Kegagalan Negara Mengantisipasi Robohnya Ekonomi di Tengah Pandemi



Oleh : Mia Annisa 
(Pegiat Dakwah dan Ibu Rumah Tangga) 

Dua pekan lebih Indonesia berada di bawah serangan penyakit mematikan, covid-19. Korban terus berjatuhan, hingga Jumat total pasien positif corona di Indonesia naik menjadi 3.293 pasien, Kamis (9/4/2020). Jumlah tersebut meningkat sebanyak 337 orang dari jumlah yang dilaporkan sebelumnya, Rabu (8/4/2020). 

Hal ini diungkapkan juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers di Graha BNPB pada Jumat sore.(https://nasional.kompas.com/)

Alih-alih berupaya serius untuk menekan laju jatuhnya korban-korban baru yang terinfeksi covid-19 dengan melakukan karantina wilayah yang terinfeksi. Lambannya pemerintah untuk menetapkan status sebuah wilayah sebagai zona merah atau tidak. Pelan tapi pasti, mulai dirasakan dampak ekonominya oleh sebagian kalangan ekonomi menengah ke bawah. Jika, pemerintah sedikit lebih cepat menetapkan lockdown wabah covid-19 akan lebih cepat bisa tertangani. Artinya, setelah wabah terselesaikan warga akan bisa menjalankan setiap aktivitasnya secara normal, baik dari sisi ekonomi, kesehatan, pendidikan dan juga yang lainnya. 

Seperti yang terjadi pada pengemudi taksi online ditemukan tewas di sebuah kebun kosong, Desa Cipayung, Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, Senin (6/4) petang.

Pria berinisial JL (33) itu diduga bunuh diri karena tak sanggup membayar cicilan mobil. Selain itu korban juga sudah dua bulan tak bekerja di tengah wabah virus corona (Covid-19).(https://m.cnnindonesia.com/)

Seharusnya ini juga menjadi warning bagi pemerintah rakyat tak hanya mati karena terkena wabah covid-19 tapi juga mati karena tak bisa lagi menyambung hidup. 

Selain lambatnya respon dalam penanganan covid-19 ini. Pemerintah juga melakukan pembiaran terhadap warga negaranya yang tetap berada di luar untuk bekerja. Bagai buah simalakama, tetap bekerja juga tak memberikan jaminan akan mendapatkan upah atau penghasilan. Pun demikian berada di rumah kebutuhan pokok mereka tak terpenuhi dengan layak. Sebab negara tak memberikan jaminan atas kebutuhan pokok mereka. Alhasil, rakyat tak diberikan pilihan yang nyaman dalam situasi wabah yang tak kunjung selesai mendorong setiap orang untuk mencari solusi masing-masing. 

Tak pelak individu yang kurang sabar dan kurang iman memilih jalan pintas. Karena tak kuat menanggung besarnya tekanan ekonomi kapitalis radikalis saat ini yang semakin menyengsarakan rakyat kecil. Inilah realitas yang harus kita terima. 

Menjadi bukti jika negara telah gagal dalam melindungi warga negara dari kemerosotan ekonomi di tengah pandemi. Dalam Islam fungsi negara adalah menjalankan riayatul suunil ummah. Mengurusi segala kebutuhan dan keperluan umat tanpa terkecuali. Ini sesuai sabda Nabi Saw:

الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).

Dalam negara ada pemimpin yang diserahi amanah untuk mengurus kemaslahatan rakyat, akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT kelak pada hari kiamat, apakah mereka telah mengurusnya dengan baik atau tidak. 

Kewajiban negara agar warganya tetap bisa melangsungkan kehidupan adalah kewajiban yang tidak hanya meliputi kebutuhan dasar individu seperti papan, sandang dan pangan. Kesehatan, pendidikan, dan keamanan yang bersifat komunal juga termasuk kebutuhan dasar (community primary needs).

Sistem ekonomi Islam akan membuat negara punya otoritas terhadap berbagai sumber kekayaan untuk mengurus dan membahagiakan rakyatnya. Di antaranya menerapkan ketetapan Allah SWT bahwa kekayaan alam yang melimpah adalah milik umat yang wajib dikelola oleh negara untuk dikembalikan manfaatnya kepada umat. 

Dari sinilah anggaran akan diambil untuk mengcover segala keperluan dan kebutuhn warganya selama terjadi wabah sehingga rakyat tak perlu khawatir dan panik karena negara akan mengatasinya secara serius dan sungguh-sungguh. Rakyat juga tak perlu lagi harus keluar rumah mencari nafkah di tengah masa pandemi. 

Sistem pemerintahan yang hanya bersumber dari Al. Qur'an dan Sunnah, tidak berada di bawah bayang-bayang para pemilik modal sudah pasti akan bisa mengantarkan suatu negeri mampu keluar dari segala permasalahan yang melilitnya. Dengan begitu perkara ekonomi di tengah pandemi adalah suatu hal yang mudah diselesaikan ketika sistem Islam dijadikan sebagai institusi luhur satu-satunya di dunia. Wallahu'alam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak