Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Penulis dan Ibu Rumah Tangga
Presiden Joko widodo menegaskan bahwa pemerintah bersama berbagai pihak terus bekerja keras menanggulangi pandemi virus korona (covid-19). Presiden juga menegaskan keselamatan rakyat menjadi prioritas utama dalam penanganan covid-19.
Hal itu disampaikan Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman dalam pernyataan pers di Jakarta, "Salus populi suprema lex (keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi). Demikian pesan Presiden Joko Widodo dalam kesiagaan bersama pemerintah pusat, pemerintah daerah, tokoh-tokoh agama, dan masyarakat serta setiap warga negara Indonesia," ucap Fadjroel.
Fadjroel mengatakan Presiden Jokowi sudah menggariskan tiga program prioritas dalam menghadapi pandemi covid-19. Pertama, memfokuskan dan menggerakkan semua sumber daya negara untuk mengendalikan, mencegah, dan mengobati masyarakat yang terpapar covid-19.
Kedua, memfokuskan dan menggerakkan semua sumber daya negara untuk menyelamatkan kehidupan sosial-ekonomi seluruh rakyat.
Ketiga, memfokuskan seluruh sumber daya negara agar dunia usaha baik UMKM, koperasi, swasta, dan BUMN agar terus berputar. "Kita terus bekerja keras bergotong-royong tanpa henti dengan kerendahan hati untuk keselamatan seluruh rakyat Indonesia, serta berterimakasih sebesar-besarnya kepada seluruh tenaga kesehatan (dokter, perawat, dan lainnya)," imbuh Fadjroel. (mediaindonesia.com, 22/3/2020).
Namun sepertinya rakyat harus lebih dalam lagi ngeruk (menggali) dada. Sebab hingga hari ini sepertinya pemerintah masih jalan di tempat.
Banyak justru bermunculan berita para pejuang penanganan virus alias para nakes kekurangan APD( Alat Pertahanan Diri) kekurangan alat kesehatan, padahal mereka dituntut harus selalu berada di garda terdepan.
Sebab tak mendapatkan solusi, akhirnya masyarakat berinisiatif memberikan sumbangan APD. Ala rakyat, yang sangat jauh dari standar kesehatan dunia.
Jumlah korban meninggal maupun yang dalam pengawasan juga bertambah. Terlebih menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, budaya mudik, berkumpul dengan keluarga besar dikampung bisa jadi akan tak terkendali jika pemerintah terus begini.
Dengan kesadaran diri, rakyat mengisolasi dan membatasi kegiatan di luar rumah. Namun sampai kapan? Fadli Zon, Wakil Ketua Dewan DPR RI periode 2014 - 2019 mengatakan ada tambahan belanja dan pembiayaan APBN 2020 sebesar Rp405,1 triliun untuk penanganan dampak Covid-19, ada empat poin yang diajukan pemerintah, yaitu (1) kesehatan, (2) social safety net, (3) insentif perpajakan, dan (4) program pemulihan ekonomi nasional ( helmiadamchannel.com, 1/4/2020).
Menurut beliau, dari empat poin itu, kalau dibaca penjabarannya, insentif perpajakan dan program pemulihan ekonomi nasional besarannya mencapai Rp220,1 triliun, atau sekitar 54,3 persen dari total tambahan belanja tadi. Lebih banyak tertuju pada pelaku ekonomi korporasi. Bukan orang perorang. Mengapa demikian?
Dengan kata lain, artinya negara tidak benar-benar hadir mengupayakan janjinya sebagai pelindung rakyat terwujud. Dan tak gerakan menempatkan dirinya di garda terdepan agar bisa menempuh cara tercepat mengatasi penyebaran virus.
Inilah karakter yang sesungguhnya dari negara kapitalis. Mereka hanya beretorika. Meskipun banyak ulasan dari berbagai televisi, surat kabar dan media online yang menggambarkan "kebaikan" pemerintah pada prakteknya hanya pepesan kosong soal prioritas keselamatan rakyat, namun kebijakannya nyata tidak memberi jaminan.
Bahkan tenaga medis sebagai garda terdepan juga tidak mendapat perhatian memadai. Perhitungan materi masih menjadi pertimbangan dominan pengambilan keputusannya.
Akibatnya kita banyak kehilangan tenaga kesehatan, mereka gugur sebab merekalah yang paling dekat dengan pasien Corona. Berbeda sekali ketika Islam datang dan mulai menyelesaikan persoalan.
Tak ada kata setengah-setengah. Dan tak sekedar isapan jempol, namun ini adalah amal ibadah yang disaksikan oleh seluruh penduduk bumi dan langit. Sebab amalan tersebut adalah penunaian syariat yang sudah diperintahkan.
Seorang Khalifah akan memberdayakan tentara guna menjaga wilayah yang diisolasi, menjaga keluar masuknya orang agar wabah tak semakin meluas. Menyediakan semua kebutuhan yang terisolasi dari dana Baitul mall dan mengerahkan tenaga ahli beserta sarana dan prasarananya untuk menemukan teknik penyembuhan dan pengobatan tercepat. Wallahu a' lam bish shawab.
Tags
Opini