Oleh: Bunda Irsyad
(Aktivis dakwah masyarakat)
Sejak munculnya wabah virus Covid-19 di
Indonesia Februari 2020, banyak masyarakat yang menjadi resah bukan main. Pasalnya
virus yang bermula merebak di negara China, tepatnya Wuhan telah memperlihatkan
betapa ganasnya virus ini dalam menghilangkan nyawa manusia. Berbagai ekspresi
pun tampak pada masyarakat di Indonesia, baik dengan menyikapi secara tenang,
santai, ketakutan, bahkan ada yang sampai fobia luar biasa terhadap kasus ini.
hingga hal yang diluar naruni turut menjadi lampiasan masyarakat yang ketakutan
akan terjadi penularan terhadap diri dan keluarga mereka.
"Iya ada. Ya mereka kan sejak Rumah Sakit
Persahabatan ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan itu, bukan hanya perawat,
ada juga dokter, mahasiswa juga yang di situ, diminta untuk tidak kos di situ
lagi," tutur Harif saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (25/3/2020).
Peristiwa
penolakan pemakaman jenazah Covid-19. Penolakan tersebut dilakukan oleh
sekelompok warga di daerah Sewakul, Ungaran, Kabupaten Semarang pada Kamis
(9/4/2020). KOMPAS.com
Kompas.Com. Salah satunya Minarsih
(47), perawat ruang isolasi RSUD Gambiran, Kota Kediri, Jawa Timur. Ia mengaku
banyak dari temannya yang mendapat pengusiran bahkan pengucilan dari tempat kos
dan masyarakat yang khawatir tertular penyakit Corona melalui mereka para tenaga
medis yang sehari-harinya bertugas merawat pasien Covid-19.
Sikap dan tindakan yang terjadi
diatas adalah akibat kurangnya informasi yang benar dari pemerintah, alhasil
banyak masyarakat yang salah dalam menyikapi masalah ini dengan sangat berlebihan.
Bahkan hati nurani mereka bisa tertutup mati. Edukasi yang tepat pasti akan
menghasilkan sikap yang tepat juga dari masyarakat. Sebab penyakit Covid-19
ini, meskipun sudah menelan banyak korban yang terjadi di lapangan juga banyak
yang bisa disembuhkan. Semua bisa dengan penangan dan sikap yang benar.
Para tenaga medis seharusnya menjadi
orang yang paling berjasa bagi masyarakat saat ini, sebab mereka rela berjuang
bertaruh nyawa untuk merawat pasien yang terpapar dan yang sudah positif
Corona. Bahkan beberapa para medis harus rela kehilangan nyawa.
Maka tak sepantasnya kita sebagai
masyarakat mengucilkan mereka, apalagi sampai menolak jenazah para medis yang
wafat karena positif Corona dan tidak
bisa diselamatkan. Mereka para medis berjuang dengan perlengkapan yang
seadanya. Mereka rela bekerja dengan harus menahan sedih karena harus menjaga
jarak dari anak dan keluarga mereka tercinta.
Covid-19 bukanlah sebuah dosa atau aib
yang kita harus malu sehingga mengucilkan mereka. Dengan adanya wabah ini
seharusnya kita bisa membuka mata dan nulari kita bersama. Saling merangkul dan
saling tolong menolong pada yang membutuhkan, selain itu kita harus ekstra menjaga
kebersihan dan menjaga agar daya tahan tubuh tidak lemah.
Saat ini Allah sedang menguji kita,
siapa diantara manusia yang akan egois dan hanya memperdulikan diriny sendiri. Saat
ini kita perlu banyak muhasabah betapa lemahnya manusia dan hanya kepada Allah
kita berserah.
Selain itu kunci agar tidak ada lagi
masyarakat yang mengucilkan para medis ataupun orang dalam pengawasan, pasien dalam pengawasan,
serta mereka yang positif corona adalah edukasi dari pemerintah pusat dan juga
daerah. Sebab informasi yang salah atau tidak tepatlah yang membuat masyarakat
bersikap salah. Pemerintah adalah yang paling bertanggung jawab memberikan
edukasi tersebut, karena mereka adalah pelayan rakyat yang harus bertanggung
jawab atas jabatan dan sumpah setia yang mereka ucapkan saat pelantikan.
Terakhir, jadilah manusia yang mulia
dengan memperlakukan manusia dengan baik dan santun. Tolong menolong terhadap sesama,
besarkan jiwa. Meskipun resiko terberat dari Covid-19 adalah kematian, tapi
jangan biarkan hati nurani kita mati. Sebab kematian itu adalah sebuah
kepastian dari Illahi.
Wallahu a’lam bishawab