Oleh : Rantika Nur Asyifa
Penyebaran virus covid-19 berdampak besar terhadap perubahan aktivitas belajar anak. System belajar yang biasanya tatap langsung, kini berubah menjadi system daring. Setiap hari, anak-anak mengunduh tugas yang harus dikerjakan sesuai waktu yang telah ditetapkan oleh guru. Soal-soal tersebut bisa diunduh melalui ponsel.
Pemerintah kota bogor berlakukan Kegiatan Belajar - Mengajar (KBM) di rumah untuk para siswa sejak tanggal 16 – 30 Maret 2020, dan saat ini diperpanjang hingga 29 Mei 2020 untuk mencegah penyebaran virus corona meluas. Perpanjangan itu berlaku untuk pelajar dari jenjang PAUD/TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA, SLB dan lembaga pendidikan non-formal.
“Dengan ini, Pemerintah Kota Bogor memutuskan untuk memperpanjang masa belajar di rumah bagi peserta didik PAUD/TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK.MA, SLB, dan Lembaga Pendidikan Non Formal di Kota Bogor mulai tanggal 13 April 2020 sampai dengan 29 Mei 2020,” begitu bunyi petikan Surat Edaran Wali Kota Bogor, dari salinan edaran yang diterima detikcom, 8/3/2020.
Perpanjangan masa belajar di rumah ini tidak hanya dilakukan di Bogor saja, melainkan seluruh daerah di Indonesia. Perubahan pola pendidikan dari tatap langsung menjadi online atau daring, membuat para siswa, guru, bahkan orang tua kebingungan menghadapi perubahan situasi yang sangat drastis ini.
Para orang tua mengeluh karena di tengah banyaknya tugas sebagai ibu rumah tangga, di sisi lain mereka harus mengajari anak dengan mata pelajaran yang belum tentu dipahaminya. Masalah lain, mereka tidak siap menjadi pengajar. Baik secara teknis, keilmuan, pemahaman, skill, maupun mental.
Begitu pula dengan para siswa, mereka kebingungan dengan tugas yang diberikan melalui system daring dan merasa tertekan karena dikejar tugas harian yang menumpuk dalam batas waktu yang sama. Pada akhirnya belajar di rumah semakin terasa tidak menyenangkan, bagi mereka yang terpenting adalah terselesaikannya tugas yang diberikan.
Ketidaknyamanan dan rasa tertekan itulah yang membuat para siswa menjadi tak betah berada di dalam rumah. Banyak siswa yang memilih untuk mendatangi warnet atau tempat penyedia game online, agar mereka bisa melepaskan beban tugas yang setiap hari menumpuk.
Petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Banjar, Jawa Barat, melancarkan razia ke sejumlah warnet. Petugas menjaring anak usia sekolah yang asyik bermain game online di tempat tersebut.
“ Diliburkan itu untuk belajar di rumah, diam di rumah. Untuk mengurangi resiko tertular virus, ini malah bergerombol bermain game online,” kata Sekretaris Dinas Satpol PP Kota Banjar, Kusnadi. (detiknews, 16/03/2020)
Ketika keadaannya sudah sampai tahap itu, maka sudah dapat diketahui bahwa belajar di rumah dengan pemberian tugas per mata pelajaran setiap harinya tidaklah efektif.
System sekular yang diterapkan saat ini, cenderung hanya focus pada hasil pembelajaran, bukan pada proses belajar itu sendiri yang sesungguhnya dalam Islam sangat mulia dan memuliakan. System inilah yang mendukung ketidakjelasan tujuan dan strategi pendidikan serta kekacauan pelaksanaanya yang menghambat tercapainya target “ Sukses bersama ” di bidang pendidikan.
Lain halnya dengan Islam, yang memiliki tujuan pendidikan yaitu membangun kepribadian Islam, memiliki ilmu, dan menguasai ilmu terapan. Untuk mencapai kesuksesan bersama dalam bidang pendidikan, tidak terlepas dari peran Negara dalam menyiapkan kurikulum, metode, anggaran pembiayaan, dan sarana yang mendukungnya.
Dalam kondisi apapun, normal maupun pandemi, tujuan pendidikan dalam Islam tidak berubah. Untuk mencapai tujuan tersebut, sudah seharusnya Negara memiliki kesungguhan dalam memberikan pelayanan terbaik untuk warga Negara. Islam memiliki jawaban komprehensif yang tidak hanya menyelesaikan permasalahan pendidikan namun segala aspek yang menunjang kehidupan. Bukan hanya dalam kondisi normal saja, namun juga di kondisi wabah seperti saat ini. Wallahu a’lam
Bogor, 11 April 2020