Oleh: Ida Rosida (Ibu Rumah Tangga)
Sejak presiden jokowi mengumumkan kasus pertama virus Corona di Indonesia membuat masyarakat panik dan dilanda ketakutan yang berlebihan masyarakat langsung ramai berburu masker dan hand sanitizer ke sejumlah apotek dan pusat perbelanjaan. Aksi ini di picu pernyataan presiden jokowi tentang temuan dua pasien yang terjangkit virus Corona. Dalam kesempatan itu, kepala negara menyatakan keseriusan dalam menangani wabah virus Corona. Dengan demikian virus Corona yang menimbulkan kehawatiran masyarakat di berbagai daerah.
Namun sampai saat ini pasien yang terkonfirmasi positif corona semakin bertambah. Terkait hal ini per 11 April 2020, dari Juru bicara pemerintah untuk penanganan covid-19, Achmad Yurianto. Total jumlah kasus positif COVID 19 mencapai 3.842 orang. Total jumlah kasus positif Covid 19 yang sudah sembuh menjadi 286 orang, dan berakhir dengan kematian 327 orang.
Memunculkan banyak kekhawatiran yang melanda masyarakat. Bahkan fatalnya ada yang berbondong-bondong melakukan punic buying yang menyebabkan kelangkaan beberapa barang.
Masker menjadi barang langka, tapi kelangkaan ini ternyata bukan karena orang- orang membeli untuk dipakai diri sendiri dan orang terdekat. Ada pula yang sengaja membeli dalam jumlah besar ditimbun lalu dijual lagi saat harga semakin melambung. Sehingga masker yang diperuntukkan untuk tim medis pun kekurangan.
Keberadaan masker dan hand sanitizer kini semakin langka dengan harga yang melonjak drastis. Fenomena ini di manfaatkan sejumlah orang untuk meraup keuntungan. Namun para pelaku berhasil dibekuk dan barang timbunan menjadi sitaan negara.
Berhasilnya negara dalam menyita penimbunan masker dan sanitizer namun tidak membuat kelegaan begitu saja. Barang yang sudah tersita justru menjadi komoditas dagang yang dikeluarkan kepada masyarakat. Di sini justru bukan memfasilitasi kebutuhan rakyat, negara berperan sebagai pedagang yang memandang rakyatnya adalah target pasar menarik keuntungan untuk pemasukan kas negara. Ternyata dampak corona telah mengguncang sisi ekonomi negara, karena sampai saat ini pun pemerintah menolak untuk dilakukannya lockdown.
Kekacauan lain di samping meningkatnya jumlah korban covid-19 ini, bukan hanya menyerang imun dan ekonomi negara namun dari segala bidang terguncang. Hal ini menunjukkan begitu lemahnya sistem demokrasi-kapitalisme dalam melakuan pemeliharaan urusan rakyat.
Pandemi yang entah sampai kapan berakhirnya telah menjatuhkan banyak korban baik para medis yang menangani ataupun yang terjangkit virus, namun Negara belum memberikan penanganan yang sigap, cepat dan tepat. Masyarakat dihadapkan pada kekalutan, dengan program-program yang akan diluncurkan belum memberikan kepastian. Sedangkan nyawa mereka terancam baik oleh adanya virus atau bahkan kemiskinan dan kelaparan.
Hal ini disebabkan tidak di terapkannya hukum Islam karena hukum di negara kita berpihak kepada kapitalis rakyatlah yang akan menderita. Seharusnya pemerintah bertanggung jawab atas rakyatnya mulai dari pendidikan, kesehatan, keamanannya.
ah (pelindung). Negara akan lebih mengutamakan keselamatan nyawa rakyatnya dibanding apapun, hal ini akan membentuk kesigapan, kecepatan dan ketepatan dalam penanganan wabah. Karena didukung oleh prinsip Islam yang shahih berasal dari wahyu. Seperti kebijakan yang dilakukan Umar bin Khattab ketika menjadi Khalifah. Pada masanya di wilayah Syam sedang terdampak wabah thau'n yang bahkan korbannya bisa meninggal hanya dalam hitungan jam setelah terjangkit.
Saat itu Khalifah Umar memberlakukan lockdown syar'i pada wilayah yang terkena wabah untuk tidak dimasuki orang luar dan melarang yang di dalam untuk keluar, karena bersandar pada hadits Rasulullah saw. Yang berbunyi
“Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan tindakan Amr bin Ash selaku Gubernur Syam saat itu dimana 2 gubernur sebelumnya telah wafat terkena wabah, tempat yang terkena wabah dilakukan isolasi rakyat yang sakit dan sehat dipisahkan. Khalifah Umar senantiasa mengontrol perkembangan dari jauh dan mensuplai kebutuhan masyarakat Syam yanh berasal dari Baitul mal.
Alhasil wabah tersebut perlahan hilang dan tidak mengakibatkan kekacauan pada pemerintah pusat ataupun mengusik bidang lain.
Sudah saatnya negara lebih mengedepankan aturan yang shahih, dan urusan umat dibanding kepentingan para kapital. Dan hal ini hanya bisa terwujud jika Islam diterapkan kaffah dalam naungan Khilafah.