0leh : Mardiani, Spd ( Praktisi Pendidikan)
Ujian Nasional (UN) tahun ini resmi dibatalkan setelah Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas yang dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, pada Selasa (24/03). Sejumlah orang tua murid dan sekolah masih bingung mengenai sistem seleksi penerimaan murid baru, karena 'tidak ada nilai yang bersifat setara dan universal'.
Dalam pernyataannya yang dikemukakan secara daring, Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan alasan nomor satu pembatalan UN "adalah keamanan dan kesehatan siswa-siswa kita, keamanan keluarga mereka, dan kakek-nenek siswa-siswa tersebut".
"Kalaupun kita melaksanakan Ujian Nasional di dalam tempat-tempat pengujian yang harus dikumpulkan, itu bisa menimbulkan risiko kesehatan yang sangat besar bukan hanya siswa tapi juga keluarga dan kakek nenek siswa-siswa tersebut," papar Nadiem.
Lagipula, Nadiem menambahkan, UN bukan syarat kelulusan ataupun seleksi masuk jelang pendidikan yang lebih tinggi. Nadiem mengatakan ujian kelulusan sekolah masih bisa dilakukan masing-masing sekolah, "tapi tidak diperkenankan melakukan tes tatap muka yang mengumpulkan siswa dalam ruangan kelas". Ada berbagai macam opsi, sekolah bisa melakukan ujian sekolah, misalnya, melalui online atau melalui angka nilai lima semester terakhir. Dan ujian sekolah tersebut tidak kami paksa untuk mengukur ketuntasan seluruh capaian kurikulum bahkan semester terakhir," jelas Nadiem
Dalam pembukaan rapat terbatas pada Selasa (24/03), Presiden Jokowi mengemukakan tiga opsi mengenai UN tahun ini.
"Opsinya ada tiga, Pertama, UN tetap dilaksanakan, kedua UN ditunda waktunya, atau ketiga UN ditiadakan sama sekali," jelas Presiden Joko Widodo.
Saat ini, menurut Presiden Jokowi, ada 8,3 juta siswa yang harusnya mengikuti UN dari 106 ribu satuan pendidikan di seluruh tanah air.
"Oleh karena itu harus segera diputuskan. Prinsip yang utama, kebijakan ini bisa kita ambil tapi jangan sampai merugikan hak dari 8,3 juta siswa yang harusnya mengikuti UN," pungkas Presiden.
Tidak hanya itu, Ketua Komisi X DPR, Syaiful Huda, mengatakan DPR dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sepakat untuk mempercepat penghapusan ujian nasional yang sedianya dilakukan mulai tahun depan, sebagai imbas dari wabah virus corona.
Kesepakatan itu didasarkan atas penyebaran Covid-19 yang kian masif. UN untuk siswa SMA semula dijadwalkan berlangsung pada 30 Maret, sementara ujian nasional bagi siswa SMP dijadwalkan paling lambat akhir April mendatang.
"Penyebaran wabah COVID-19 diprediksi akan terus berlangsung hingga April, jadi tidak mungkin kita memaksakan siswa untuk berkumpul melaksanakan UN di bawah ancaman wabah Covid-19 sehingga kami sepakat UN ditiadakan," ujar Huda, seperti dikuti dari kantor berita Antara.
Anggota Komisi X DPR, Putra Nababan, mengamini keterangan Syaiful Huda. Menurutnya, rapat dengan Kemendikbud kemarin sepakat meniadakan UN.
"Ujian Nasional untuk murid-murid SD, SMP, dan SMA jika dilaksanakan tahun ini dapat membahayakan kesehatan jutaan murid, para guru dan keluarga mereka semua," kata Putra Nababan dari Fraksi PDI Perjuangan kepada BBC News Indonesia, Selasa (24/03).
Kalaupun UN dilaksanakan secara online, Putra Nababan menilai belum tentu secara infrastruktur fasilitasnya siap untuk digunakan. Pengawasan guru terhadap murid saat sedang menjalankan ujian juga memiliki kendala.
"Sehingga menurut saya memang sudah tepat jika UN ditiadakan. Kita fokuskan anak didik dan para guru untuk meningkatkan kualitas belajar dan mengajar secara online hingga akhir semester ini," katanya.
Dalam hal mengenai Ujian Nasional ini, tak hanya pelaksanaan nya yang menjadi banyak perhatian masyarakat tapi dampaknya sendiri akan penentuan indikator peneriamaan murid baru menjadi sorotan masyarakat untuk jenjang pendidikan lebih lanjut. Hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Surat Edaran tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 mengatur penerimaan murid baru sebagai berikut:
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pada jalur prestasi dilaksanakan berdasarkan akumulasi nilai rapor lima semester terakhir dan/atau
Berdasarkan prestasi akademik/non-akademik di luar rapor sekolah
Menghadapi masalah pembatalan Ujian Nasional karena dampak Covid-19 ini sebenarnya kita sangat mendukung kebijakan pemerintah ini demi alasan keselamatan akibat virus corona ini, namun disisi lain pemerintah juga memberikan kepastian dan menyikapi rencana ke depannya terutama dalam penerimaan siswa baru dan mahasiswa baru. Penerimaan peserta didik baru akan ribet atau susah kecuali ada standar nilai penganti yang digunakan, misalnya rata-rata nilai raport, atau nilai ujian sekolah dilaksanakan online.
Sistem penilaian hendaknya yang dilaksanakan secara universal, jadi semuanya punya hak dan kesempatan sama juga, walaupun ditetapkan zonasi atau umum tidak menjadi persoalan, tapi harus ada patokan yang jelas, yang menjadikan masyarakat tidak bingung terutama orang tua murid.
Sebenarnya pembatalan atau penghapusan Ujian Nasional ini ada dampak positif dan dampak negatifnya bagi siswa, guru dan negara atau bagi kita semua. Adapun dampak positifnya banyak sekali terutama dapat juga mengurangai pengeluaran biaya negara, dan mengurangi ketegangan yang dialami siswa yang kadangkala jadi momok yang menakutkan bagi siswa dan mengurangi tingkat kebocoran soal sehingga siswa diharuskan mengikuti ujian ulang dan kadang kalah menimbulkan kecemasan dari pihak sekolah kekhawatiran siswanya banyak yang tidak lulus sehingga segala usaha dilakukan dan lain-lain.
Adapun dampak negatifnya standar pengukuran tingkat kemampuan atau standarisasi kelulusan siswa sejahu ini belum dapat diketaui karena sampai saat ini informasinya belum jelas, sehingga belum tau langkah apa yang akan menjadi penentunya untuk ke tingkat selanjutnya, apakah akan diadakan tes kembali atau bagaimana?.
Selain itu, dapat menimbulkan semangat untuk belajar siswa berkurang mengingat tidak memiliki tantangan kelulusan dan untuk melanjutkan ke jenjang lebih lanjut.
Dan masih ada dampak-dampak yang lain, tentunya pemerintah sudah mempertimbangkannya Dengan demikian apapun keputusan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah kita tetap mendukung segala keputusannya.
Terkait dengan masalah virus corona yang sedang mewabah diberbagai negara yang mengakibatkan banyak berdampak pada tatanan kehidupan manusia dibidang ekonomi, sosial terutama dalam dunia pendidikan khususnya yang pada akhirnya siswa harus berada di rumah saja dan belajar melalui online. Tentu setiap musibah, penyakit dan sebagainya, sesungguhnya ialah pengingat betapa lemahnya manusia, dan betapa kuasanya Allah. Jika ditinjau lebih dalam lagi, tentu kondisi ini menyadarkan kita bahwa benarlah firman Allah. Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan (maksiat)[1] manusia, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) [TQS. ar-Rûm/30:41]
Di ayat lain, Allah berfirman
Dan musibah apa saja yang menimpa kamu maka itu disebabkan oleh perbuatan (dosa)mu sendiri [TQS. asy-Syûra/42:30].
Sahabat sekalian. Taukah kita bahwa salah satu hikmah ketika Allah berfirman
Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allâh apa yang tidak kamu ketahui. [TQS. al-Baqarah/2:168-169].
Pada ayat lain, secara khusus Allah sampaikan orang-orang beriman:
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allâh, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu beribadah [TQS. al-Baqarah/2:172].
Ialah kebaikan yang terkandung didalamnya. Setiap makanan, minuman, bahkan perbuatan yang diperintahkan oleh Allah pasti didalamnya selain mendapatkan pahala, juga tersimpan kebaikanyang luar biasa. Sebagaimana Syaikh As Sa’di rahimahullah menyebutkan:
Ajaran Islam dibangun di atas maslahat. Ajaran tersebut mengandung maslahat dan menolak mudhorot (bahaya).
Itulah ajaran Islam. Setiap perintah didalamnya mengandung kebaikan yang pasti akan berdampak positif bagi pengikutnya. Diajarkan dengan sempurna oleh Nabi kita, Muhammad dalam sunnah-sunnah beliau, termasuk adab makan dan minum yang benar. Allah menegaskan dalam firman-Nya:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. Al Anbiya’: 107).
Setiap mukmin, harus yakin bahwa segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, ialah yang terbaik. Tidak ada tawar menawar dalam hal itu. Secara pribadi, penulis merasa semakin yakin bahwa benarlah Islam adalah solusi fundamental atas segala kehidupan kita. Tidak ada kebaikan yang hakiki, kecuali Islam. Kerusakan yang terjadi seperti saat ini! Kemiskinan, kemaksiatan, kriminalitas, LGBT, banjir, gempa bumi, termasuk wabah virus ialah ulah tangan manusia! Akibat jauhnya kita dari aturan Allah. Lebih mengutamakan nafsu daripada wahyu. Mengutamakan syahwat, daripada taat! Sehingga musibah silih berganti hadir ditengah umat!
Menerapkan Islam secara hakiki dalam segala aspek kehidupan kita, adalah modal terbaik bagi kehidupan yang penuh rahmat dari Allah. Jika anda masih terjauhkan dari penyakit tersebut, maka bersyukurlah kepada Allah dan mohonlah perlindungan dari-Nya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa melihat seorang tertimpa bala’ (penyakit dan bala'), kemudian dia berdoa: Alhamdulillaahil-ladzii 'aafaanii mimmabtalaaka bihi, wa fadh-dholanii 'alaa katsiirin mimman kholaqo tafdhiila “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan aku dari apa yang Engkau timpakan kepadanya (berupa penyakit), dan (segala puji baginya) yang telah melebihkan aku atas hamba-hambanya” (HR. At Tirmidzi no. 3431 dan dihasankan oleh Sheikh Al Albani).
Siapa membaca doa ini, niscaya dia akan diselamatkan dari bala itu selama dia hidup. InsyaAllah.
Selebihnya, tentu berbagai langkah preventif juga bisa kita lakukan seperti:
1. Sebaiknya rajin mencuci tangan dengan sabun, kira-kira selama 20 detik
2. Tidak mengalami kontak langsung dengan pasien yang terjangkit virus corona dari Wuhan dan tidak bepergian ke tempat wabah ; Wuhan, China disaat seperti ini. Berkaitan dengan ini, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda "Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan tempat itu," (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Menghindari pasar hewan atau pasar yang menjual daging yang belum dimasak
4. Jaga Kesehatan dengan menggunakan masker saat cuaca kurang baik, jaga pola makan dan minum serta istirahat.
Wallahu a’lam
Tags
Opini