Oleh : Ida Yani
Ya , corona mengamuk.
Masyarakat kalang- kabut berperang melawan corona tanpa arahan yang pasti. Semua bergerak atas arahan medsos.
Tidak bisa kita pungkiri, saat ini medsos adalah menu utama.
Sedangkan sang protokol yang bernama medsos sendiri belum tentu memberikan maklumat yang benar dan tepat.
Kemarin saat Wuhan jadi bulan- bulanan si monster ganas' penduduk negeri ini ikut riuh- rendah dengan ekspor mandiri masker besar- besaran. Para TKI meminta keluarga di tanah air mengirim masker ke berbagai wilayah. Di luar sana si doi jadi lahan bisnis yang empuk.
Harga si masker yang seksi makin hari makin melambung. Dan stok di dalam negri jadi raib. Ini geliyat di kalangan masyarakat bawah.
Dan ternyata tidak hanya di kalangan masyarakat bawah saja yang melakukan ekspor secara ugal-ugalan, pemerintahpun melakukan hal sama dengan jumlah yang lebih spektakuler dan bentuk yang lebih bervariasi. Yang berkaitan dengan kebutuhan alkes untuk si monster ganas'.
Saat itu negeri ini begitu sombong merasa bebas dari serangan. Merasa sakti ora tedas kata orang jawa. Dan tidak berfikir cerdas dengan penyebaran yang begitu menggila di luar sana.
Tiba-tiba makret,, di bulan Maret ini jatuh satu korban meninggal karena corona. Lalu dua dan seterusnya. Dari hari ke hari makin mengerikan. Rakyat jadi panik Sekolah yang bermula belajar di rumah dua minggu ditambah lagi. Entah berapa lama lagi.
Di apotek dan super market masker masih diburu, tapi sayang stok sudah nihil di sini.Target perburuan ditambah lagi dengan sabun antiseptik alkohol,handsanitiser,lalu merambah ke vitamin.
Barang- barang ini begitu dramatis untuk didapatkan
Miris sekali melihat sepak terjang masyarakat yang panik. Ditambah lagi dengan berita 3 dokter meninggal karena covid 19 , lalu ada lagi dan bertambah lagi.
Jangan panik teman . "kepanikan adalah separuh penyakit . ketenangan adalah separuh obat. Dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan.(Ibnu Sina).
Sementara itu Pemerintah tak mampu memberikan solusi yang jitu. Alkes yang dibutuhkan telah lenyap diserap tragedi Wuhan. Himbauan lockdown hanya wacana.
Di rumah sakit rumah sakit tempat pasien pembawa virus kekurangan sarana pelayanan, termasuk APD. Para Nakes menggunakan atribut seadanya, bahkan ada yang menggunakan kantung tempat sampah.
Di kalangan masyarakat bawahpun mulai membongkar stok masker kain lama sebagai pengaman. Bahkan beberapa rekan mulai menggalang dana dan membagikan perlengkapan ini secara gratis. Termasuk APD yang harganya cukup mahal.
Sampai kapan ini akan berlanjut? Bahan yang akan dibuatpun berangsur habis. Produksi otomatis akan terhenti.
Lalu bagaimana nasib Nakes dan pasien? Apa yang akan terjadi dengan yang sehat? Sangat Miris rasanya memikirkan kondisi hari ini dan esok yang makin tak pasti
Semua ini berawal dari kebijakan yang hanya berlandaskan sektor ekonomi. Negara kapitalis hanya beretorika soal prioritas kesehatan rakyat. Namun faktanya nol besar.
Kebijakannya nyata tidak memberikan jaminan. Bahkan tenaga medis sebagai garda terdepan pada penanganan kasus mengerikan ini tidak mendapat perhatian yang memadai.
Perhitungan materi masih menjadi pertimbangan dominan pengambilan keputusan. Dana demi kepentingan keselamatan rakyat tidak diutamakan.
Harusnya ketika di berbagai negara mulai terjangkit virus mematikan ini tanpa mempertimbangkan kerugian ekonomi dari sektor wisata negara segera menutup seluruh pintu masuk. Bukannya malah memberikan disc tiket pesawat.
Lebih-lebih memasukkan satu pesawat tenaga dari China. Apa sebenarnya pertimbangan pemerintah? Apakah tidak terpikirkan pembawa virus ini dapat menjadi pembunuh masal bagi rakyat?
Semua fakta ini telah membuka tabir dan menusuk hati rakyat kecil yang sederhana. Mereka telah mengerti bahwa Bapak yang mereka banggakan tidak layak untuk diharapkan.
Ayolah teman buka cakrawala pemikiran kalian. Hanya kepemimpinan Islam yang mampu memberikan perlindungan dan solusi paripurna.
Dengan kebijakan yang tidak berdasar keuntungan materi virus ini tidak akan melumat penghuni negeri.
Dengan kebijakan yang mengutamakan keselamatan rakyat tidak akan pernah ada kepanikan karena merajalelanya makluk yang bernama covid 19 ini.
Yang lebih utama tidak akan ada korban jiwa yang bertambah dari satu ke sepuluh hingga ke seratus.
Hanya dengan kebijakan pemimpin yang berlandaskan Wahyu dari Allah. Mencontoh sepak terjang Rasulullah Saw dan para sahabat semua kepanikan dan perang melawan corona ini segera bisa diatasi serta selesai. Semoga. Aamiin