Kartini, Pejuang Islam Sejati Atau Pejuang Emansipasi?




By : Messy Ikhsan
(Aktivis BMI Dan Member Revowriter Bukittinggi)

Tak lengkap rasanya jika mengulik tentang Ibu Kartini, tapi tak membahas bagaimana pengaruh dari peran Ibu Kartini terhadap Kartini masa kini di era globalisasi. Iya, Beliau bukan saja sosok wanita yang cerdas dan keturunan ningrat Jawa semata. Melainkan juga sosok penulis yang ahli dan pejuang Islam sejati.

Nah, hal itu bisa ditelisik dari beragam karya yang ditulis oleh Ibu Kartini yang jelita. Mulai dari tumpukan surat hingga koleksi bukunya. Salah satu bukunya yang fenomenal dengan tema "Habis Gelap, Terbitlah Terang." yang bergema. Tahukah sahabat bahwa nama buku tersebut terinspirasi dari salah satu ayat  Al-Qur'an yang mulia?. 

Allah berfirman:

"Orang-orang beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya”. (Q.S. Al-Baqarah ayat 257).

Ibu Kartini, bukanlah sosok pejuang emansipasi seperti yang digemborkan oleh kaum Feminis yang iri. Beliau menyarankan pendidikan untuk wanita bukan untuk menyaingi posisi lelaki. Melainkan pendidikan dipergunakan untuk menjalankan fungsi wanita sebagai pendidik dan madrasah bagi sang buah hati.
Hal ini pun diungkap Kartini dalam suratnya kepada Prof Anton beserta istrinya, yang ditulis pada 4 Oktober 1902.

"Apabila kami di sini minta, mohon dengan sangat supaya diusahakan pengajaran dan pendidikan bagi anak-anak perempuan, bukanlah karena kami hendak menjadikan anak-anak perempuan menjadi saingan orang laki-laki dalam perjuangan hidup ini. Melainkan karena kami yakin akan pengaruh besar yang datang dari kaum perempuan. Kami hendak menjadikan perempuan menjadi lebih cakap dalam melakukan tugas besar yang diletakkan oleh Ibu Alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik umat manusia yang utama." (Surat untuk Anton dan Istrinya pada 4 Oktober 1902)

Selain itu, Ibu Kartini juga sebagai pejuang Islam sejati. Pejuang muslimah yang menggunakan kerudung sebagai identitas diri. Bukan konde seperti yang disebarkan oleh media Kapitalis saat ini. Iya, Beliau adalah pejuang ideologis yang menginginkan gelar tertinggi. Yaitu, menjadi hamba Allah yang tunduk dan patuh pada aturan Ilahi.

“Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang Islam sebagai agama yang disukai”.  (Surat Kartini untuk Ny. Van Kol, tanggal 21 Juli 1902)

“Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah”. (Surat Kartini kepada Abendanon 1 Agustus 1903)

Namun sayang seribu sayang, informasi yang kita dapati tentang Ibu Kartini banyak yang salah dan tak sesuai dengan fakta sebenarnya yang terjadi. Hal itu sengaja dilakukan oleh sistem Kapitalis agar generasi muda mendapat gambaran yang salah tentang Ibu Kartini. Maka, fakta sejarah dibungkam dan dikaburkan tentang sosok Ibu Kartini merupakan pejuang Islam sejati.

Melalui kaum Feminis, sistem Kapitalis berusaha membajak peran wanita yang sejatinya dalam Islam sebagai Ibu dan pendidik generasi. Berbelok menjadi alat komoditi yang dipromosikan di beragam media dan televisi. Miris bukan, bagaimana sadisnya Kapitilis merusak pesona Kartini masa kini. Lantas, masihkah kita berharap pada sistem hari ini?

Padahal 14 abad yang lalu, Islam datang sebagai solusi dari seluruh permasalahan negeri. Islam tak pernah menempatkan wanita dibawah posisi lelaki. Melainkan memiliki kedudukan yang sama sebagai hamba Allah yang sejati. Tapi dalam fungsinya, ada beberapa aspek peran yang berbeda antara wanita dan lelaki. Namun tetap saja, keduanya sama-sama memiliki kewajiban dakwah yang hakiki.

Islam tak pernah mengekang hak wanita untuk berkarya. Malah sebaliknya, Islam memfasilitasi wanita untuk mengekspresikan potensinya demi kebangkitan Islam yang mulia. Selama hal tersebut berada dalam batas koridor Syara'. Tanpa ada pelanggaran terhadap aturan Sang Pencipta.

Lihatlah, bagaimana kiprah Bunda Aisyah Ra dalam mengguncang semesta. Bunda bukan saja sosok yang cerdas dan bertahta. Melainkan, sosok wanita ahli politik dan aktif berkarya dalam aksara. Bahkan Bunda sendiri sebagai wanita yang paling banyak meriwayatkan hadis shahih dari Rasulullah, sang suami.

Ini sebagai salah satu bukti bahwa Islam tak seperti yang dituduhkan oleh kaum Feminis yang iri. Mengatakan bahwa Islam mengekang hak wanita, Islam menomorduakan wanita, dan beragam tuduhan lainnya yang sama sekali tak terbukti. Malah sebaliknya, kaum Feminis dan sistem Kapitalislah yang menghancurkan peran dan pesona Kartini masa kini.

Arhg, kita semakin dibuat rindu bagaimana penerapan sistem Islam yang mulia. Yang mampu menjaga Izzah dan iffah wanita. Memfasilitasi wanita untuk berkarya dan mengukir peradaban dengan tinta Sang Pencipta. Mari kita bersama saling berbaris dan berpegang tangan dalam memperjuangkan syariah Islam secara kaffah dalam kehidupan nyata. Semoga Allah mudahkan niat mulia kita. Aamiin

“Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban.
(Surat Kartini bertanggal 27 Oktober 1902 kepada Ny. Abendanon)

Tpn21420

#MenulisUntukPeradaban
#GoncangSemestaDenganAksara
#MemberPenulisIdeologis

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak