai mekanisme penyelesaian konflik internasional secara damai. Keempat, mensosialisasikan nilai - nilai demokrasi ke seluruh dunia sebagai prasyarat utama terciptanya perdamaian internasional. Nilai - nilai di atas tentunya berseberangan secara paradoksial dengan nilai - nilai Islam.
Kedua: isu demokratisasi dan HAM. Isu ini digunakan untuk mengubah cara pandang umat dalam memahami Islam dari sebagai sebuah ideologi dan sistem hidup yang khas menjadi sebatas sistem nilai saja. Dimana Islam yang tadinya bertentangan dengan konsep Barat, menjadi bisa disesuaikan dengan ide-ide mereka. Yakni dengan cara membuang konsep Islam yang tidak sejalan dengan demokratisasi dan HAM, lantas dipromosikanlah oleh Barat Islam modern yang sudah melalui proses 'penyesuaian'. Sehingga lahirlah Islam moderat, dan mereka yang berseberangan disebut sebagai Islam garis keras, radikal, ekstremis dll.
Ketiga, politik pecah-belah dengan pendekatan stick and carrot. Dikotomi antara Islam moderat dan Islam garis keras ini lah yang menjadi tujuan Barat. Tidak jarang terjadi perselisihan dan sebab terjadinya permusuhan diantara kedua belah pihak. Barat menggunakan Islam moderat sebagi senjata untuk memukul Islam garis keras. Setelah mereka disibukkan dengan pertikaian sesama, mereka lupa, bahwa Barat sedang melancarkan hegemoni dan menanamkan kapitalismenya. Sehingga Barat dengan mudah mengeksploitasi SDA di daerah tersebut.
Ketakutan Barat terhadap kebangkitan Islam terpampang nyata. Isu terorisme dan radikalisme terus digoreng di benak ummat, agar mereka takut dan tidak mengenal dengan Islamnya sendiri. Karena menjadi ancaman besar, jika Islam kembali tegak di atas bumi. Sehingga mereka tidak akan mendapatkan jatah sama sekali dari kekayaan dunia yang ada.
Dari penjelasan di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa musuh besar kita adalah Barat dan antek-anteknya yang ingin mengukuhkan cengkeramannya di dunia Islam temasuk Indonesia melalui isu terorisme dan radikalisme. Barat melalui sistem demokrasi melahirkan ideologi
kapitalisme yang justru menyengsarakan ummat. SDA Indonesia yang melimpah yang seharusnya untuk ummat dinikmati oleh segelintir individu. Rakyat hanya mendapatkan getah dampak buruk hasil ekploitasi alam. Kesehatan dan pendidikan kian mahal. Sehingga orang miskin dilarang sakit dan dilarang pintar. Bahkan keamanan di Indonesia terbilang rendah. Nyawa manusia nyaris tak berharga.
"Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian. Adapun orang-orang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (al-Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka."(QS. Muhammad: 7-9)
Allah SWT telah berjanji akan menolong dan mengukuhkan kedudukan hamba yang menolong agama-Nya. Maka tidak ada yang perlu ditakutkan jika Allah Pencipta makhluk alam semesta yang akan memberikan pertolongan.
Apalagi masyarakat saat ini kian cerdas. Mereka tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Maka sudah selayaknya kita terus maju mendakwahkan Islam yang sahih, agar Islam mampu diterapkan secara kaffah sehingga kerahmatan akan menghiasi seluruh alam.