Halusinasi Kesetaraan Gender Mengerti Wanita





Oleh : Latifatussalimah 
Aktivis Dakwah 


Karena wanita ingin dimengerti
Lewat tutur lembut dan laku angung
Karena wanita ingin dimengerti
Manjakan dia…
Dengan kasih sayang

Di tahun 2006 lagu ini dirilis oleh Ada Band sehingga lagu ini sangat akrab dengan orang-orang kelahiran 90an, dari cuplikan lirik di atas memberikan sedikit deskripsi tentang wanita yakni wanita ingin dimengerti. Seperti diakui keberadaannya, didengar setiap puzzle perasaannya, dan beberapa hal lainnya. Tetapi disini kita tidak ingin berlarut-larut menyelami keunikan dan misteri prihal tentang wanita, melainkan apa atau siapa yang mampu mengerti dan memahami kaum hawa ini?

Mengulik sejarah kehidupan kaum perempuan dari zaman dulu hingga kini, kita menjumpai asam garam kehidupan yang dialami, sudah menjadi teman akrab bagi mereka. Bagaimana tidak? Dalam sejarah peradaban dunia seperti Romawi, Cina, Yunani, Eropa bahkan Arab terkenal dengan kebiasaan mereka mendeskriditkan wanita, merampas hak-hak mereka dan memposisikan mereka dengan rendah dan hina dimana mereka diciptakan hanya sebagai “pemuas kaum pria”. Berangkat dari fakta yang pilu ini muncullah gerakan feminisme yang disambut hangat oleh kaum hawa bagaikan angin segar ditengah teriknya mentari. Gerakan inipun di dukung oleh PBB yang disebut dengan Deklarasi Beijing.

Apa itu Deklarasi Beijing? Apakah mampu mengerti kaum wanita?
Deklarasi Beijing adalah resolusi yang diadopsi oleh PBB pada akhir Konferensi Dunia Keempat tentang perempuan pada tanggal 15 September 1995. Resolusi tersebut diadopsi untuk mengumumkan serangkaian prinsip tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan.-wikipedia- dan pada tahun 2020 ini adalah momentum peringatan yang ke-25 keberadaannya untuk wanita. Tapi ironisnya, bisa dikatakan keberadaannya seperti ketiadaannya, mengapa dikatakan demikian?

Dilansir dari Komnas Perempuan. Jakarta, 6 Maret 2020. Menyatakan “Dalam kurun waktu 12 tahun, kekerasan terhadap perempuan meningkat sebanyak 792% (hampir 800%) artinya kekerasan terhadap perempuan di Indonesia selama 12 tahun meningkat hampir 8 kali lipat”. Dari data yang ada bisa disimpulkan bahwa kehidupan wanita Indonesia masih tidak aman.

Saat ini Tidak hanya kekerasan yang harus ditelan oleh perempuan melainkan mereka juga ikut berjuang untuk pertumbuhan ekonomi, sehingga mereka banyak menghabiskan waktu di luar bersama pekerjaan dibandingkan dengan keluarga dan anak-anak mereka.

Ketika covid-19 menyerang Indonesia, kegagapan pemerintah Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19 membawa wanita pada siatuasi yang membingungkan. Sebagian wanita harus tetap bekerja di luar demi pertumbuan ekonomi yang beresiko mengancam kesehatannya dan sebagian yang lain di liburkan untuk tetap di rumah aja, tapi muncul masalah lain yaitu kegagapan para ibu mendidik anak-anak mereka. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena kesetaraan gender dalam naungan kapitalis mencetak wanita menjadi pekerja bukan sebagai pendidik generasi.

Lalu kemanakah nasib wanita harus berlabuh?
Islam memandang wanita dan laki-laki dalam kaca mata yang sama yakni sama-sama hamba Allah yang lemah dan terbatas yang bergantung pada Zat yang Kuat dan tidak tebatas.

Dalam Islam, Allah mengatur wanita dan laki-laki dalam koridor aturannya masing-masing. Wanita dipersiapkan untuk menjalankan SK dari Allah yaitu menjadi ibu, menteri di rumah dan pendidik generasi. Allah berfirman : “Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit.” (QS. Taha: 124)
Wallahu a’lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak