Oleh : Elif Fitriah Mas’ud, SHI
Praktisi Pendidikan
Saat dunia dilanda pandemi covid-19, beberapa negara memberlakukan lockdown secara menyeluruh, ada juga yang hanya mewajibkan masyarakatnya untuk membatasi diri (social distancing), tempat-tempat umum dibatasi atau dilarang untuk melakukan aktivitasnya dan digantikan dengan aktivitas rumah (work from home)
Di Indonesia sendiri meskipun masyarakat mendesak untuk memberlakukan lockdown, melihat semakin banyaknya masyarakat yang tertular covid-19 terutama diwilayah ibukota Jakarta, pemerintah akhirnya hanya menyetujui pemberlakuan PSBB KOMPAS.com – Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto menyetujui usulan Pemprov DKI Jakarta untuk menerapkan status pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta. Terawan telah menandatangani surat persetujuan PSBB untuk menangani pandemi Covid-19 yang disebabkan virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2) itu pada Senin (6/4/2020) malam. https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/07/080758265/menkes-setujui-psbb-dki-jakarta-berikut-pengertian-syarat-dan-hal-hal-yang.
Bagi sebagian orang pembatasan ini sungguh menyiksa, ada yang mengatakan bagaikan katak dalam tempurung. Tetapi orang-orang yang kreatif justru memanfaatkan momentum ini untuk bereksplorasi dirumah, ada yang belajar memasak aneka macam masakan terbaru, ada yang mencoba membuat kue, ada yang membuat kerajinan tangan, ada yang beralih profesi menjadi marketing on line, dan bagi pejuang Islam momentum ini dijadikan untuk berdakwah lewat tulisan, yup dakwah is never die.
Tak ada seorangpun yang mampu membatasi apalagi menghentikan gerak dakwah, karena dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونِ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.” [Ali Imran/3 : 104]
Dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim. Setiap pribadi muslim yang telah baligh dan berakal, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kewajiban untuk mengemban tugas dakwah. Setiap individu dari umat Islam dianggap sebagai penyambung tugas Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam untuk menyampaikan dakwah.
Karena dakwah adalah tugas mulia dalam pandangan Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga dengan dakwah tersebut Allah menyematkan predikat khoiru ummah (sebaik-baik umat) kepada umat Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (TQS: Ali Imron 110)
Di dalam ayat ini terkandung dua hal; pertama, mulianya umat Islam adalah dengan dakwah. Kedua, tegak dan eksisnya umat Islam adalah dengan menjalankan konsep amar ma’ruf nahi munkar.
Sebagai seorang muslim yang beriman seharusnya kita belajar dari kisah perjuangan para ulama terdahulu yang meskipun mereka terpenjara secara fisik, tetapi justru melahirkan banyak karya dari balik jeruji besinya, diantaranya yaitu, kitab tafsir kontemplatif bertajuk fi dzilalil Qur’an karya Sayyid Qutb, Ibnu Taimiyyah di penjara menulis banyak makalah dan buku. Salah satu yang terkenal kitab Ash-Sharimul Maslul ala Syatimir Rasul (Pedang Terhunus atas Penghina Rasul saw). Ada juga ulama besar di Indonesia yang kita kenal dengan sebutan Buya Hamka, beliau merampungkan Tafsir Al-Azharnya yang berjumlah sembilan jilid juga di dalam Penjara.
Ulama-ulama tersebut membuktikan kepada kita bahwa siksaan fisik dan pemenjaraan raga tidak sama artinya dengan pemenjaraan pikiran dan pembungkaman suara. Mereka tetap membaca dan berkarya. Bahkan, suara mereka dari bilik jeruji besi terdengar semakin lantang, nyaring, dan jernih menggedor-gedor nurani dan kesadaran siapapun yang ada di luar penjara.
Apalagi saat ini kita hanya dibatasi untuk keluar rumah bukan sedang dalam penjara, seharusnya kita mampu berkarya lebih dari itu. Karena apapun profesi dan pekerjaan seorang muslim, tugas dakwah tidak boleh dia tinggalkan. Setiap muslim berkewajiban untuk menyampaikan dakwah sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa dakwah adalah jalan hidup seorang mukmin yang senantiasa mewarnai setiap perilaku dan aktifitasnya.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ;
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS:Yusuf : 108)
Dalam ayat diatas, seorang mukmin mengikuti tuntunan Rasulullah atas dasar bashirah yaitu ilmu dan keyakinan. Ini artinya dakwah merupakan tuntutan iman, yang jika seorang mukmin meninggalkan kewajiban dakwah berarti ada masalah dengan keimanannya. Yuk kita renungkan makna kata dibawah ini!
“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. [Imam Al-Ghazali]