Oleh: Ummu Syauqi
Sekali tersandung membawa ember. Selamanya kita trauma dengan peristiwa. Sekali gabung bersama Revowriter, selamanya kita dibina untuk bermakna.
Mengejar duniawi sampai terkapar. Bahagia belum tentu, lelah sudah pasti.. Belajar teknik literasi secara ikhlas dan sabar. Insyaa Allah bertemu para penulis ideologi.
Pantun di atas melukiskan pragmen kisah. Bergabung dengan Revowriter membawa berkah. Ilmu kepenulisan bertambah. Orientesi menulis berubah. Makin banyak saudara seaqidah. Meningkat semangat dakwah.
Bergabung Revowriter bulan Februari. Benar-benar mengubah orientasi dan mendedikasikan diri. Pada awalnya menulis berorientasi duniawi, kemudian berorientasi ukhrawi. Mencoba sedikit demi sedikit mendedikasikan diri semata untuk Ilahi. Berdiri jauh di belakang pejuang pena ideologi. Malu rasanya, si fakir ilmu berdiri di barisan penulis mumpuni. Jam duduknya sudah tinggi. Pengalaman menulisnya selevel ahli. Status papan atasnya sudah dikantongi.
Rasa malu dan rendah diri membuat ragu. Setelah pertemuan perdana kelas basic Revowriter malam Selasa itu. Diamanahi dua tugas oleh Sang Guru. Menulis bebas salah satu. Kala itu, mencoba menulis tentang perasaanku. Judul “Merajut Aksara Menggapai Berkah” pilihanku. Sebaris dua baris kucoba tulis semampuku. Namun stagnan memilih kata-kata baku. Penulisan kata sesuai PUEBI kendala nomor satu. Setelah ditulis satu paragraf, aku berhenti ketika itu. Berjalan ke jendela dekat pintu. Kupandang rembulan dengan rasa haru. Kilau cahayanya seakan memasuki relung qalbu.
Kulanjutkan paragraf yang terbengkalai. Kutulis saja tanpa berpikir sesuai atau tidak sesuai. Hal terpenting tugasku selesai. Jika satu tugas selesai, maka pekerjaan lain bisa kumulai. Namun jika satu tugas belum selesai, maka pekerjaan lain ikut terbengkalai. Ini kelemahan diri yang tidak kusukai. Akhirnya tugasku usai. Meskipun tidak memadai. Namun rasa lega merajai. Berangkat tidur dengan pikiran santai.
Bakda Subuh tugas perdana kelas Revowriter 22 kuposting. Di FB dan di Grup WhatsApp Kelas Revowrier 22 juga diposting. Setelah itu, aku kerjakan pekerjaan lain, mungkin juga tergolong penting. Setelah sarapan pagi dan mencuci piring. Aku lanjutkan belajar parenting. Sehari sebelumnya belajar optimalisasi cinta pada si Darling. Semua kulakukan via media daring. Tiba-tiba notifikasi FB berdering. Ada pemberitahuan tentang posting. Kubuka FB dan kubaca, Masyaa Allah tabarakallah, aku pangling. Menerima puisi khusus dari Senior Revowriter, bagiku sangat berarti dan amat penting.
Di halaman indah ini, kutulis kembali puisi. Khusus penguat dan penyemangat diri. Dari seorang senior sekaligus saudari sejati (Mbak Purwaningsih Maryanto). Walaupun kita berteman di Efbi. Bagiku sama halnya dengan saudara sendiri. Ketika jenuh menghampiri. Puisi itu kubaca kembali. Hingga semangat menulis muncul lagi. Redaksi puisi:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2804863052909677&id=100001580296820
Murid Anyar Tulisan Cetar
Oleh: Purwaningsih Maryanto
Baru gabung revo, tulisan sudah cetar
Dengan mata nanar aku berbinar-binar
Tulisan sudah bersinar
Bak mutiara yang berjajar
Merangkai kata sehingga orang bisa nalar
Kelas revowriter yang sudah tenar
Asah potensimu di kelas anyar
Supaya idemu bisa disebar
Jangan biarkan ide membeku
Jika tidak menulis menjadi buntu
Carilah ilmu dalam setiap waktu
Dunia literasi yang terus maju
Luruskan niat menjaring jariyah
Menguntai kata tidak perlu susah
Asalkan semua karena lillah
Dari sekarang harus berbenah
Wahai pejuang pena
Buatlah dunia penuh makna
Menggoreskan pena meraih tahta
Menemukan hikmah yang kita pinta
Pengalaman pertama penuh tanya
Kelas dunia maya serasa dunia nyata
Siapa dulu pengampunya
Cikgu Asri Supatmiati namanya
Testimoni menyentuh di kalbu
Membuat hati mengharu biru
Banyak yang menunggu hasil karyamu
Taq aku setiap posting diberandamu
Tidak sengaja kumenemukanmu
Bersileweran di beranda Fbmu
Membaca tulisan pertamamu
Satu baris, dua baris karena asyik terus melaju
Iri dengan kemampuanmu
Kelihaiannya merangkai aksara
Peradaban literasi menunggu
Karya yang bertalu-talu
Palu, 12 Februari 2020
Puisi di atas kubalas di kolom komentar. “Jazakillah khairan Ukhti Purwaningsih Maryanto yang shalihah. Aku yang bukan siapa-siapa, insan lemah, mencoba merindu hidup berkah, di bawah naungan khilafah. Ukhti beri puisi indah. Serasa badan tidak menginjak tanah. Sebenarnya tulisan Ukhti amat sangat elok dan menggugah. Semoga Revo 22 mengokohkan ukhuwah. Di samping berlatih menggoreskan pena mahabbah. Demi Islam dan Allah yang kita sembah.
Kutulis kembali puisi ini dengan air mata membasahi pipi. Ikhitiar dan karyaku belum bisa dioptimalisasi. Aku belum sanggup mengemban amanah dalam puisi. Satu permintaan Ukhti yang belum sempat juga aku eksekusi. Mentaq Ukhti di setiap postingan di beranda Efbi. Maafkan aku yang tidak tahu diri.
Sahabat perindu Jannah dan Junnah!...Bergabung Revowriter tidak saja dapat materi full faedah. Tapi juga motivasi menulis, hidup, berkarya berlandaskan ideologi penuh mahabbah. Stok hamasah kian bertambah. Hingga tangki amunisi penulis ideologi bertambah. Jazakillahu khairan jaza’ pada Cikgu Asri Supatmiati, motivator, mentor, fasilitator, dan kontributor hidupku agar berkah.
Khususul bil khusus rasa terima kasihku pada Mbak Purwaningsih Maryanto tiada terhingga. Memotivasi diriku untuk selalu berkarya. Begitu juga pada semua member Revowriter dan teman Efbiku, tanpa kusebutkan satu demi satu nama. Terima kasih telah memberikan like, coment dan share setiap statusku di beranda sosial media.
#ummusyauqi
#milad8revowriter
#akudanrevowriter
#mutiararevowriter
#postpart2