Oleh : F. Dyah Astiti
Baru-baru ini media diramaikan dengan mundurnya Owner Ruangguru Belva Devara dari Staf Khusus Presiden Republik Indonesia (RI). Sebelum mundurnya, staf milenial ini jadi sorotan masyarakat. Hal itu terjadi karena ditunjuknya
Ruangguru menjadi aplikator Kartu Prakerja. Bukan hanya itu, staf yang lain tak kalah disorotnya. Kritik pedas disampaikan publik kepada Andi Taufan Garuda Putra. Stafsus yang juga pendiri dan ketua eksekutif Amartha ini dinilai menyalahgunakan wewenangnya. Ia menyurati camat seluruh wilayah Indonesia mengenai kerja sama antara pemerintah dan PT Amartha Mikro Fintek terkait. Banyak pengamat menilai ia telah melakukan penyimpangan atau menggunakan jabatannya sebagai staf khusus untuk kepentingan pribadi dan kelompok yang bersangkutan. Meskipun keduanya telah mengundurkan diri, namun Pengamat Hukum Tata Negara dari Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Agus Riewanto mengungkapkan para stafsus lain yang masih menjabat di perusahaan sebaiknya ikut mundur. Agus menyebut jika menjadi pejabat negara seharusnya melepaskan atribut jabatan lain, termasuk jabatan perusahaan. (tribunnews.com)
Pada tahun 2019 lalu, Peneliti Politik dari ISEAS Yusof Ishak Institute, Made Tony Supriatma, memperkirakan penunjukan Staf Khusus presiden dari kalangan anak muda sebagai hadiah dari partisipasi mereka bekerja untuk kampanye kemengan Jokowi. Ia mempertanyakan urgensi dari penunjukan staf khusus presiden itu(nasional.tempo.co).
Hal itu sejalan dengan yang disampaikan pengamat politik Universitas Indonesia Cecep Hidayat. "Jokowi ini sudah mengakomodasi banyak kelompok. Akhirnya lembaga kepresidenan yang ada gemuk, tambun bahkan obesitas. Akhirnya corong atau artikulasi saluran untuk memberikan input ke presiden terlalu banyak yang harus diperhatikan presiden."(bbc.com)
Pemaparan di atas menggambarkan keniscayaan munculnya banyak kepentingan yang butuh dikritisi. Hal itu terjadi karena buah penerapan demokrasi.
1. Demokrasi memaksa munculnya koalisi dalam membangun pemerintahan. Hal itu sering kali menjadikan presiden tersudut pada politik kontradiktif. Di satu pihak, ia memiliki wewenang kuat menentukan kebijakan karena dipilih secara langsung oleh rakyat.Di lain pihak, ia harus mempertimbangkan bahkan bisa jadi mengikuti partai politik. Dimana partai politiklah yang menyumbang menteri-menteri di kabinetnya.
2. Dalam sistem demokrasi yang mahal, kekuatan finansial kalangan pengusaha menjadi kunci teraihnya tampuk kekuasaan. Hal inilah yang akhirnya memaksa seorang pemimpin, siapapun itu memberikan ganti bagi para pengusaha tersebut. Bisa jadi berupa kebijakan yang menguntungkan kalangan mereka maupun posisi di sekitar penguasa.
Kondisi tersebut berbeda dengan Islam. Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk pemerintahan. Gambaran politik ala demokrasi sangat berbeda dengan gambaran dalam politik dalam Islam. Dalam pandangan Islam kekuasaan ada di tangan rakyat dan kedaulatan ada pada Allah (Alquran dan Hadis). Artinya, pemimpin yang diangkat berdasarkan keridoan rakyat adalah mereka yang mendapat kepercayaan dari rakyat untuk menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan Alquran dan As Sunnah.
Keberadaan partai politik dalam konteks pemerintahan Islam adalah melakukan check and balance. Atau muhasabah li al-hukkam (mengoreksi penguasa). Sedangkan dalam pemilihan pemimpin maka islam bukan sistem yang mahal. Baiat adalah Metode baku pengangkatan pemimpin. Seorang pemimpin dibaiat jika mendapat dukungan masyarakat dan memenuhi syarat menjadi pemimpin yang sudah ditetapkan islam. Dukungan ini bisa diperoleh melalui berbagai cara. Mulai dari musyawarah oleh ahlul halli wal aqdi (tokoh masyarakat) sebagaimana pengangkatan Khalifah Utsman bin Affan. Atau bisa dengan membentuk perwakilan bahkan bisa jadi langsung. Hanya saja batas waktu pemilihan pemimpin tiga hari. Dalilnya adalah ijma‘ sahabat pada pembaiatan Abu Bakar ra. yang sempurna di hari ketiga pasca wafatnya Rasulullah Saw. Juga ketetapan Umar bin Khatab yang membatasi waktu musyawarah ahlul halli wal aqdi adalah tiga hari.
Wallahu a'lambish-shawabi.