Oleh : Nely Merina
(Penulis)
Virus Corona nyatanya bukan hanya merenggut nyawa, namun merenggut rasa kemanusiaan. Di beberapa daerah, jenazah korban covid 19 ditolak warga. Ada yang ambulannya dihadang, ditimpuki batu hingga jenazah yang sudah dimakamkan harus digali kembali. Sayangnya pemerintah tak peduli. Jangankan edukasi ucapan belasungkawa pun tak ada hingga kini. Miris, ketika pandemi justru hilang rasa empati.
Hal ini sangat kontras jika syariah Islam diterapkan. Sikap empati harus tumbuh tak harus menunggu ketika pandemi. Islam mengajarkan agar tolong menolong dalam kebajikan dan melarang tolong menolong dalam pelanggaran. Seperti firman Allah
: ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَاب
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya [al-Mâidah/5:2]
Begitu pula Rasulullah menganjurkan umatnya agar meringankan penderitaan saudaranya. Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda :
وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَ اللَّهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَاكَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ أَخِيْهِ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang meringankan kesusahan seorang mukmin di antara kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan meringankan kesusahannya di antara kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang sedang kesulitan, niscaya Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Allah akan selalu menolong seorang hamba selama ia mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
Realitanya saat ini, rasa empati dan tolong menolong justru menjadi barang langka di negeri ini. Beberapa kali jenazah covid 19 ditolak untuk dimakamkan masyarakat (wartaekonomi.com, 2/04/2020)
Jenazah pasien corona ditolak warga Banyumas, yang hingga tiga kali ditolak oleh warga. Bahkan mobil ambulan dan petugas ditumpuki warga. Terakhir ketika jenazah sudah dimakamkan, warga justru meminta digali kembali. Hingga Bupati Banyumas harus turun tangan mengedukasi.
Begitu pula di Kabupaten Tasikmalaya, jenazah positif corona pun terpaksa tertahan di mobil ambulans selama 24 jam dikarenakan dihadang warga.
Di Bedahan, Sawangan, Depok, Jawa Barat, Senin (30/3/2020), Pemakaman jenazah pasien Covid-19 ditolak sebagian warga di Tempat Pemakaman Umum (TPU)). Warga setempat mengaku cemas Pemakaman jenazah pasien Covid-19 bakal menularkan virus SARS-CoV-2 ke wilayah tempat tinggal mereka.
Bahkan jenazah perawat covid pun turut dihadang warga seolah melupakan jasanya. Seorang perawat di RS Kariadi, Nuria Kurniasih pun tiga kali ditolak warga untuk dimakamkan. Hingga jenazahnya harus kembali ke kamar mayat RS Kariadi. Dan akhirnya suaminya yang turun tangan memakamkan istrinya di pemakaman RS Kariadi.
Islam Menganjurkan Segera Mengubur Jenazah
Dalam syariah islam, pengurusan jenazah memang fardu kiffayah artinya jika sudah ada yang mengurus maka yang lain gugur kewajibannya. Namun islam menganjurkan untuk menyegerakan penguburan jenazah. Seperti sabda Rasulullah SAW
أَسْرِعُوا بِالْجِنَازَةِ فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا إِلَيْهِ وَإِنْ يَكُ سِوَى ذَلِكَ فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ
"Percepatlah kalian dalam membawa jenazah. Jika jenazah itu baik maka kalian telah mendekatkanya pada kebaikan. Jika jenazah itu jelek, maka kalian telah melepaskan dari pundak kalian." (HR Bukhari)
Secara medis pun, menyarankan jenazah covid harus segera dikuburkan maksimal 4 jam setelah kematian karena masih berpotensi menularkan. Peneliti Bidang Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan jenazah pasien Covid-19 akibat infeksi virus corona (SARS-CoV-2) berpotensi menularkan penyakit jika dimandikan. Namun, tak berbahaya apabila sudah dimakamkan. (CNNIndonesia 3/04).
Perlunya Peran Pemerintah Untuk Menangani Jenazah
Sikap masyarakat yang berlebihan ternyata berbanding terbalik dengan sikap pemerintah pusat yang cenderung abai. Sehingga lambannya dalam mengambil kebijakan. Sehingga pemerintah daerah mengambil keputusan masing-masing. Sehingga dibeberapa daerah ketua RT nya pun menolak jenazah.
Padahal Korban Covid Itu syahid bukan aib, sehingga pemerintah juga harusnya memberitahu hal tersebut. Korban covid memang menular tapi bukan penyakit kutukan seperti AIDS sehingga tak perlu dikucilkan, apalagi jenazahnya harus digali ulang.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Orang yang mati syahid ada lima, yakni orang yang mati karena ath-tha’un (wabah), orang yang mati karena menderita sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan orang yang mati syahid di jalan Allah.” (HR. Bukhari, no. 2829 dan Muslim, no. 1914)
Dari ‘Abdullah bin Busr radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْقَتِيلُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ شَهِيدٌ وَالْمَطْعُونُ شَهِيدٌ وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ
“Orang yang terbunuh di jalan Allah (fii sabilillah) adalah syahid; orang yang mati karena ath-tha’un (wabah) adalah syahid; orang yang mati karena penyakit perut adalah syahid; dan wanita yang mati karena melahirkan adalah syahid.” (HR. Ahmad, 2: 522. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dan ‘Adil Mursyid menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim).
Lockdown Harus Segera Dilakukan, Jika tidak Pemakaman Massal Harus Disediakan
Nyawa terus berjatuhan, namun pemerintah belum berani mengambil keputusan lockdown. Berkaca dari negeri tetangga di Vietnam yang berani mengambil keputusan lockdown 15 hari, hingga tingkat kematian akibat corona di Vietnam tak ada sama sekali. Namun sayangnya pemerintah Indonesia tak berani khawatir perekonomian merugi. Dalam sistem islam tak melihat untung rugi apalagi jika menghadapi pandemi. Nyawa warga sangat berarti. Islam memberlakukan lockdown ketika seperti sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam :
إِذَا سَمِعْتُمُ الطَّاعُونَ بِأَرْضٍ، فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأرْضٍ، وأنْتُمْ فِيهَا، فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا. متفق عَلَيْهِ
“Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian ada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri itu.” (Muttafaqun ‘alaihi)
An-Nawawi rahimahullah menjelaskan,
وفي هذه الأحاديث منع القدوم على بلد الطاعون ومنع الخروج منه فرارا من ذلك. أما الخروج لعارض فلا بأس به
“Hadits-hadits ini menunjukkan terlarangnya mendatangi daerah yang terkena wabah tha’un dan larangan untuk keluar dengan tujuan menghindari wabah, Adapun keluar karena ada keperluan, maka tidaklah mengapa (misalnya untuk belanja keperluan makanan ke negeri tetangga).” [Syarh Shahih Muslim, 14: 205-207]
Sayangnya pemerintah Indonesia belum juga melakukan keputusan ini. Meskipun diberlakukan, menurut Dokter Tifauzia Tyassuma, M.Sc dalam surat terbukanya di media sosial lockdown sudah terlambat karena korban yang berjatuhan semakin banyak. Dia pun menyarankan pemerintah agar menyediakan pemakaman masal saja. Berbagai negara seperti Iran, Amerika dan Italia. Pemakaman massal memang seharusnya disediakan melihat ketakutan berlebihan pada warga yang melakukan pengusiran jenazah beberapa kali.
Setiap Perbuatan Akan Diminta Pertanggungjawaban
Sayangnya, pemerintah lambat menangani kasus pandemi ini. Sehingga masyarakat semakin hilang rasa empati. Korban covid layaknya penderita AIDS yang harus dikucilkan dan diusir pergi. Hal tersebut tak akan terjadi jika yang diterapkan adalah peraturan Islam. Dimana hukum ditangan Allah bukan di tangan rakyat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” [al-Mâ`idah/5:50]
Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam mengingatkan setiap kepemimpinan akan dimintai pertanggung jawaban, seperti sabda Rasulullah
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ اْلْ ِمَامُ ر
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya”.(HR. Bukhari Muslim).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Kepada para malaikat diperintahkan, kumpulkanlah orang-orang yang dzalim beserta teman sejawat mereka dan sembah-sembahan yang selalu mereka sembah selain Allah. Maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Dan tahanlah mereka di tempat perhentian karena mereka sesungguhnya mereka akan ditanya dimintai pertanggungjawaban.” (QS. AS-Shaffat: 22-24)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? (QS. Al-Qiyamah : 36)