Oleh : Toyyibah
Merebaknya virus corona akhir-akhir ini membuat beberapa pemerintah daerah memberlakukan lockdown. Seperti Papua dan Tasikmalaya. Beberapa pabrik bahkan memberhentikan karyawan secara sepihak (PHK) besar-besaran karena tidak adanya order masuk. Sekolah yang menjadi salah satu akses keluar masuk siswa dan guru juga diliburkan. Saat diliburkan, sekolah memberlakukan sistem daring. Dalam sistem daring ini ternyata banyak yang mengalami kendala. Seperti sinyal yang naik turun, hingga tidak adanya kuota. Jangankan untuk membeli kuota, buat makan besok aja tidak ada. Harus diirit-irit. Bahkan tak sedikit orang tua yang gaptek akibatnya anak tidak mengerjakan tugas dari guru.
Sementara anak-anak yang dapat mengerjakan tugas dibuat pusing dengan banyaknya tugas dari guru. Sementara anak-anak yang dapat mengerjakan tugasdibuat pusing dengan banyaknya tugasdari guru mereka yang berganti-ganti tanpa adanya pembelajaran dari guru.
Di saat anak jenuh ingin melihat TV. Acara TV justru tidak mendidik sama sekali bahkan banyak iklan yang mengandung unsur pornografi sebenarnya generasi penerus itu mau dibawa kemana? Kenapa pemerintah terkesan tidak mau tahu dan tidak menyaring acara yang muncul di TV.
Hal ini berbanding terbalik di zaman Khilafah dimana pelajar di fasilitasi oleh negara secara gratis. Memperolehnya dari kas baitul mal. Dengan adanya uang itu negara membangun sekolah secara gratis bahkan setiap sekolah diwajibkan memiliki perpustakaan dimana perpustakaan itu terdapat banyak buku yang dapat mengembangkan potensi siswa. Setiap sekolah diwajibkan memiliki perpustakaan dimana di perpustakaan itu terdapat banyak buku yang dapat mengembangkan potensi siswa. Setiap perpustakaan tersebut ada guru, sehingga murid dapat langsung bertanya.
Di samping itu, negara juga wajib menyaring informasi dan tontonan yang masuk ke rakyatnya, sehingga tidak akan dijumpai tontonan yang yang tidak mendidik seperti saat ini. Wallahu alam bisshawab.