Oleh : Gina Kusmiati
(Komunitas Pena Islam)
Ramadhan bulan berkah. Bulan mulia ini harus dijadikan momentum paling tepat untuk seluruh umat meminta ampun kepada Allah dan membentengi diri dari perbuatan keji dan munkar, terutama para pemimpin di Indonesia.
"Puasa itu perisai yang dipergunakan seorang hamba untuk membentengi dirinya dari siksaan neraka.” (Hadist riwayat Imam Ahmad)
Namun, sepertinya ini hanya khayalan belaka. Di tengah pandemi, para penguasa masih saja belum bertaubat. Mereka terus-menerus melakukan hal-hal tak terduga yang membuat rakyat jengah. Pasalnya, pemerintah dan DPR terus membahas Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja (sebelumnya bernama Cilaka atau Cipta Lapangan Kerja) yang disusun dengan metode omnibus. Dalam rapat kerja Selasa (15/4) kemarin, hanya dua partai yang menyatakan menolak melanjutkan pembahasan. Sisanya dengan berbagai alasan, memilih sebaliknya.
Sejak awal dirancang penguasa, RUU Cilaka sebenarnya telah mendapat penolakan tegas dari masyarakat, terutama serikat buruh. Peraturan itu dianggap menghapus banyak hak-hak buruh yang tertuang dalam UU No.13/2003 Tentang Ketenagakerjaan. Pun pembahasannya tidak transparan. Pihak yang lebih banyak didengar--sekaligus diakomodasi kepentingannya--adalah pengusaha.
Di bulan suci ini seharusnya rakyat mendapatkan kenyamanan, ketenangan dalam melaksanakan ibadah tuk mencapai keridoan Allah walaupun masih di terpa pandemik. Tetapi, kenyataannya rakyat harus mendengar dan melihat para penguasa beraksi melanggengkan kekuasaannya dengan melaksanakan pembaharuan kebijakan yang tidak pro rakyat. Adanya protes rakyat sudah mewakili bahwa pembahasan Omnibus law mengundang masalah baru.
Ribuan buruh pun berencana menggelar aksi besar-besaran di tengah wabah. Adapun aksi seperti di Jakarta, kata Said, aksi juga akan digelar di beberapa daerah lainnya, seperti Serang Banten, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Banda Aceh, Batam, Medan, Bengkulu, Palembang, Lampung, Manado, Makassar, Gorontalo, Manado, Banjarmasin, Samarinda, Maluku, dan Papua.
Rencana ribuan buruh yang bertekad turun ke jalan sudah membuktikan bahwa para penguasa kesulitan membendung dampaknya. Rakyat tahu kebijakan yang dikeluarkan akan merampas hak-haknya. Kekecewaan yang berulang kali diterima menimbulkan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah. Akibatnya, rakyat berontak melanggar aturan yang ada. Berencana mengadakan aksi demo walaupun sudah banyak penolakan dari kepolisian karena rentan penularan wabah.
Di tengah pandemi, sistem kapitalis-sekuler masih menjadi bayang-bayang. Lemahnya kebijakan untuk kepentingan rakyat dan kuatnya perlindungan kebijakan penguasa kepada para pemilik modal. Asas manfaat menjadi asaa utama dalam pengambilan kebijakan. Seperti yang sekarang ini terjadi penguasa memanfaatkan situasi pandemi demi kepentingan pribadi seakan sikap empatinya hilang. Inilah gambaran betapa buruknya sistem buatan manusia. Sistem yang bisa menciptakan banyak kazaliman terutama kezaliman penguasa.
Padahal, Allah sudah memberikan peringatan-peringatan terhadap para penguasa zalim yang terkandung dalam Al-qur'an dan Al-hadist. Seharusnya para pempimpin mengambil pelajaran dari setiap kejadian, musahabah diri dan bertaubat bersegera mengambil langkah-langkah yang benar sesuai Islam. "Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka (kaum muslimin) berhukum dengan selain Kitabullah dan menyeleksi apa-apa yang Allah turunkan (syariat Islam), kecuali Allah timpakan permusuhan di antara mereka.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim dengan sanad shahih).
Sejak dulu Islam sudah dikenal memiliki sebuah sistem atau pengaturan mengurus semua urusan manusia. Sistem yang benar-benar memperhatikan kebutuhan manusia. Dimana Islam membentuk negara tuk memimpin, mengurusi rakyatnya secara benar disesuaikan dengan Islam, memenuhi apa yang dibutuhkan rakyat tanpa membebani dan menzalimi. Bahkan, tidak menimbulkan kerusakan karena Islam dapat menciptakan kedamaian dan ketenangan bagi setiap umat.
Islam mampu menangani masalah-masalah secara tuntas sehingga para pemimpin mendapatkan kepercayaan sepenuhnya dari rakyat. Kebijakan negara pun selalu dipatuhi. Pemimpin dan rakyat dapat bekerja sama dalam membangun, mempertahankan keutuhan peradaban dalam keberkahan sesuai harapan umat di dunia maupun di akhirat. Ternyata itu sudah terjadi kala Islam diterapkan secara kaffah di tengah umat, seperti yang dicontohkan oleh Rasullullah, sahabat dan para khalifah lainnya.